Cerita ini hanya kehalusan author semata. Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenang...
Selamat Membaca 💫💫💫💫💫💫💫💫
Langit POV
Aku masuk kedalam pekarangan rumah ku, setelah mengantar Senja pulang. Setelah ini aku akan kembali ke rumah sakit untuk memantau beberapa pasien yang masih melakukan kontrol ulang.
"Nganterin siapa Lang?" Tanya Papa yang sudah duduk santai sambil menikmati secangkir kopi tanpa gula.
Papa menderita penyakit gila darah jadi aku tak mengizinkan nya untuk minum kopi dengan gula untung saja Papa menurut hingga kesehatan nya bisa terjaga.
"Nganterin teman Pa." Jawabku membuka satu kancing batik yang kupakai.
"Mau balik kerumah sakit lagi?" Tebal Papa
Aku mengangguk sambil menggulung lengan batik kepanjangan ini. Sebenarnya aku tidak terlalu suka memakai batik tapi karena tuntutan dan keseharusan mau bagaimana lagi?
"Hiks Bunda... Bunda."
Aku dan Papa terkejut ketika mendengar teriakan Bintang dari kamar yang menangis sambil memanggil nama Bundanya.
"Lang anakmu kenapa itu?" Papa meletakkan bukunya.
"Gak tahu Pa." Aku dan Papa berhambur kearah kamar Bintang.
Mama juga menyusul kesana. Apalagi Bintang cucu kesayangan mereka. Kadang aku yang seperti di anak tirikan oleh mereka. Benar kata orang-orang, orangtua kalau sudah punya cucu lebih sayang cucu dari pada anaknya.
"Bintang."
Kami bertiga masuk kedalam kamar Bintang dengan wajah panik. Apalagi Bintang berkeringat dingin.
"Astaga Lang, putramu demam." Pekik Mama. Mama adalah dokter spesialis anak, namun dia sudah pensiun
"Iya Ma. Aku akan bawa ke rumah sakit aja." Aku juga panik. Bintang belahan jiwaku.
"Bunda hiks hiks. Bunda." Bintang berteriak hendak turun dari ranjang.
"Son, jangan turun ya. Ayah disini kita kerumah sakit ya Nak." Ucapku lembut sambil menyeka dahinya yang berkeringat.
"Gak mau Bintang mau sama Bunda. Bintang mau ketemu Bunda. Dimana Bunda, Ayah? Kenapa Bunda pelgi lagi?" Isak Bintang.
"Cuci Oma, sini sama Oma ya sayang biar Oma periksa." Rayu Mama.
"Gak mau Bintang mau nya sama Bunda." Bintang tetap merenggek.
"Lang, Bunda siapa sih? Bintang ketemu Bunda nya dimana?" Tanya Papa penasaran. Istriku sudah meninggal lalu siapa yang dipanggil Bunda oleh Bintang? Pasti begitu pikiran Papa.
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Mau jawab apa.
"A-anu itu Pa_."
"Ayah, Bintang mau ketemu Bunda, Ayah. Bunda kemana? Kenapa Bunda ninggalin Bintang lagi? Tadi Bunda bilang mau bobo sambil peluk Bintang." Bintang semakin menangis histeris.
Mama juga berusaha menenangkan Bintang. Bintang kalau sudah merenggek dan menangis seperti ini sangat susah untuk dirayu. Dia bisa menangis berjam-jam sampai matanya bengkak. Dia pria kecil yang keras kepala, entah sifat siapa yang dia turuni?
"Lang, kamu kenapa diam aja sih? Bantuin!" Omel Mama.
Aku menghela nafas panjang. Kasihan sekali melihat anakku menangis seperti ini. Apalagi keringat dingin membasahi dahinya. Aku yakin dirayu pakai bahasa Planet pun Bintang takkan mau. Dia akan tetap merenggek dan menangis sampai keinginan nya itu terpenuhi.
"Cup cup cucu Opa, mau permen atau main yuk sama Opa kita main kejar-kejaran." Seru Papa juga ikutan merayu.
"Gak mau. Bintang maunya sama Bunda, hiks hiks. Bunda." Sudah kuduga pakai bahasa apapun Bintang takkan mau dirayu.
Aku melihat anakku dengan kasihan. Tak ada cara lain selain membawa Senja kesini. Ahh sebenarnya aku keberatan membawa istri orang bisa-bisa aku dituduh pembinor nanti.
"Son." Aku tersenyum sambil mengelus kepala putraku yang menangis itu "Bintang minum obat dulu ya Nak sama Oma, Ayah jemput Bunda." Bujukku.
"Bintang ikut." Pintanya wajahnya langsung sumringah saat aku mengatakan membawa wanita itu kesini.
"Jangan ya Nak. Bintang tunggu disini aja. Ayah janji akan bawa Bunda kesini." Ucapku tersenyum lembut "Mau ya sama Oma? Kalau Bintang gak mau diperiksa sama minum obat, Ayah juga gak mau bawa Bunda kesini!" Aku mengerucut kan bibirku seolah merajuk agar dia benar-benar percaya padaku.
Bintang mengangguk patuh "Janji ya bawa Bunda kesini?" Sambil menunjukkan jari kelingking nya dan mengajakku membuat sebuah perjanjian.
"Iya Son." Aku menyambut uluran jarinya "Ya sudah Ayah jemput Bunda ya. Minum dulu obatnya. Kan jagoan Ayah hebat." Ku kecup ujung kepalanya.
Setelah Bintang tenang aku dan Papa keluar dari kamar Bintang. Sedangkan Bintang dirawat oleh Mama. Bidang Mama memang spesialis anak-anak jadi dia paham bagaimana menghadapi anak-anak yang sedang merajuk seperti Bintang. Tapi perlu digaris bawahi bahwa putraku bernama Bintang Angkasa Langit itu susah sekali dibujuknya. Aku saja kewalahan. Untung saja Bintang masih bisa dirayu dengan embel-embel aku akan membawa Senja kesini.
"Kamu mau kemana Lang?" Tanya Papa yang melihatku mengambil kunci mobil.
"Mau jemput Bunda nya Bintang." Jawabku asal. Aku masuk kedalam kamar sebentar dan berganti baju. Seperti nya aku harus batal kerumah sakit.
"Bunda Bintang siapa Lang?" Tanya Papa bingung
"Nanti juga Papa tahu. Aku pergi dulu Pa." Pamitku keluar dari pintu dan masuk kedalam mobil.
Kulihat Papa tampak bingung didepan pintu sambil menatap mobilku yang menjauh. Jangan heran dengan Papa, walau sudah tua begitu jiwa ingin tahunya lebih besar dari anak muda. Maklum Papa adalah mantan Kapten Tentara Angkatan Laut dan sekarang juga sudah pensiun. Jadi Papa menikmati hari-hari tua nya dirumah bersama Mama dan Bintang.
Aku menghela nafas panjang sambil menyetir. Apa kata orang aku menjemput istri orang?
Tapi Senja dimana? Apa dia masih dirumah Ayah mertuanya? Rumah mertuanya dengan mess tempat dia tinggal tidak terlalu jauh tapi perlu naik ojol untuk bisa cepat sampai.
"Mungkin Senja masih dirumah mertuanya." Gumamku sambil melajukan mobilku.
Sialnya aku selalu lupa meminta nomor ponsel Senja. Sebenarnya bukan lupa tapi karena aku tidak berani memintanya. Senja itu istri orang, bisa berakibat fatal jika Reza tahu nanti aku malah dituduh menggoda istri orang lagi.
Aku tidak tahu bagaimana Bintang bisa begitu lengket dengan wanita bernama Senja itu? Sejak Bintang mengenal Senja dia banyak berubah, padahal baru bertemu beberapa kali saja. Dan setiap hari Bintang selalu menanyakan Senja padaku, ya kujawab asal saja. Anak-anak seperti Bintang memang memiliki jiwa ingin tahu yang begitu besar.
"Senja." Gumamku.
Jujur nama Senja ini adalah nama yang begitu unik dan entahlah bagaimana kepribadian nya karena aku belum mengenalnya jauh dan seperti nya nama itu tidak asing, aku pernah membaca novel seorang penulis dengan nama pena Senja. Apa itu Senja? Tapi tidak mungkin, dilihat dari sisi mana pun Senja tidak mencerminkan seorang penulis sedikit pun.
Bersambung.....
Kita move ke Mas Langit dulu yaaaa.
Jangan lupa dukungannya pra sayangku....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
ria
semangaat mas duda ..semoga lancar untuk mendapatkan hati istri orang🙈
2023-02-14
1
ria
dugaanmu gak salah mas duda😙
2023-02-14
0
Erni Kusumawati
semoga ini awal kebahagiaan utk Senja...berada di keluarga yg tepat dan menghargai Senja
2023-02-14
0