Pagi ini terlihat begitu cerah, suara kicauan burung membuat suasana terasa damai dan tenang. Semilir angin terasa lembut ketika membelai kulit.
Sehabis membuat sarapan, Hania kembali ke kamar untuk siap-siap ke kantor.
Setelah merasa siap, Hania menemui ayah nya yang sedang sarapan di meja makan.
"Ayah, Nia langsung berangkat aja ya. Assalamu'alaikum."
"Kamu nggak sarapan dulu?"
"Nia, bawa bekal aja yah."
"Iya udah kalau gitu, Kamu hati-hati ya."
"Iya yah. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
******
Di kantor tampak orang-orang sedang ramai disana.
"Hmm, ada apa ya?"batin Hania
Saat Hania masuk ke dalam kantor, semua mata tertuju pada Hania tanpa terkecuali Andra.
"Maaf, kenapa kalian melihat saya seperti itu?"tanya Hania memberanikan diri
"Ikut ke ruangan saya sekarang."titah Andra dengan suara tinggi
Hania langsung mengikuti nya dengan penuh tanda tanya.
Di dalam ruangan, Hania hanya berdiri di depan meja Andra.
"Ada apa pak?"tanya Hania
"Kamu masih tanya kenapa? Apa ini?hah."tanya Andra lalu melempar berkas yang di pegang oleh Evan
Hania terkejut lalu dia mengambil berkas itu dan membuka nya.
"Astaghfirullahaladzim."ucap hania tak percaya
Berkas itu berisi bukti penarikan uang kantor dengan jumlah yang lumayan besar.
"Ini maksud nya apa pak?"tanya Hania masih bingung
"Nggak usah berlagak bodoh kamu, jelas-jelas itu tanda tangan dan nama kamu."bentak Andra
Evan langsung berdiri karena takut Andra menyakiti Hania.
"Duduk dulu, Nia."titah Evan
"Coba jelaskan tentang berkas itu."ucap Evan
Sementara Andra masih berdiri disana dengan tatapan mematikan.
"Pak, demi Allah saya tidak tau tentang masalah ini, saya tidak pernah menarik uang karena itu bukan tugas saya."
"Lalu kenapa disana bisa ada nama dan tanda tangan kamu?"tanya Evan lagi
"Saya juga tidak tau pak, tapi saya tidak pernah mengambil uang kantor sepeser pun."jawab Hania!air mata nya hampir saja jatuh namun dia tahan
"Lihat saya Nia."titah Evan
Hania mengangkat kepala nya.
"Kenapa kamu menangis?"tanya Evan
"Saya tau, saya hanya lah seorang anak petani biasa pak, tapi ayah saya selalu mengajari saya untuk berkata jujur dan tidak mengambil hak yang bukan milik saya."jelas Hania sekarang air mata nya sudah jatuh di pipi nya namun tangan nya langsung menghapus nya.
"Hapus air mata mu itu, nggak ada guna nya kamu menangis."ucap Andra
"Reni."panggil Evan
Tak lama Reni pun datang.
"Iya pak."
"Tolong kamu panggil Lisa kesini."
"Baik pak."
Lisa pun juga masuk ke dalam ruangan itu.
"Lisa, apa kamu tau masalah ini?"tanya Evan langsung
"Tidak pak."
"Lalu bagaimana bisa nama Hania dan tanda tangan nya ada di bukti penarikan uang kantor. Ini tugas kamu Lisa."ucap Evan
"Iya pak memang tugas saya, tapi saya belum pernah menarik kembali uang kantor setelah waktu itu bapak meminta saya untuk menarik nya. Dan Hania juga tidak pernah ngomong sama saya pak. Saya rasa ada orang yang ingin menjatuhkan Hania di kantor ini pak."ucap Lisa pada Evan
"Siapa?"
"Saya juga kurang tau, lebih baik bapak cek saja cctv kantor."
"Sudah suruh mereka keluar Van."perintah Andra l
Evan pun memberi kode, lalu Hania, Reni dan Lisa pun keluar dari ruangan.
"Terimakasih ya Lis."
"Kamu nggak usah takut han, aku yakin orang yang tidak menyukai kamu akan jatuh dengan sendiri nya."ucap Lisa sembari melihat ke arah Sekar dan teman-teman nya.
"Apa elu lihat-lihat gue, elu nuduh gue."
"Dih, siapa yang nuduh elu. Kok marah?"sindir Lisa
"Dasar anak baru nggak tau diri."ucap Sekar
"Hmm, iya-iya. Sih mbak yang paling tau diri."ucap Lisa lalu dia tersenyum sinis pada Sekar
"Sudah Lis."ucap Hania
Mereka kembali ke meja mereka masing-masing.
*****
Sementara di dalam ruangan Andra dan Evan mencoba mengecek cctv lewat ponsel nya.
"Elu itu, kalau sama cewek jangan kasar-kasar banget dra. Untung Hania nggak sampe pingsan."
"Emang siapa yang mau mukulin dia?"
"Oh nggak ya, gue kira."
"Gimana? Siapa dalang semua ini?"
"Sabar lah."gerutu Evan
Evan terus memperhatikan setiap sudut ruangan hingga di ruangan Lisa. Evan mengernyitkan kening nya, dia memperbesar gambar di layar ponsel nya.
"Wah, nggak bener ni."ucap Evan
"Siapa van?"
"Ni elu lihat aja sendiri."
"Rupanya mereka belum terlalu lihai dra, mereka nggak sadar apa kalau banyak cctv disini."ucap Evan sembari tertawa
Tampak di layar ponsel Evan, Sekar bersama ketiga teman nya masuk ke ruangan Lisa dan mengambil selembar kertas bukti penarikan beberapa waktu lalu.
"Licik sekali mereka."ucap Evan lagi
Andra sudah semakin emosi.
"Tenang dra, biar ini menjadi urusan gue."
Evan langsung keluar dari ruangan Andra, dan mengajak semua karyawan ke ruang aula. Tentu saja Andra juga ikut dengan mereka.
Sejak kejadian tadi pagi, Hania hanya diam dan pasrah. Wajah nya sedikit pucat karena terkejut dan juga belum sarapan.
"Kalian tau kenapa saya mengumpulkan kalian disini?"tanya Andra dengan suara dingin namun mematikan
"Tidak pak."jawab mereka takut
"Oke, mengenai masalah berkas keuangan kantor tadi pagi, adakah yang disini mau mengaku dengan sendiri nya? Sebelum saya membongkar semua nya."sindir Evan sembari melirik ke arah Sekar dan teman-teman nya yang terlihat sudah panik
"Saya tidak menyangka di kantor ini ada karyawan yang licik. Dia rela melakukan apapun demi menjatuhkan orang lain. Sangat miris, apa kalian tidak memikirkan perusahaan bos kalian ini yang sudah dia bangun mati-matian hingga sebesar ini."ucap Evan lagi
Semua karyawan tertunduk takut dan bertanya-tanya.
"Ayo jawab."bentak Andra sembari menepuk meja
Semua orang terperanjat kaget.
"Masih belum ada yang mau ngaku?"tanya Evan yang sudah mulai tersulut emosi
"Oke, kalau masih belum ada yang mau ngaku, biar saya tunjuk orang nya."ucap Evan
"Sekar."panggil Evan
Sekar tampak panik
"Kenapa kamu ngelakuin hal seperti itu sekar?"
"Saya tidak tau apa-apa pak."
"Kamu masih mau ngelak?"tanya Evan dengan tangan yang terus menjaga Andra untuk tidak melakukan apapun pada Sekar
"Ngaku aja lah Sekar."ucap Reni
"Baik pak, saya ngaku."ucap Sekar
Semua karyawan pun menyoraki Sekar.
"Sudah yang lain silahkan keluar, Hania, Lisa, Sekar dan ketiga teman nya tetap disini."titah Evan
Setelah karyawan yang lain keluar, baru lah mereka membicarakan semua nya.
"Kamu gila Sekar, hah? Kamu mau menghancurkan perusahaan yang sudah saya bangun mati-matian ini, hah?"bentak Andra
"Tidak pak. Maaf kan saya."
"Maaf? Kamu bilang, tidak semudah itu sekar, sekarang kemana uang yang sudah kamu tarik?"bentak Andra lagi
"Saya tidak menarik uang nya pak,kertas itu hanya bukti penarikan palsu."
"Lisa cepat kamu cek."titah Evan
"Baik pak."
Lisa pun keluar. Sementara Hania masih saja diam
"Kenapa kamu tega ngelakuin itu sama Hania? Dia ada salah apa sama kamu?"tanya Evan
"Tidak ada salah apa-apa pak, saya hanya cemburu dengan Hania, dia baru disini tapi dia selalu di ikut sertakan dalam hal besar kantor, sedangkan kami yang sudah lama nggak pernah di ajak."jelas Sekar sedih
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Retna Hardianti
sabar hanian akan indah pada waktunya
2023-07-15
0
Nila
sabar Hania
2023-07-15
0
Yunerty Blessa
sabar Hania
2023-01-26
1