"Lepaskan aku Dewa!! Kau menyakitiku!!"
Dewa sama.sekali tidak mendengarkan rintihan Diandra itu. Dewa justru terus menyeret tangan Kania menuju kamar mereka. Pria itu benar-benar di bukan oleh amarah saat ini.
BRUUKK...
Dewa melempar Diandra ke ranjang, seakan dia tidak ingat jika saat ini Diandra sedang mengandung anaknya.
Dengan sekali tarikan, dasi yang melingkar di leher Dewa itu terlepas. Masih dengan tatapannya yang beringas Dewa menggunakan dasi itu untuk mengikat tangan Diandra ke belakang.
"Apa yang kau lakukan?? Kau mau menyiksaku??" Diandra terus memberontak dan berteriak. Tapi apa daya, tenaganya kalah jauh dengan milik Dewa yang gagah perkasa.
Masih merasa tak puas karena sudah mengikat tangan Diandra. Dewa kemudian melepas kemeja yang di pakainya, lalu menarik kaki Diandra yang hampir saja menendangnya.
"Yakkk!! Apa yang kau lakukan b***gsek!! Lepaskan pria sycho!!"
Umpat Diandra karena Dewa benar-benar menali kedua tangan dan kakinya. Sekarang Diandra hanya makhluk lemah yang tak berdaya di atas ranjang.
"Nikmati saja hukuman mu itu Dee. Aku sudah memperingatkan mu sebelumnya, tapi apa?? Kamu benar-benar membuat ku kecewa. Apalagi kamu berusaha menggugurkan janin kamu. Apa naluri keibuan mu sama sekali tidak muncul sampai kamu tega menghilangkan janin tidak berdosa itu??"
Dewa hampir saja mengeluarkan bola matanya saat mengatakan itu semua kepada Diandra.
"Aku tidak peduli!! Aku akan dengan senang hati merawat dan menyayanginya jika yang aku kandung ini anak dari pria yang ku cintai. Tapi masalahnya ini adalah benih mu!! Aku tidak mau mengandung anak pria g*la seperti mu!!"
Bukannya diam agar Dewa tidak terus menyiksanya, Diandra justru semakin meniup api yang sudah berkobar di dalam sana.
"Jika kamu bukan wanita yang aku cintai. Mungkin saat ini nyawamu sudah terpisah dari ragamu Dee!!"
Dewa hanya bisa mengucapkan itu. Karena dia tidak tau lagi harus menjawab apa setelah Diandra mengatakan tidak mau mengandung anaknya.
"Lakukanlah!! Bahkan jika aku m*ti saat ini pun aki siap. Daripada aku harus hidup bersama pria sepertimu selama hidupku!!"
Air mata Diandra lolos begitu saja. Dia tidak menangis karena siksaan Dewa. Tapi dia menangisi nasibnya yang harus berakhir bersama pria kejam seperti itu.
Dewa yang amarahnya sudah di ubun-ubun itu langsung menc*kik leher Diandra. Rahangnya mengeras dengan matanya yang sudah memerah.
"Benar kamu ingin m*ti sekarang Dee??" Tanya Dewa dengan wajahnya yang hanya berjarak beberapa senti saja dari wajah Diandra.
Diandra tidak bisa menyingkirkan tangan yang sudah sangat menyiksa lehernya itu karena tangannya yang terikat di belakang.
"Mungkin itu lebih baik daripada kamu hidup tapi cintamu tak pernah untukku!!" Dewa mengatupkan mulutnya dengan tangannya yang semakin kuat mencengkeram leher Diandra.
Diandra bahkan sudah berkeringat dingin karena tak ada pasokan oksigen yang bisa menembus paru-parunya.
"Uhuk..uhuk.. uhuk..." Diandra terbatuk-batuk setelah Dewa menghempaskan Diandra kembali.
Dewa bangkit lalu membelakangi Diandra yang masih kesusahan untuk bernapas itu.
"Aku akan kembali nanti, jika kamu bisa tenang aku akan melepaskan mu" Ucap Dewa dengan suaranya yang sudah normal kembali. Kemudian dia berlalu tanpa melihat Diandra di belakangnya.
🌻🌻🌻
Sementara itu di tempat lain, Bryan sedang di rawat oleh Kimi, managernya.
"Udah deh say, kamu nggak usah ikut campur maslah dia lagi. Kamu bisa hancur saat ini juga kalau dia mau" Ucap pria kemayu itu pada Bryan.
"Tapi aku cinta sama dia Kim, kamu tau sendiri kan?? Aku nggak rela dia hidup dengan pria kejam seperti itu" Bryan kembali meringis saat Kimi menekan bagian luka Bryan dengan kapas.
"Terus sekarang mau apa?? Kamu harusnya sadar kamu nggak akan bisa mengalahkan kekuasaannya. Bahkan tubuhmu saja sudah di bayar lunas oleh perusahannya!!"
Bryan memang membenarkan ucapan Kimi itu. Dia bisa apa hanya dengan uang yang dimilikinya itu. Jika di ukur dari orang biasa, uang yang di miliki Bryan cukup banyak. Tapi jika di ukur dari seorang Dewa, uang Bryan hanya recehannya saja.
"Aku sadar Kim, tapi entah kenapa aku belum rela melepas Diandra. Bahkan Diandra pun sama, dia masih ingin memperjuangkan cinta kita Kim" Baru kali ini Kimi melihat modelnya itu menangis. Apalagi hanya karena seorang wanita.
"Bukannya aku tidak mendukung keputusan kalian untuk saling memperjuangkan cinta kalian. Tapi masalahnya sekarang, apa kalian bisa mencari solusi dari masalah ini?? Apa kalian bisa mengalahkan Dewa yang berkuasa itu??"
Bryan hanya diam, dia tidak mampu menjawab pertanyaan Kimi sama sekali.
"Sekarang lebih baik pikirkan bagaimana caranya kita mencari alasan agar jadwal pemotretan mu bisa di undur. Tidak mungkin kan jika kamu akan berpose di depan kamera dengan wajahmu yang sudah tidak berbentuk seperti ini??" Kimi meninggalkan Bryan sendirian di kamar. Dia memberikan kesempatan Bryan untuk berpikir lagi tentang masalah yang di hadapinya.
"Huhh, susah deh kalau udah masalah hati. Capek eike" Gumam Kimi setelah menutup kamar Bryan.
🌻🌻🌻
Dewa berdiri di depan dinding kaca yang menampakkan pemandangan laut di malam hari. Gelap gulita, seperti hatinya sekarang ini. Hanya kegelapan di sana. Niatnya menikahi Diandra agar bisa menjadi pelita di hatinya, tapi nyatanya begitu sulit untuk meluluhkan hatinya.
Dewa melihat jam ditangannya, sudah waktunya makan malam saat ini. Dan dia tentu saja teringat dengan istrinya itu. Karena Diandra sekarang tidak sendiri lagi, ada nyawa lain yang membutuhkan asupan makanan dari ibunya. Jadi Dewa bergegas ke kamar Diandra utuk mengajaknya makan malam.
Dewa membuka pintu kamarnya dengan berlahan. Dengan berlahan pula Dewa mendekati Diandra yang tampak tenang di ranjang. Duduk di sisi ranjang menghadap wajah Diandra yang terlelap dengan damai.
Untuk sejenak Dewa kembali mengagumi wajah cantik Diandra. Dewa memang mengagumi wajah itu sejak melihatnya untuk pertama kalinya.
Dewa menyingkirkan anak rambut yang menutupi pipi mulus itu. Terlihat jelas jejak air mata yeng mengering di sana. Dewa juga menyadari perubahan di wajah itu, tampak lebih tirus dengan tulang pipinya yang terlihat sedikit lebih jelas.
Sebenarnya Diandra juga sangat menyesali perbuatannya yang terkadang lepas kendali. Tapi dia tidak bisa mengendalikan amarahnya ketika berhadapan dengan Diandra yang selalu menatapnya dengan kebencian.
"Haus..." Lirih Diandra.
Diandra mengerjakan matanya, karena sekilas melihat seseorang yang duduk di depannya.
"Aku akan melepaskan mu asal kamu berjanji untuk tetap tenang" Kata Dewa dengan dingin.
Diandra yang sudah tidak tahan lagi hanya mengangguk. Dia kehausan serta merasakan kantung kemihnya yang terasa penuh.
Dewa meraih tangan Diandra, melepaskan dasi yang mengikat tangan Diandra itu, tak lupa juga melepaskan ikatan pada kaki Diandra.
Tak mau meladeni Dewa lagi, Diandra justru langsung melesat ke kamar mandi. Meninggalkan Dewa yang masih duduk tenang di tempat semula.
Di saat Diandra keluar kamar mandi dengan kakinya yang sedikit tertatih karena bekas ikatannya yang terlalu sakit, Diandra masih melihat Dewa duduk si sana.
"Kita makan malam dulu" Entah itu ajakan atau perintah Diandra tidak tau.
Kali ini tidak ada bantahan dari Diandra. Dia hanya mengikuti punggung tegap itu yang berjalan di depannya.
Meja makan yang luas dan panjang itu sudah terisi berbagai jenis makanan yang di sukai Diandra. Tapi semua itu sama sekali tidak menarik perhatian Diandra sama sekali.
Dewa sudah duduk di kursi tengah, sementara Diandra duduk di sisi kanan Dewa. Karena hanya ada dua piring di meja itu yang sudah di siapkan. Yaitu di tempat Dewa dan di depan diandra saat ini.
Makan malam itu hanya di temani suara sendok yang berbenturan dengan piring. Tidak ada satupun dari mereka berdua yang mau mengeluarkan suaranya. Hingga tiba-tiba Diandra berdiri, kemudian meninggalkan meja makan begitu saja tanpa sepatah kata pun.
Dewa melirik piring Diandra yang hanya berkurang sedikit saja makanannya hanya menghela nafasnya. Lalu menatap Diandra yang sudah menaiki tangga menuju kamarnya.
Lagi-lagi Dewa hanya terdiam menatap Diandra. Kita tidak pernah tau apa yang sedang di pikirkan pria tampan itu, karena Dewa terlalu misterius bagi kita manusia yang awam.
Bersambung...,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Juan Sastra
akhir dari benci mencintai dan akhir dari cinta ialah merelakan
2024-11-25
0
ᵇᴇɴɪʰᴄɪɴᴛᴀ❤️ʳᵉᴍʙᴜˡᵃⁿ☪️
semua yang berlebihan ternyata memang tidak baik...baik itu rasa cinta maupun rasa benci..
2023-10-07
2
Miss Typo
aku berharap Dee bisa cpt berubah bisa menerima pernikahan nya dgn Dewa, biar bisa hidup tenang dan bahagia
2023-03-15
2