Selamat Membaca 💫💫💫💫💫💫💫💫💫
Aku berdiri didepan gerbang rumah mertuaku. Jantungku berdebar kencang. Kenapa ini? Ada apa? Apakah aku memiliki salah sehingga aku dipanggil disini?
Aku masuk dan membuka pintu gerbang. Rumah mertuaku memang terlihat nyaman dan arsih. Tidak besar dan tidak mewah. Namun nyaman. Tertata rapih dengan bunga-bunga yang tersusun rapih dihalaman rumah.
Ayah mertuaku mantan kepala sekolah menengah atas. Dia memiliki kerapihan yang tinggi. Cara dia menyelesaikan masalah juga tidak gegabah dan tidak mengambil keputusan sama keadaan matah.
Aku kagum dengan kepribadian Ayah Mertuaku ini. Orangnya selalu tenang dan murah senyum.
"Nahhh itu dia penggoda udah datang." Aku langsung disambut dengan tatapan sinis oleh Ibu mertuaku.
"Bu." Tegur Ayah sambil menggeleng "Ja ayo duduk Nak." Ajak Ayah ramah.
"Iya Ayah." Aku menunduk sambil duduk disamping Ayah Mertua.
"Ini dia Ayah penggoda itu. Sadar diri masih punya suami jalan sama laki-laki lain." Santi pun ikut mempropokasikan ku.
Sedangkan Mas Reza dan Mbak Siska duduk disoffa didepanku. Lengan Mas Reza dipeluk erat oleh tangan Mbak Siska seakan takut jika aku merebut lengan kekar milik suamiku itu. Wajar jika aku memeluk lengan suamiku sendiri, bukankah Mas Reza adalah suami sah ku?
Tatapan Mas Reza melekat padaku. Kenapa tatapan itu seperti menyimpan kekecewaan yang mendalam? Bukankah harus nya aku yang kecewa? Bukankah aku yang harusnya marah, aku dikhianati yang disakiti tanpa belas kasihan.
"Langsung ngomong aja Ayah. Siska liat kok kalau dia godain Dokter Langit, sok-sok'an dekat sama anaknya padahal ngincar Bapaknya. Sadar sendiri mana ada laki-laki yang mau sama wanita mandul." Cibir Mbak Siska. Hatiku bagai ditumpahi cuka asam.
"Cukup Siska!" Hardik Ayah pada Mbak Siska.
Sontak semuanya terdiam. Orang rumah memang begitu mematuhi perintah Ayah. Ayah adalah orang yang tegas dan disiplin tinggi. Profesi nya yang dulu membuatnya menjadi panutan yang baik untuk istri dan anak-anaknya.
Sementara Ibu mertua menatapku dengan sinis sambil menimbang cucu kesayangan nya hasil perselingkuhan dari suamiku dan istri sirinya. Kuatkan aku Tuhan!
"Ja, sebelum nya Ayah minta maaf. Apapun yang Ayah tanyakan dan katakan Ayah harap kamu bisa jawab dengan jujur." Ucap Ayah serius. Kenapa perasaan ku merasa tak tenang begitu? Apa yang akan Ayah tanyakan padaku kenapa serius sekali?
"Iya Ayah. Senja akan jawab sebisa Senja." Ucapku sambil menganggukan kepala.
"Apa benar kamu menggoda Dokter Langit?"
Deg
Jantungku terasa meledak ketika mendapat pertanyaan yang terlontarkan dari mulut Ayah mertua. Pipiku semakin panas. Netra mataku sudah menganak menahan lelehan bening yang akan segera menetes itu.
"Senja, Ayah harap ini gak benar. Ayah yakin kamu gak gitu orangnya." Ayah menatapku dan masih berharap jika yang dia dengar katakan itu adalah hal yang salah.
"Ayah." Aku menatap Ayah dengan air mata berderai "Semua gak benar Ayah. Senja gak pernah godain Mas Langit. Senja cuma nolongin anaknya aja Ayah. Percaya sama Senja." Aku mengenggam tangan Ayah berusaha membuatnya percaya.
"Alah, maling mana ada yang mau ngaku." Ibu menatap ku sinis dan tak suka.
"Iya dasar wanita kegatelan." Sambung Santi. Adik ipar ku itu dari dulu tidak pernah menyukaiku.
Aku menggeleng dan menolak jika hal itu tidak benar. Aku tidak pernah menggoda Mas Langit.
"Itu semua gak benar. Aku gak pernah godain Mas Langit." Tolakku sambil menggeleng.
"Liat tuhh Yah panggilan aja udah pakai Mas Langit segala. Udah pasti dia punya hubungan sama duda itu." Cibir Mbak Siska.
"Kalian diam!" Hardik Ayah "Senja bilang dia gak godain Dokter Langit tapi kenapa kalian masih keukeh nuduh Senja?" Ujar Ayah. Dia satu-satunya orang yang membela ku saat dunia menghakimiku.
"Ayah gak usah percaya. Senja itu kan memang wanita kegenitan Yah." Sergah Santi.
"Cukup!" Bentak Ayah. Dan semua diam.
"Senja, sebaiknya kamu pulang ya Nak." Ucap Ayah
"Iya Ayah." Aku berdiri menyeka air mataku.
"Kalian gak bisa nuduh sembarangan." Hardik Ayah pada semua orang rumah. Lalu pria paruh baya itu melenggang masuk kedalam kamarnya.
Aku berjalan pelan dengan air mata luruh. Aku seperti tak berharga sama sekali dimata mereka. Setega itu menuduhku menggoda Mas Langit. Aku sama sekali tidak tertarik padanya. Hanya karena Bintang lalu aku disalah pahami. Dimana hati mereka.
"Ja." Langkahku terhenti saat pria itu memanggil namaku.
Kudengar derap langkah kaki Mas Reza berjalan kearah ku. Tentara angkatan laut yang satu ini berhasil memporak-porandakan duniaku. Aku terlalu percaya pada kata cinta tapi berpikir panjang bahwa akhirnya aku terhempaskan sangat jauh dari dunia yang ku tempati ini.
"Mas kecewa sama kamu. Mas pikir kamu beda."
Aku menoleh. Apa ucapannya kecewa? Harusnya aku yang kecewa. Kenapa dia yang kecewa? Apa manusia yang satu ini mulai tak normal?
"Aku yang harusnya kecewa sama kamu Mas. Aku yang harusnya marah. Aku yang harusnya benci sama kamu." Aku memukul dada kekarnya meluapkan semua emosiku.
"Stopp. Senja. Stop." Mas Reza mencengkram kedua tanganku yang memukul dadanya.
"Mas yang harusnya kecewa. Kamu dekatin Dokter Langit. Apa kamu tahu itu buat Mas sakit hati?" Dia menatapku dengan penuh amarah.
Aku tertawa lucu. Luar biasa. Aku menyakiti hatinya? Bukankah dia yang menyakiti hatiku. Menduakanku.
"Mas kamu nyadar gak sih? Kamu yang nyakitin aku Mas. Kamu yang duain aku. Kamu yang tega menghianati aku demi wanita perebut ini." Aku menunjuk Mbak Siska yang sudah berdiri didepan suamiku.
Plakkkkkkkkkkkk
Aku merasakan panas dipipiku saat telapak tangan itu menempel dan membuat tanda jari ada disana.
"Dasar perempuan gak tahu diri. Dari awal saya gak pernah setuju kamu nikah sama anak saya. Kamu itu harusnya tahu diri kalau kamu itu anak haram." Sentak Ibu mertua. Ternyata Ibu mertua ku yang menamparku.
"Ja." Terlihat Mas Reza hendak membantuku yang tersungkur dilantai.
Entah seberapa kuat Ibu menampar pipiku hingga aku terjerembab dan jatuh ke lantai.
"Ngapain kamu masih mau belain wanita ****** itu Za." Nafas Ibu menggebu-gebu. Dia lupa nasib anaknya ada ditanganku. Jika pernikahan siri ini diketahui oleh kesatuan, maka bersiaplah untuk Mas Reza angkat kaki dan meninggalkan Jabatannya di tentara angkatan laut.
Aku menatap keempat orang itu dengan benci termasuk Santi yang tersenyum penuh kemenangan saat aku tertampar tak berharga.
"Kita bercerai Mas. Aku akan urus dengan kesatuan." Aku berbalik dan menyeka air mataku. Keputusan ku tepat.
"Ja, Mas mohon jangan Ja. Mas mohon. Mas belum siap kehilangan pekerjaan Mas. Kasihani Mas Senja."
Aku tak peduli dan melangkah keluar. Aku tertawa sinis. Lelaki luar biasa yang membuatku ingin menenggelamkan nya kedasar laut paling dalam.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Rolenta Manalu
lawan dong nangis mulu
2024-04-19
0
Maryanah
g usah kasihan senja, lanjut ke pengadilan, sekalian tar dikeluarkan dari kesatuan suami g ada akhlak.... gemesss bacanya
2023-02-13
1
ria
semangaat senja..kamu tetap yang terbaik..
bahagia selalu😙
2023-02-13
0