Bab 3

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 Dara mengganti baju dan juga merapikan rambutnya yang panjang, hitam, dan sedikit lebat dengan sisir gagang.

Dara menghadapkan dirinya sendiri ke cermin yang ada di dinding kamarnya.

"Aduuuuh gimana ya aku ngomongnya. Aku masih cinta banget sama dia. Masa iya sih aku tega mutusin dia. Terus apa yah Alasan ku mutusin dia, bingung deh aku."

"Aku bilang aja gak boleh pacaran sama kakek. Karena kemaren teman kakek ada yang anaknya hamil di luar nikah karena pacaran, makanya kakek aku melarang aku untuk pacaran. Ahh hha cakep deh, ide yang bagus. Aku rasa itu kata - kata yang tepat."

Ucap batin Dara sambil memikirkan ide untuk berbicara dengan Ali.

Dara keluar dari kamarnya. Dia hanya membawa tas kecil untuk menaruh Hp nya.

"Mau kemana kamu...?"

Tanya kakek yang saat itu juga sedang duduk di ruang tamu sambil merokok.

"Mau ketemu Ali kek, seperti yang ku katakan kemarin sama kakek."

Ucap Dara dengan jujur.

"Yasudah sana, jangan lama-lama dan hati - hati yah."

Pinta kakek.

Dara menganggukkan kepalanya sebagai isyarat berkata iya.

Dara melangkahkan kakinya untuk pergi keluar bertemu dengan Ali.

Tak jauh lokasi dari rumah dara ke taman, hanya berjalan kaki saja. Setelah Dara sampai di taman ternyata Ali sudah datang terlebih dahulu, Dara melihat Ali membawa sebuah kotak kado.

"Kamu udah lama disini yah.?"

Tanya Dara kepada Ali.

"Engga juga sih, baru 5 menit disini. Oh iya happy aniversary yang ke 3 tahun yah, aku ada kado buat kamu, tolong di terima yah."

Jawab Ali dengan menyerahkan sebuah kado, sebagai hadiah aniversary.

Dara sama sekali tidak ingat kalau hari ini hari aniversary mereka yang ke 3 tahun. Dara bingung harus berkata apa, rasanya tak tega jika harus mutusin Ali saat ini. Ali sudah mengingat hari aniversary mereka sedangkan Dara sama sekali tidak. Itu tandanya Ali lebih mencintai Dara dibandingkan cinta Dara kepada Ali.

"Hmmm kok aku bingung yah mau mutusin Ali. Kasian liatnya kalo dia patah hati di hari spesial ini. Niat aku minta ketemu disini padahal untuk mutusin Ali, tapi dia ko malah jadi makin so sweet gini sih."

Ucap batin Dara bingung.

"Bukanya nanti yah neng kalo dirumah. Oh iya harapan kamu pada hubungan kita ini apa...?"

Tanya Ali sambil duduk di sebuah taman, Dara pun ikut duduk juga di taman.

Dara bingung harus jawab apa, apakah dia harus jawab lebih baik kita putus, atau berpura-pura memberi dukungan untuk hubungan mereka dan berdoa yang terbaik untuk hubungan mereka.

"Dara, kenapa kamu diam saja. Yaudah lah, kalo harapan aku sih kita makin awet sampai ke jenjang pernikahan, aku akan cari kerja buat nikahin kamu, meskipun merantau dan jauh dari kamu sementara."

Ucap Ali lagi.

Dara semakin bingung untuk menjawab kata - kata Ali.

"Emmmm makasih yah kamu sudah inget sama hubungan kita."

Jawab Dara dengan senyum.

Ali mengira bahwa Dara mengajak Ali ketemu untuk mengucapkan aniversary juga. Padahal tidak.

Justru malah Dara tidak ingat sama sekali dengan berapa lama hubungan mereka yang telah mereka jalin.

Rasanya Dara jadi tak tega jika hari ini harus memutuskan hubungannya dengan Ali. Dia fikir, mungkin bisa mengucap putus di lain waktu.

"Lebih baik jangan sekarang, gak tega aku liat Ali terluka di hari special ini."

Ucap batin Dara.

Niatnya memutuskan Ali malah jadi semakin iba kepada Ali. Selama 3 tahun ini mereka tidak pernah ada masalah dalam hubungan mereka, cinta Ali kepada Dara benar - benar tulus. Hanya saja dia tak berharta, dia hanya punya cinta untuk Dara.

Namun, semakin dewasa Dara semakin menyadari bahwa hidup bukan hanya soal cinta, tetapi juga butuh materi.

"Apa yang akan abang lakukan untuk hubungan kita yang sudah lama ini bang...??"

Tanya Dara sambil menatap Ali dalam - dalam.

"Abang akan bekerja, setelah uangku sudah terkumpul, abang akan melamar eneng."

Jawab Ali, dia menatap Dara sambil mengusap rambutnya.

"Setelah abang melamar aku, apakah abang akan menikahi aku dalam waktu dekat...??"

Tanya Dara lagi.

"Ya engga dong sayang... abang kan perlu uang lagi buat nikahin eneng, mungkin butuh waktu 3 tahun lagi setelah abang melamar eneng. Abang harap eneng bisa sabar."

Jawab Ali.

Ali hanya lulusan SMP saja sekolahnya. Sedangkan Dara lulusan Sarjana. Ali selalu kesusahan mencari pekerjaan. Apalagi ditambah ayahnya yang kena kasus pidana karena mencuri.

Dara berfikir bagaimana untuk ke depannya jika mereka berdua sampai menikah. Bagaimana bisa Ali menafkahi Dara, paling tidak Ali hanya bisa menafkahi sedikit, karena pekerjaan sudah pasti akan seadanya.

Dia mulai membandingkan antara Ali dengan Leon. Leon sama - sama lulusan sarjana, dia juga sudah bekerja di sebuah perusahaan ternama.

Kalau dibilang, Leon sudah jadi paket lengkap idaman wanita, sudah ganteng, banyak warisan, putra tunggal lagi, benar-benar idaman para wanita.

******

Pak Asep bertanya kepada Bu Rossa tentang perhiasan yang dia temukan di kamar ibunya.

"Ibu duduk dulu sini, ada yang mau aku bicarakan sama ibu."

Pak Asep meminta ibunya untuk duduk empat mata dengan Pak Asep.

"Apa yang akan kamu tanyakan sep..?"

Tanya Bu Rossa sambil duduk di samping Pak Asep.

"Kemarin saya dan Yuli kehilangan perhiasan yang kita simpan untuk masa depan Leon, dan ternyata aku menemukan di lemari ibu. Kenapa sih ibu tega melakukan ini..? Kan setiap bulan aku selalu kasih ibu uang. Apa belum cukup...?"

Tanya Pak Asep dengan nada pelan supaya tak menyakiti hati ibunya.

Bu Rossa sedikit kaget mendengar ucapan Asep.

"Maafin ibu Asep, saya hanya bingung saja. Saya punya hutang sama temen, dan temen saya minta dibalikin. Jadi saya nekat mengambil emas milik kalian."

Jawab Bu Rossa.

"Yasudah, ibu jangan diulangi lagi yah, terus ibu juga harus ingat sama umur. Ibu itu sudah berumur, cobalah untuk hidup sewajarnya saja."

Nasehat pak Asep untuk Bu Rossa.

Pak Asep memberikan sedikit emas untuk ibunya.

"Ni buat ibu, barangkali bisa buat bayar hutang ibu sama teman ibu."

Ucap Pak Asep.

"Terimakasih nak, ibu janji gak akan pernah mengulangi perbuatan ibu."

Jawab Bu Rossa.

Setelah duduk lama dengan ibunya, Pak Asep datang ke kamar Leon. Dia menghampiri Leon dan mengajaknya ngobrol.

"Nak, kamu ini sudah dewasa, kamu harusnya sudah punya calon mantu untuk ayah sama ibu kamu."

Ucap Pak Asep kepada Leon, anak semata wayang.

"Leon gak suka sama cewe jaman sekarang pah, gak ada yang membuat Leon tertarik selain Dara."

Jawab Leon.

"Kamu benar-benar naksir sama Dara...? Apa kamu tidak ada keraguan sama dia..? Kamu kan belum mengenal lama sama Dara."

Ucap Pak Asep lagi.

"Kayaknya Leon tuh pernah ketemu dia di kampus deh dulu. Tapi sekedar berpapasan aja sih."

Jawab Leon.

Pak Asep berniat untuk bertamu kembali di rumah Kakek Irwan, dan mempertemukan Leon dengan Dara. Memang sangat cantik wajah Dara, sehingga membuat Leon terus terbayang dengan wajah Dara.

*****

Kakek Irwan menunggu Dara pulang, tapi tak kunjung datang juga, padahal sudah sangat sore, sebentar lagi akan tiba adzan maghrib.

Tak lama kemudian Dara datang. Dia langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. Dia mengambil boneka panda dari Ali beberapa tahun yang lalu, hadiah aniversary saat hubungan mereka masih satu tahun.

Saat itu ayah Ali belum menjadi tersangka, dan belum berada di penjara. Jadi hubungan mereka juga masih baik-baik saja.

Kakek mengetuk pintu Dara.

"Dara. Apa kamu baik-baik saja..?"

"Kamu kan belum makan dari sore, ayo kita makan. Bentar lagi adzan maghrib loh, kamu jangan di kamar gak baik."

Ucap kakek.

Tak lama kemudian Dara keluar. Dia pun makan bersama kakek dimeja makan. Hanya Dara cucu yang selalu menemani Kakek, berbeda dengan cucu kakek yang lain.

Claudia ibu Dara sudah lama merantau dengan suaminya, dia meninggalkan Dara karena mereka rasa Dara sudah cukup besar dan bisa merawat dirinya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!