Tara dengan muka bantalnya keluar dari kamar, melihat ke sekelilingnya, lalu berjalan menuju kamar yang diketahuinya sebagai kamar milik Diandra.
"Hey Ely!!" Panggi Tara berbisik, dia melihat Ely yang keluar dari ruang kerja Dewa.
"Iya Nona??" Aly datang mendekat membawa sapu di tangannya.
"Apa mereka sudah pulang??"
Ely jelas tau siapa yang di maksud mereka oleh Tara.
"Sudah Non, tadi malam sekitar jam 11" Jawab Ely
"Kamu tau dia pergi ke mana??" Tanya Tara lagi.
Ely sebenarnya sudah sangat kesal berhadapan dengan Tara, tapi dia bisa apa.
"Saya tidak tau Nona" Jawab Ely singkat.
"Ihh menyebalkan, ya sudah pergi sana!! Dasar tidak berguna!!" Ely meninggalkan Tara yang terus menggerutu itu.
Tara ingin mendekati kamar itu, ingin membukanya namun diurungkan niatnya itu. Tiba-tiba dia memikirkan sesuatu di otaknya yang licik itu.
"Kalau aku nggak bisa menghadapi perempuan tidak tau diri itu. Maka jangan salahkan aku untuk membawa seseorang yang akan membuat hidupmu tak tenang di rumah ini" Senyuman licik menghiasi bibir Tara di pagi ini.
Apalagi yang akan di lakukan perempuan itu untuk Diandra dan Dewa. Tidak salah memang jika Dewa menjulukinya sebagai wanita pengganggu.
🌻🌻🌻
"Emmhhh..." Diandra meregangkan ototnya yang kaku. Rasa pusing sejak tadi malam pun masih sedikit dia rasakan.
Bagaimana tidak?? Tadi malam Dewa membawanya menaiki Helicopter, katanya agar lebih cepat sampai ke rumah. Dan itu untuk pertama kalinya bagi Diandra. Bahkan badannya sampai gemetaran karena rasa takutnya.
Meski Dewa mencoba untuk menenangkannya tapi rasa takutnya justru membuatnya pusing. Meski hanya 30 menit di atas udara tapi itu membuat Diandra lemas tak berdaya.
"Kenapa?? Masih pusing??" Dewa ikut terbangun karena merasakan pergerakan Diandra.
Diandra mengangguk, tapi tak lama setelah itu dia berlari ke kamar mandi.
Dewa tau apa yang membuat Diandra seperti itu. Pasti karena rasa mualnya yang selalu datang setiap pagi.
Hal yang sudah biasa Diandra alami itu membuat Dewa paham apa yang harus dia lakukan. Pasti dia akan menghampiri Diandra di sana. Membantu membersihkan bibirnya, bahkan tak jarang menjadi tempat bersandar bagi Diandra sampai rasa mualnya sedikit berkurang.
"Sudah??" Tanya Dewa setelah Diandra tak terlihat mual lagi. Diandra mengangguk lalu Dewa membawa Diandra kembali ke ranjangnya.
"Minum dulu obat dan vitaminnya, setelah itu kita sarapan" Dewa juga sudah hafal betul mana obat dan vitamin yang harus di minum Diandra di pagi hari.
"Tapi hari ini aku ingin makan sesuatu" Ucap Diandra dengan pelan.
"Apa itu?? Katakan saja. Aku pasti akan membelikan apapun yang kamu inginkan" Dewa duduk di samping Diandra untuk menantikan jawaban dari istrinya itu.
"Aku mau makan kerang, tapi"
"Tapi apa?? Ayo kita cari kerang pasti banyak yang jual di sekitar sini"
"Bukan beli" Sergah Diandra dengan cepat.
"Terus??" Heran Dewa.
"Aku mau kamu sendiri yang cari di laut" Jawaban Diandra membuat Dewa ternganga.
"Aku?? Cari sendiri?? Kamu ngidam??" Dewa memastikan lagi.
Diandra mengangguk tak mau melihat wajah Dewa, dia takut Dewa akan menolak permintaannya.
"Baiklah, aku akan carikan kerang untukmu. Tapi nanti siang. Sekarang makan seadanya dulu ya?? Nggak mungkin kan kalau cari sekarang karena pasti kamu kelaparan" Ucap Dewa dengan lembut membuat Diandra mengangguk senang.
"Terimakasih Dewa"
"Sama-sama" Mengacak rambut Diandra sepertinya menjadi kebiasaan Dewa akhir-akhir ini.
🌻🌻🌻
Dan benar saja, Dewa membuktikan omongannya lagi dan lagi. Kemarin dia membuktikan janjinya untuk mengantar Diandra bertemu Bryan. Dan sekarang Diandra melihat Dewa dari kejauhan yang sedang mencari kerang di pantai di temani asisten dan beberapa anak buahnya.
Dengan pakaian selamnya itu Dewa berkali-kali menghilang untuk menyelam, kemudian mengangkat tangannya ke atas saat menemuka apa yang dia cari.
Sementara Diandra tertawa geli melihat tingkah mereka semua yang sudah basah dengan air laut.
Teriknya matahari tidak menghentikan Dewa sedikitpun, dia justru terus berjalan ke tengah untuk mendapatkan yang lebih banyak lagi.
"Hati-hati Tuan, ingat anda tidak bisa terlalu lama di laut!!" Niko memperingatkan Tuannya itu untuk menjauh dari sana.
"Hanya disini Nik, tambah sedikit lagi setelah itu kita naik" Ucap Dewa keras kepala.
Sebenarnya Niko ikut masuk ke dalam air buka untuk membantu Dewa mencari kerang. Namun dia hanya mengawasi Dewa agar tidak terjadi sesuatu kepadanya.
Diandra menunggu Dewa di bawah rindangnya pohon kelapa, serta angin yang bertiup sepoi-sepoi membuat matanya terasa berat.
Di sana dia hanya di temani dua orang anak buah Dewa yang semuanya laki-laki. Jadi tidak ada teman mengobrol untuknya.
Semakin lama mata Diandra tidak bisa di tahan lagi. Dia menyandarkan tubuhnya pada kursi pantai yang berjejer itu.
Berlahan matanya yang tertutup kaca mata hitam itu mulai terlelap. Dia memutuskan untuk menunggu Dewa dengan memejamkan mata kantuknya sekejap.
Sementara Dewa yang merasa pusing karena melawan sesuatu dari dalam tubuhnya mulai terlihat pucat.
"Kita harus naik kembali Tuan!!" Ucap Niko, kali ini Niko memerintah bukan memperingatkan Dewa lagi.
"Baiklah, aku rasa ini sudah cukup" Ucap Dewa melihat hasil pencarian kerang mereka itu.
Dewa bahkan hampir terjatuh jika Niko tidak memegangnya dari belakang.
"Jangan katakan apapun pada Diandra tentang ini Nik, aku tidak mau dia merasa bersalah" Perintah Dewa.
"Baik Tuan, sekarang kita hampiri Nyonya dulu sebelum kita kembali ke rumah" Dewa menyetujui apa yang Niko katakan itu.
Tidak mungkin bagi Dewa meninggalkan wanita separuh nyawanya itu di sini sendirian..
Dewa terus berjalan mendekati Diandra meski kepalanya terasa pusing. Wanitanya itu sedang bersandar dengan kacamata hitam bertengger di hidungnya.
"Nyonya sepertinya tertidur Tuan" Ucap salah satu anak buahnya yang sedari tadi menjaga Diandra.
"Benarkah??" Dewa duduk di samping Diandra, dan mengangkat kaca mata itu sedikit untum melihat dalamnya.
Dewa tersenyum tipis karena wajah cantik istrinya itu meski sedang terlelap.
"Bagaimana Tuan?? Apa kita bangunkan saja??" Tanya Niko.
"Jangan, bi......"
"DEWA!!"
Panggilan seseorang membuat Dewa dan semua orang yang ada di sana menoleh kecuali Diandra yang tertidur.
Perempuan cantik berambut sebahu dengan topi pantainya hang besar serta kaca mata hitamnya itulah yang memanggil Dewa.
Dengan senyuman di wajahnya, perempuan itu mendekati Dewa.
"Apa kabar Dewa??"
Dewa berdiri memperhatikan wajah perempuan itu lekat.
"Kamu??" Gumam Dewa.
BRUUGG....
"Kamu masih ingat aku kan??" Perempuan itu sudah memeluk Dewa yang masih basah kutub itu.
Dewa masih diam mematung, tidak membalas pelukannya, dia tak menyangka bisa melihat perempuan yang sudah lama hilang dari hidupnya itu.
Dan ajaibnya justru perempuan itu kembali dengan sendirinya.
Sementara itu Diandra mulai terbangun dari tidurnya. Dia terusik dengan suara di sekitarnya.
Yang pertana kali Diandra lihat saat dia membuka matanya adalah. Tubu Dewa yang sedang di peluk oleh seorang wanita.
"Siapa perempuan ini??"
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
ᵇᴇɴɪʰᴄɪɴᴛᴀ❤️ʳᵉᴍʙᴜˡᵃⁿ☪️
whaduuuh Dateng lagi satu pelakor...
2023-10-07
1
Siti Halimatun
KL ini hrs cemburu dunk
2023-09-27
1
Miss Typo
semoga Diandra cemburu 😁
2023-03-16
1