Selamat Membaca 💫💫💫💫💫💫💫💫💫
Aku menangis sepuasnya ditoilet. Kenapa rasanya sakit sekali? Apa yang Mas Reza lakukan padaku? Siapa wanita itu? Siapa bayi itu? Kenapa mereka terlihat harmonis? Apa ada yang aku lewatkan selama ini?
"Siapa wanita itu? Kenapa Mas Reza bisa mesra banget sama dia?" Aku masih terisak.
Tok tok tok tok
"Ja, kamu baik-baik aja kan disana?" Tanya Lena panik diluar sana.
Segera aku menyeka air mataku. Tidak. Aku tidak boleh berprasangka buruk, mungkin perempuan itu teman dekatnya Mas Reza atau bisa hanya sepupu atau siapalah. Aku yakin Mas Reza tidak akan membiarkan benang kusut masuk kedalam pernikahan kami.
Aku mencuci wajahku supaya tidak terlihat bahwa aku selesai menangis. Aku ini wanita kuat, jangan sampai aku terkecoh karena pikiran ku sendiri.
Aku kembali menaburkan make up tipis diwajah ku serta menambah lipstik yang sudah memudar.
Aku keluar, karena tidak mau membuat Lena khawatir padaku.
"Kamu gak apa-apa kan Ja?" Lena menatap wajahku.
"Gak kok Len." Aku berusaha tersenyum kuat.
"Ayo. Betrand nyariin kamu." Lena menggandeng tanganku.
Seketika langkah Ibu anak satu ini berhenti, dia tampan terdiam sejenak.
"Ada apa Len?" Keningku berkerut heran.
"Ja, kok aku curiga ya sama Mas Reza. Kira-kira siapa wanita yang sama dia tadi sambil gendong bayi lagi? Ja atau Mas Reza selama ini diam-diam nikah dibelakang kamu bisa jadi kan Ja." Oceh Lena.
"Udahlah Len gak mungkin." Aku masih menepis segala prasangka buruk itu padahal hatiku juga mengatakan hal yang sama.
"Ya udah deh, kamu gak usah pikirin itu dulu. Ntar tanya aja langsung sama Mas Reza." Imbuh Lena.
Kami kembali menuju ruangan pesta rasanya aku benar-benar tak nafsu makan sebelum rasa penasaran ini terjawab.
"Ini piring kamu tadi." Menyerahkan piring yang sudah kuisi dengan makanan tadi.
"Tante Senja, Tante tadi kemana Betrand nyariin Tante?"
"Tadi Tante ke toilet sayang." Jawabku "Betrand udah makan?"
Dia menggeleng "Belum Tante. Kan nungguin Tante." Ucapnya
"Sini sayang, biar Tante suapin ya."
Dia mengangguk dan menurut. Sedangkan Lena dan Mas Raswan geleng-geleng kepala saja. Sejak remaja aku memang menyukai anak-anak, dulu pernah bercita-cita menjadi guru TK, sayang karena kurangnya uang dan kasih sayang orang tua akhirnya aku menikah setelah lulus sekolah menengah atas.
"Maaf ya Ja, Betrand jadi ngerepotin kamu." Ucap Mas Raswan merasa tak enak hati.
"Gak apa-apa Mas. Betrand udah aku anggap kayak anak aku sendiri kok." Jawabku.
Lena menghela nafas panjang. Dia adalah sahabat yang selalu bisa merasakan kesedihan ku. Dia juga sahabat somplak yang rela melakukan segala kegilaan demi aku.
Setidaknya dengan menyuapi Betrand bisa disedikit mengalihkan rasa sakit yang menghantam dadaku. Tapi dimana Mas Reza?
Aku celingak-celinguk melihat kearah bagian tamu yang lainnya dan pas aku melihat Mas Reza berada di meja VVIP yang lain bersama wanita tadi dan kenapa lelaki yang kutabrak tadi ada disana?
"Ja liatin apa?" Tanya Lena penasaran, Lena ikut melihat arah mataku "Liatin Mas Reza lagi?" Tebak nya.
"Gak." Kilahku.
Rasanya aku ingin menghampiri Mas Reza dan bertanya siapa wanita dan bayi yang mereka gendong itu? Apa hubungan mereka kenapa sang akrab sekali? Tuhan kenapa rasanya dadaku sesak, aku ingin menangis dan berteriak. Jika saja aku ini sedang sendirian sudah pasti aku akan menangis sambil terisak.
Setelah makan kami bersiap-siap untuk memberikan selamat dan salam kepada kedua mempelai. Rasanya kaki ini tak mampu melangkah serasa ada beban yang menghambatnya.
"Tante kenapa kok melamun?" Betrand mengangkat kepalanya sambil menatapku dia masih setia menggandeng tanganku.
"Ohhh gak apa-apa kok sayang." Aku mencoba tersenyum. Anak sekecil Betrand takkan paham arti patah hati.
Seketika pandangan ku dan pandangan Mas Reza bertemu. Waktu seolah berhenti dan serasa hanya ada kami berdua diruangan itu.
Tatapan Mas Reza melekat padaku. Tangannya malah merangkul bahu wanita yang tengah asyik memangku bayi nya.
"Mas, siapa dia? Mas kenapa kamu begini?" Hanya hatiku yang bisa menjerit. Andai saja kami berada dirumah pasti aku akan mencecar Mas Reza dengan berbagai pertanyaan.
"Bunda........"
Hingga tatapan kami berdua teralihkan ketika mendengar panggilan seorang bocah kecil yang berlari kearah aku dan Betrand.
"Bunda....."
Bocah itu malah langsung memelukku dengan erat. Semua mata menatapku heran bahkan aku saja heran.
"Bintang......."
"Bunda....." Pria kecil ini masih memelukku dengan nyaman.
Betrand cemberut dan cemburu. Pria kecil itu malah menangis.
"Hiks hiks Tante Senja, jangan rebut Tante Senja dari aku...."
"Ini Bundaku.."
Jadilah kedua bocah itu malah bertangisan memperebutkanku.
"Betrand." Mas Raswan langsung merengkuh tubuh Betrand dan menggendong nya.
"Bintang." Pria yang kutabrak tadi menghampiri kami.
Aku berjongkok menatap wajah pria kecil yang memanggil ku Bunda ini. Entah kenapa aku merasa senang saat dia memanggil ku Bunda. Begini kah rasanya menjadi seorang Ibu?
"Bintang kenapa Nak? Kangen ya sama Bunda?" Aku mengusap pipinya yang basah akibat air mata.
"Hiks hiks Bunda kemana aja? Kenapa pergi ninggalin Bintang. Tadi Bintang nungguin Bunda lama banget." Isaknya.
"Stttt. Jangan nangis lagi dong, kan sekarang Bunda udah disini." Rayuku.
"Iya Bunda." Dia kembali memelukku dengan erat. Pelukan rindu dan hangat serta takut kehilangan.
"Bintang." Sang Ayah malah terlihat menghela nafas panjang.
"Dokter Langit." Sapa Mas Raswan dan Lena bersamaan.
Pria itu hanya mengangguk sebagai respon. Lalu kembali menatap aku yang memeluk anaknya. Entah kenapa bocah kecil ini keukeh memanggil ku Bunda? Aku saja tidak tahu dan tidak kenal dia.
"Bintang, ayo Nak. Sini sama Ayah." Rayu nya.
"Gak mau. Bintang mau sama Bunda." Dia semakin mengeratkan pelukannya seakan takut kalau aku pergi.
Aku melirik sekilas Mas Reza yang melihat kearah kami. Tatapannya tajam dan dingin wajahnya terlihat emosi. Ada apa dengannya?
"Bintang." Aku melepaskan pelukanku dan memperbaiki rambut Bintang yang sedikit berantakkan.
"Sama Ayah ya Nak?" Rayuku.
"Gak mau. Mau nya sama Bunda." Entahlah aku tidak tahu apa yang terjadi pada bocah ini tapi bisa kulihat jika dia telah kehilangan sosok dari Bundanya.
"Bintang.."
"Gak apa-apa Pak. Nanti saya akan rayu Bintang." Aku berdiri menggandeng tangan Bintang. Sementara Betrand ikutan menangis dipelukkan Mas Raswan, pasti bocah ini cemburu.
"Maaf udah dua kali ngerepotin kamu."
"Gak apa-apa Pak. Saya gak ngerasa direpotin kok." Aku memaksa senyum lebar.
"Ya udah ayo kita sekalian ke pelaminan." Ajak Mas Raswan.
Pria itu juga mengikut kami. Tangan Bintang menggandeng tanganku dan tangannya. Semua mata menatap kami dengan iri. Seperti nya pria ini bukan orang biasa, terlihat sekali jika dia dihormati.
Bersambung.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Adim Faudzil
jadinya bintang vd langit senja ya hehe
2023-03-20
0
Bonfiasia Watty
Semoga senja sama langit
2023-03-01
0
Rosita
kenapa mas reza cemberut.. kmu sj menggandeng cwek udh bawa ank lg kok biasa sj... skrng waktu nya senja punya pilihan yg terbaik 😍😍😄
2023-02-13
0