Sudah beberapa hari ini kerjaanku cuman rebahan. Padahal kata ibu, nenek makan dan mandinya kesusahan. Harus aku yang urusin. Tapi kelihatannya nenek baik-baik saja. Dan juga tingkah nenek banyak berubah dari terakhir kali aku mengunjungi nenek bersama keluarga. Dia terlihat acuh tak acuh padaku, dan sifatnya sangat tidak sopan pada cucunya ini. Padahal dulu nenek pernah bilang, kita tidak hanya harus sopan pada orang tua tapi juga pada orang yang lebih kecil dari kita. Nenek juga belakangan ini suka sekali minum teh. Padahal setau ku nenek itu sukanya kopi bukan teh. Ah sudahlah mungkin karena faktor usia dia jadi berubah tingkah. Aku tak mau menganggap hal itu terlalu serius.
'Tok.... tok...tok..,' pintu rumah diketuk oleh seseorang. Siapa sih? Bergegas aku keluar dari kamar menuju pintu utama. Tapi nenek tiba-tiba teriak.
"SA... SEKARANG JAM BERAPA!?" Teriaknya ngengas... padahalkan aku gak budek. Ku lirik jam di dinding yang menunjukkan 17.00 WIB, "jam 5 nek."
"Ya udah, nenek aja yang buka pintu kamu masuk ke kamar. Ini tolong lipatin baju nenek," dia keluar dari kamarnya dan memberikan ku bajunya. Awalnya aku tak peduli dan bodoh amat. Mending sekarang ngelipat baju, toh aku emang paling malas berurusan sama orang yang gak di kenal.
Sudah beberapa saat, bahkan aku sudah selesai melipat baju nenek yang semuanya berwarna hijau itu. Tapi aku tidak mendengar percakapan atau suara orang dari tadi. Jiwa kepoku bangkit lagi. "Keluar gak ya....? Intip gak ya? duhkan penasaran, siapa sih yang datang?"
Akhirnya aku beranikan diri untuk keluar. "Kreek..." pintu kamar terbuka. Pakai acara bunyi segala, kan jadinya nenek yang duduk di kursi tamu langsung menoleh.
"Kamu ngapa keluar Sa? Kan sudah saya larang keluar," nenek melotot dan aku benar-benar ketakutan. Apa keluar dari kamar adalah kesalahan yang besar? Ya aku tau sih nenek udah larang aku keluar. Tapi salah siapa coba..? Jelas-jelas ada tamu malah membisu kayak gak ada orang, kan akunya kepo.
"Risa haus nek... mau ambil air," aku segera mencari alasan. "Tapi kok gak ada siapa-siapa nek, bukannya tadi ada tamu?" Saat aku keluar dari kamar, aku memang tak melihat siapapun selain nenek.
Wajah nenek terlihat kebingungan, atau bisa di bilang kayak maling ke tangkap basah. "Ee... orangnya udah pergi, gak usah banyak tanya kalau mau minum ambil aja cepat ke dapur... dan kembali ke kamar," ya elah, ni nenek ketus amat sama cucu sendiri.
"ckk," aku kesal dan segera ke dapur mengambil air walau sebenarnya tidak haus.
'DUUKK'.. Dasar Risa bodoh... meja sebesar itu kok di tabrak. Sekarang kuku kaki ku terasa sangat sakit. Seperti pocong saja aku melompat-lompat menahan sakit. Lagi asiknya lompat. Kalung merpati itu terjatuh menghempas lantai.
'UPS...' Segera aku ambil kalung itu dengan cepat dan melihat ke belakang takut nanti nampak oleh nenek. Aku usap liontin berbentuk burung itu dengan tanganku takut lecet, dan WUSH...
Seperti ada angin yang keluar dari liontin itu. Aku terkejut dan terdiam sesaat. Tiba-tiba saja kepala ku terasa sangat pusing. Aku berusaha berjalan ke kamar dengan berjalan sambil memegangi dinding takut terjatuh karena rasa pusing ini. Sekilas aku melihat nenek yang ada di ruang tamu.
"Uweeek," segera ku tutup mulutku agar tak benar-benar muntah. Bagaimana tidak muntah? Kali ini aku melihat ada seseorang eh bukan tapi makhluk astral dengan kepala yang terpisah dari lehernya. Dan dia tepat berada di depan nenek . Nenek seperti sedang mengobrol dengannya. Bodohnya aku tetap terdiam di depan pintu memperhatikan nenek yang sedang mengobrol dengannya. Sekali-kali dia berusaha meletakkan kepalanya ke atas lehernya dan benda bulat itu mengelinding jatuh lagi ke pangkuannya. Oh Tuhan... itu benar-benar menjijikkan. Takut nanti ketahuan aku memperhatikannya, aku berusaha bertingkah biasa saja dan membuka pintu kamar. Saat pintu kamar sudah tertutup aku berlari ke jendela dan memuntahkan yang tadi aku tahan.
"Ya... Ampun,apa itu tadi?" Aku menyandarkan kepala di samping jendela. Tanganku mengusap perutku yang sudah memuntahkan isinya pagi ini.
"Itu kebenaran yang kau lihat Risa..." Suara itu, bukan kah hantu bermulut sobek. Seperti ada seseorang di atas kasur ku. Saat ku lihat ternyata benar ada hantu bermulut sobek di sana.
Aish... Perutku terasa mual lagi. Kenapa hantu disini sangat menjijikkan? Yang satu gak ada kepala yang satu penuh sobekan dan darah. Gak sakit apa?.
"Tadi kau mengusap liontin itukan? Dan si kepala putus itu adalah kebenaran yang tak kau lihat Risa...." Dia memerengkan kepalanya ke samping dan tersenyum.
"Jadi yang kau maksud melihat kebenaran itu adalah melihat hantu hah?" Dia gila jika mengatakan bangsanya adalah sesuatu yang benar.
"Iya Risa... Semakin lama kau akan mengumpulkan kepingan puzzle tentang siapa nenek mu itu. Lalu setelah itu aku bisa membalas dendam dan kau bisa keluar dari tempat terkutuk ini." Dendam? Tempat terkutuk? Apa yang di bicarakan hantu ini?.
"Apa yang kau maksud tempat terkutuk? Dan mengapa kau terus mengatakan tentang nenekku?" Aku benar-benar penasaran. "Hahaha...." Kan kan ... dia tertawa lagi... Mulutnya itu loh, bikin ngilu.
"Bisakah kau berubah menjadi sosok yang lebih baik? Aku benar-benar tak nyaman melihat wujud mu yang seperti ini. Maksudku begini, itu.... ah... jangan salah paham. Aku sungguh takut melihatmu."
"Oke," sekejap dia berubah menjadi seperti gadis yang ku temui di belakang rumah.
"Seperti Sherly?" Gumam ku.
"Namaku memang Sherly, Risa,kau bisa memanggilku itu." Katanya sambil tersenyum.
Aku hanya menganggukkan kepala." Bisakah kau menjawab pertanyaanku tadi sherly?" Aku teringat dia belum menjawab pertanyaanku.
"Baiklah. Risa apa kau tak curiga tidak ada satu pun rumah disini selain rumah nenek mu? Tidak ada orang selain hantu yang kau temui?."
Risa tertegun. Benar sudah beberapa hari dia di sini, dia tidak melihat satu rumah pun dan orang lain. "Dan bukan kah kau juga curiga tingkah nenek itu tak seperti tingkah nenekmu seperti biasanya."
"bagaimana kau tau?" Aku heran. "Risa, aku sangat mengenal Nenek Intan. Dia sangat baik tidak seperti yang kau lihat ini."
"Tunggu... kok kamu tau nama nenek ku? Dan mengapa kamu sangat mengenal nenekku? Kamu siapa?" Risa benar-benar bingung sekarang.
"nanti kamu juga bakalan tau Risa..." Katanya lalu menghilang begitu saja.
Aku tertegun dan sangat kebingungan, aku ingin menelpon ibu. Tapi disini tidak ada sinyal sama sekali. Sial.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Pujiati Fathir
kok bpk ya tega bgt nganter an a kknya ga sampe rumah
2022-09-28
1
Wartin Kusmawati
lanjut thoor
2022-01-26
1
Raini Sapitri
Mulai seruuu nich ceritanya
2021-06-04
1