Bab 5

Tia tumben sekali membuatkan teh untuk tamu. Biasanya dia tidak pernah melakukan itu. Tiba-tiba saja pak Asep mencari Dara.

"Dimana Dara...? Kok dia gak kelihatan."

Tanya Pak Asep.

"Kok dia nyari Dara sih. Kan disini udah ada aku. Sebel deh aku."

Ucap batin Tia dengan syirik.

"Emmmm lagi pergi sama pacarnya kali pak."

Sambung Tia.

Tia sengaja menjawab seperti itu, agar mereka tidak tertarik dengan Dara. Mendengar jawaban Tia, Pak Asep dan keluarganya jadi kaget.

"Pacar...?? Bukankah Dara kemarin bilang gak punya pacar..?"

Jawab pak Asep lagi.

Kakek menyambung pertanyaan Pak Asep.

"Dara sudah lama putus dengan pacarnya yang bernama Ali. Jadi dia sekarang tidak berhubungan dengan siapa - siapa. Tia mana tau dengan Dara."

Sambung kakek Irwan.

Kakek Irwan menjelaskan hubungan Dara dengan pacarnya, karena yang kakek tau saat kemaren Dara menemui Ali, dia kira Dara sudah memutuskan Ali untuk tidak menjalin hubungan lagi.

Tak lama kemudian Dara keluar dari kamarnya. Dia merasa deg-degan menyambut keluarga Leon.

"Kenapa tidak seperti kemarin yah. Hari ini rasanya jantungku berdebar sangat kencang."

Ucap batin Dara.

Betapa senang hati Leon melihat Dara keluar dari kamarnya menemui mereka. Wajahnya yang sangat menawan membuat Leon tak berhenti mengaguminya.

Tia yang masih berdiri di tengah mereka tampak merasa sebal.

"Ngeselin banget si Dara, so cantik, so manis, so polos. Kakek juga suka belain dia lagi. Bete banget deh aku."

Ucap batin Tia.

"Hay Dara apa kabar."

Tanya Leon sambil duduk di ruang tamu dengan keluarganya.

"Baik Leon. Gimana dengan kamu dan keluarga."

Jawab Dara sambil menunjukkan senyum manisnya. Dara terlihat sangat fresh melihat Leon yang mengenakan baju sweater rajut panjang warna hitam. Lekukan tubuhnya terlihat saat mengenakan baju itu.

Tia tak menyangka ternyata mereka sudah saling kenal.

"Kalian kok sudah sama - sama kenal."

Tanya Tia dengan heran.

"Leon kan sebelumnya sudah pernah kesini. Kamu aja yang baru nongol."

Jawab Dara.

Tia merasa di asingkan saat berada di tengah-tengah mereka. Tia pun pergi dengan sendirinya.

"Aneh. Perasaan dia tuh masih pacaran sama Ali, dasar murahan. Tidak mau mengakui pacarnya demi dekat dengan laki-laki lain, sok cantik. Pengin banget deh aku rusak muka dia. Hih sebel."

Ucap batin Tia dengan sangat kesal.

Tia masih saja tidak bisa menerima hal ini.

"Dulu aku suka sama Ali. Tapi Ali lebih memilih Dara,dan sekarang Dara malah sia-siakan Ali."

Batin Tia masih tidak terima. Sedangkan Kakek irwan dan keluarga Leon sedang menikmati teh bikinan Tia tadi.

Pak Asep mempersilahkan Dara dan Leon untuk saling bertanya jawab dan mengobrol apa saja semau mereka.

Rasanya malu, Dara tidak percaya diri dengan penampilannya di depan Leon yang memakai baju berwarna Magenta. Tapi mau gak mau Dara harus percaya diri di depan Leon.

Leon memulai pembicaraan dengan Dara.

"Kek, boleh tidak jika aku mengajak Dara pergi ke taman dekat sini.? Biar ngobrolnya enak aja kek. Malu kalo disini."

Ucap Leon sambil tersenyum manis.

"Oh silahkan boleh sekali dong. Yaudah sana kalian pergi berdua. Pak Asep sama Bu Yuli disini aja jangan kemana-mana nemenin kakek."

Jawab kakek mengizinkan.

Leon pun mengambil kunci mobilnya dan mengajak Dara ke taman yang kemarin Dara bertemu dengan Ali.

"Duh. Kenapa di taman sih, kemaren kan aku abis ketemu Ali disitu. Takutnya Ali ada disitu juga, bisa kacau ini."

Batin Dara khawatir.

"Emmm, Leon. Apa sebaiknya kita ke pantai saja..? Sepertinya udara disana lebih sejuk dan menenangkan."

Tanya Dara meminta Leon untuk mengalihkan tujuannya dari awal.

"Boleh juga sih. Yaudah kita ke pantai aja yah."

Jawab Leon menuruti permintaan Dara.

Di dalam mobil mereka berdua asik ngobrol tentang pribadi mereka masing-masing.

*****

Tia yang sedang berjalan di dekat warung tiba-tiba bertemu dengan Ali. Tia menyapa Ali terlebih dahulu, sedangkan Ali hanya tersenyum karena dia tau kalau Tia menyukainya. Dulu Tia pernah mengungkapkan rasa cintanya kepada Ali, tetapi Ali sama sekali tidak mencintai Tia meskipun dia cantik.

"Ali, aku boleh ngobrol gak sama kamu."

Tanya Tia baik-baik.

"Mau tanya apa..?"

Jawab Ali ketus.

"Kamu beneran sudah putus sama Dara..? Kok Dara mau sih pergi sama cowo lain."

Ucap Tia dengan jujur.

Untungnya saja Ali tidak percaya dengan kata-kata Tia, meskipun Tia sebenarnya sudah berkata jujur.

"Paling dia mau adu domba antara aku dengan Dara, dan merusak hubungan kita."

Ucap batin Ali tak percaya dengan kata-kata Tia.

"Kepo banget si kamu. Pengin tau urusan orang aja. Yaudah aku duluan yah."

Jawab Ali dengan ketus lagi-lagi.

Tia merasa kesal dengan sikap Ali yang meremehkan dia.

"Ihhh, kurang apa sih aku ini. Padahal aku cantik, tinggi dan langsing gak kaya Dara yang pendek itu, tapi kenapa Ali malah meremehkan aku kayagini sih. Sebel deh aku."

Puji Tia untuk dirinya sendiri.

"Awas aja yah nanti. Ali bakalan nyesel, karena dia gak mau percaya sama kata-kata aku. Camkan itu..!!"

Ucap batin Tia dengan dendam.

*****

Leon penasaran dengan ucapan Tia tadi, bahwa Dara sudah punya pacar.

"Oh iya, aku mau nanya. Kenapa cewe tadi bilang kalo kamu sudah punya pacar. Emang sebelumnya kamu pacaran yah."

Tanya Leon penasaran sambil menyetir mobilnya.

"Emmm iya. Tapi udah engga, soalnya kakek gak cocok sama dia."

Jawab Dara sambil menundukkan pandangannya. Dia tidak berani menatap wajah Leon karena dia sedang berbohong.

"Kenapa bergantung sama kakek...? Kan kamu yang ngerasain bukan kakek kamu."

Tanya Leon lagi.

"Kalo kakek aku udah gak cocok sama orang berarti itu ada apa-apanya, ya kurang baik gitu lah menurut kakek."

Jawab Dara.

"Oh begitu. Yasudah berarti aku aman kan sama kamu. Gak ada yang cemburu."

Ucap Leon sembari fokus melihat ke depan.

"Gak ada dong. Siapa juga yang cemburu."

Jawab Dara.

Dara terpaksa berbohong karena dia takut kalau Leon tau Dara masih berhubungan dengan Ali.

Secara fisik dan materi, Dara lebih memilih Leon. Sedangkan secara hati, Dara masih cinta dengan Ali.

Dara mengenal Ali sejak dari kecil, dan dia rasa Ali adalah orang yang baik. Tapi semakin dewasa fikiran Dara mengalih ke materi. Ya memang benar, mencari pasangan itu harus dinilai dari bibit bebet bobotnya kata orangtua, demi masa depan yang baik.

Leon menengok ke arah Dara sambil menyetir mobilnya. Dia bilang, Dara sangat cantik. Dara juga balik menatapi Leon, dalam hatinya dia berkata bahwa Leon juga tampan, namun tak di sebutkan.

"Kamu kenapa gak cari pacar di kampus, banyak loh cewek-cewek yang cantik. Mereka semua juga berpendidikan."

Ucap Dara.

"Mencari pasangan itu tak semudah itu Dara, nyaman juga tidak gampang. Tapi sekali nyaman sama orang, meskipun kita baru kenal, itu bukan masalah."

Jawab Leon.

"Seandainya aku suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku."

Leon mencoba mengatakan perasaannya, tapi yang tidak tepat itu kata seandainya.

"Seandainya iya kamu suka, mungkin aku juga menerima, tapi...."

Dara menjeda ucapan dia.

"Tapi apa.?"

Tanya Leon penasaran.

"Terkadang cewek butuh kepastian. Kalo pacaran terus gak ada kepastian ya buat apa."

Jawab Dara.

Dara berbicara seperti itu sambil mengingat Ali.

"Iya aku juga pengennya gitu, kalo suka sama cewek, langsung aku lamar, terus rundingan sama pasangan mau nikah kapan. Secara materi insyaallah aku sudah siap sih, calonnya aja yang belum."

"Kamu mau gak jadi calonnya..?"

Tanya Leon dengan wajah serius.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!