Pagi ini begitu cerah, Hania akan ikut ayah nya ke kebun untuk panen sayur disana.
Rumah Hania memang berada di pinggir gunung, setiap hari rumah nya di lewati oleh orang-orang yang berlalu-lalang pergi atau pulang dari kebun atau sawah.
Hania sangat terkenal dengan keramahan nya pada orang-orang hingga membuat banyak orang menyukai nya.
Setelah menyiapkan makanan untuk nanti siang, Hania pun segera menyusul ayah nya yang sudah pergi lebih dulu tadi pagi.
Dari atas gunung, terlihat pemandangan begitu indah. Tiupan angin begitu lembut ketika membelai kulit.
Selama di perjalanan Hania di sapa oleh para petani, sebagian mereka memuji kecantikan Hania.
"nuju kamana, neng?"
"Ka kebon teh, rek nulungan ayah."jawab Hania ramah
"Oh gitu. Hati-hati neng."
"Matur nuwun teh. Mari."
"Punten."
Hania melanjutkan perjalanan nya, tak lama kemudian Hania sampai di pondok kebun nya.
"Ayah."panggil Hania sembari meletakkan rantang makanan di dalam pondok.
"Iya nak."sahut pak Arshad
Hania pun memakai topi yang dia bawa dari rumah, lalu Hania turun ke kebun untuk membantu pak arshad.
Pak arshad menaman beberapa sayuran di kebun nya, sayur-sayuran tumbuh dengan subur disana.
Biasa nya setelah panen para pengepul akan datang ke kebun nya untuk membeli sayuran nya.
****
Sore hari nya.
Pak Arshad pulang nya lebih sore dibandingkan biasa nya, sementara Hania sudah pulang lebih dulu sebelum ashar.
Pak arshad terus melangkahkan kaki nya di atas bebatuan di atas gunung. Wajah tua itu terlihat sangat lelah namun dia tetap semangat untuk putri kesayangannya.
Tiba-tiba di perjalanan tak sengaja pak Arshad melihat sebuah mobil menabrak pohon besar di tepi gunung.
"Astaghfirullahaladzim."ucap pak arshad lalu dia menghampiri mobil itu
Pak Arshad terkejut ketika dia melihat ada seseorang yang sudah tidak sadarkan diri di dalam mobil. Segera pak arshad memanggil beberapa orang disana yang kebetulan juga baru pulang dari kebun.
Tampak mesin mobil bagian depan sudah mengeluarkan asap.
"Ayo bantu keluarkan orang itu, sebelum mobil nya terbakar."titah pak Arshad
Laki-laki tua itu pun di angkat keluar dan menjauh dari sana, dan benar saja tak lama kemudian mobil itu meledak. Untung saja mobil itu cukup jauh dari permukiman warga.
"Ayo bawa ke rumah saya aja."pinta pak Arshad
"Baik mang."
Laki-laki itu di bawa ke rumah pak arshad. Dan laki-laki itu belum juga sadarkan diri.
"Assalamu'alaikum."ucap pak arshad dengan nafas tersengal-sengal
"Wa'alaikumsalam."buru-buru Hania berlari ke luar.
"Ada apa ayah?"tanya Hania yang tak kalah khawatir
"Tolong siapkan tikar dulu nak."
"Baik ayah." Hania segera membentang kan tikar di ruang tamu
Laki-laki itu di baringkan disana. Sementara orang-orang yang membantu nya sudah pergi.
"siapa bapak ini, yah?"
"Ayah nggak tau nak, tadi saat ayah mau pulang. Ayah melihat ada mobil menabrak pohon besar di pinggir jalan yang cukup jauh dari permukiman."
"Ya Allah, gimana kita menghubungi keluarga nya yah?"
"Ntah lah, kita tunggu saja dia sadar."
"Iya yah."
Pak arshad pergi kebelakang untuk mandi dan sholat ashar terlebih dahulu.
Setelah itu pak arshad kembali ke ruang tamu, saat pak arshad ingin duduk di kursi. Tiba-tiba laki-laki tua itu pun sadar.
Pak arshad segera mendampingi nya.
"Alhamdulillah, anda sudah sadar."ucap pak arshad
Laki-laki tua itu masih kelihatan bingung dan panik.
"Saya dimana?"tanya laki-laki tua itu
"Anda di rumah saya, tadi saya tidak sengaja menemukan anda di dalam mobil yang kecelakaan di pinggir jalan."jelas pak Arshad
Laki-laki itu mencoba mengingat kejadian tadi siang.
"Ya Allah, terima kasih pak karena sudah menyelamatkan saya."
"Sama-sama, maaf kalau boleh tau kenapa anda sampai bisa menabrak pohon?"
"saya kesini mau mengambil sayuran untuk stok di rumah makan saya, kebetulan sopir dan karyawan saya lagi ada halangan, saat dalam perjalanan tiba-tiba dada saya sakit dan sesak."
Pak Arshad manggut-manggut"sekarang bagaimana? Apa ada yang sakit? saya antar ke puskesmas aja ya."
"Tidak usah, Alhamdulillah saya tidak apa-apa."jawab laki-laki itu lalu dia bangun dan duduk
"Nia."panggil pak arshad
"Iya yah."
"Tolong ambilkan air putih nak."
"Iya yah."
Tak lama kemudian, Hania datang sembari membawa segelas air.
"Alhamdulillah bapak nya sudah sadar, silahkan di minum dulu pak."ucap Hania sembari tersenyum
"Terima kasih."
"Dia putri saya pak, nama nya Hania."
"Oh iya, salam kenal Hania. Saya pak farhan."
Kedua nya mengangguk
"Sebentar ya pak, yah. Hania siapkan makanan dulu."
"Iya nak."
"Oh ya, saya Arshad."
"Salam kenal pak Arshad. Saya sangat berhutang Budi pada anda."
"Tidak usah merasa seperti itu pak, sudah kewajiban kita untuk saling tolong menolong."
"Iya-iya. Panggil saja saya Farhan."
"Baik lah, panggil saya juga Arshad."
Kedua nya pun tertawa kecil.
"Ayah, pak mari makan dulu."titah Hania
"Iya nak."
Pak Arshad dan pak Farhan pun pergi ke dapur.
"Maaf han, begini lah keadaan kami."
"Tidak apa-apa."ucap pak Farhan sembari tersenyum
Mereka pun makan bersama kemudian sholat Maghrib berjamaah.
Pak arshad dan pak Farhan terlihat begitu akrab. Padahal baru beberapa menit yang lalu mereka mengobrol.
*****
Ke esokan hari nya, pak Farhan sudah merasa enak. Dia meminta Hania untuk memesankan nya taksi. Hania pun menurut.
Tak lama kemudian sebuah taksi lebih tepat nya travel sudah tiba di depan rumah Hania.
Pak Farhan segera pamit dengan pak Arshad dan Hania.
Berulang kali dia mengucapkan terima kasih pada pak arshad dan Hania.
"Ins syaa Allah nanti saya akan kembali kesini lagi. Sekali lagi terima kasih banyak shad, nia."
"Sama-sama pak. Hati-hati di jalan."ucap Hania sementara pak Arshad hanya mengangguk saja
Pak Farhan mengangguk, lalu dia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan rumah keduanya.
*****
Selepas kepergian pak Farhan, Hania kembali melanjutkan pekerjaan rumah nya. Sementara pak Arshad sibuk memperbaiki jala ikan milik nya di belakang rumah.
Pak Arshad juga sering menjala ikan di sungai bersama teman-teman nya.
"Mau kemana lagi nanti yah?"
"Biasa cari ikan sama bapak-bapak disini."
"Ayah itu harus istirahat yah, jangan kerja terus. Hania nggak mau kalau ayah sakit."
"Nggak kok nak, justru kalau ayah diem aja di rumah, ayah tambah cepat sakit."
"Hmm, ayah ngeyel dech kalau Nia bilangin."ucap Hania cemberut
"Heheh, nggak usah khawatir. Ayah masih kuat kok."
"Hmm, terserah ayah aja dech asal ayah senang aja."
"Oke, terima kasih sayang."
"Hmm, Nia ke kamar dulu ya."
Hania kembali ke kamar nya, dia duduk di tepi kasur. tiba-tiba dia kepikiran dengan ibu nya, bahkan dia ingin mencari ibu nya.
"Ya Allah, ibu dimana sekarang ya?."tanya Hania lirih
Ntah apa yang dirasakan oleh Hania, yang jelas sakit dan penuh dengan berbagai pertanyaan.
Hania menarik nafas panjang lalu membuang nya dengan pelan.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments