Selamat Membaca 💫💫💫💫💫💫💫💫💫
"Bunda pulang sama Bintang ya?" Rayu Bintang sambil menggandeng tanganku.
"Tapi_.
"Udah Ja, anterin aja Bingung sesekali." Lena menyenggol lenganku "Lagian kayaknya suami kamu juga udah kayak gak pedulia lagi sama kamu." Bisik Lena setengah menggoda saat Mas Reza keluar bersama teman-teman nya dari gereja.
"Bintang kan Bunda punya rumah rumah sendiri Son." Mas Langit terlihat bingung dengan permintaan anaknya ini.
"Tapi Bintang mau nya pulang sama Bunda, Ayah. Bintang gak mau pisah lagi sama Bunda." Matanya berkaca-kaca. Untung saja Betrand sudah tenang, kalau tidak aku bisa pusing menghadapi kedua bocah ini.
Mas Langit terlihat menghela nafas panjang. Sedangkan aku juga sebenarnya ragu, bagaimana bisa ada pria lain yang mengantarku sedangkan aku masih memiliki seorang suami.
"Ya udah Mas gak apa-apa, aku ikut kalian aja. Kasihan Bintang." Tanganku mengusap kepala Bintang yang memeluk pinggang ku.
"Horeeee! Bunda terbaik." Peluknya kian erat "Bunda sini biar Bintang cium pipi nya." Sambil melambaikan tangannya memintaku berjongkok.
Aku terkekeh geli. Setidaknya Bintang bisa membuatku sedikit tersenyum untuk menutup luka yang mulai menggangga ini.
Cup cup cup cup cup.
Pria kecil itu menghujani wajahku dengan banyak ciuman. Mulai dari pipi. Mata. Kening. Dan hidung.
Yang lain ikut terkekeh. Aku kembali berdiri dan kulihat dari jauh Mas Reza tampak menatapku sebelum masuk kedalam mobil mewah yang baru saja dia beli. Padahal uang tabungan itu rencananya akan kami gunakan untuk membangun rumah yang baru dan Mas Reza setuju jika aku ikut program bayi tabung yang tentunya butuh biaya mahal.
"Ya udah ayo." Ajak Mas Langit membuka pintu untuk aku dan Bintang masuk.
"Len, Mas Raswan. Aku duluan." Sambil melambaikan tanganku kearah mereka. Terlihat wajah Betrand tampak kusut dan ditekuk kesal.
Didalam mobil aku hanya diam mendengarkan ocehan dan celotehan Bintang yang lucu dan menggemaskan.
Mungkinkah Bintang ini merindukan sosok orangtua yang lengkap seperti saat ini? Kami memang terlihat seperti pasangan bahagia dan romantis. Padahal kami orang asing yang kebetulan dipertemukan secara tidak sengaja.
"Bunda, Bintang capek. Bintang boleh tidul dipelukkan Bunda? Bintang gak pelnah tidul dipeluk Bunda?" Pintanya dengan tatapan sendu dan penuh harap.
Aku dan Mas Langit sambil melihat. Terlihat Mas Langit menarik nafasnya dalam. Aku yakin jika mereka berdua sering bertengkar masalah ini. Masalah rindu terhadap seseorang yang telah mati dan pergi untuk selamanya.
"Boleh dong sayang. Bintang tidur aja ya." Aku memang memangku Bintang.
Bintang menyenderkan kepalanya didada bidangku. Sambil aku menyanyikan lagu nina bobokan sambil mengusap kepalanya yang yang bersandar nyaman didadaku. Jam memang menunjukkan jam dua belas siang sudah waktunya Bintang tidur siang. Pantas saja dari tadi beberapa kali pria kecil itu menguap mungkin karena dia mengantuk.
"Ja, maaf ya ngerepotin kamu terus!" Mas Langit melirik kearah ku yang tampak menepuk-nepuk punggung Bintang.
"Gak apa-apa kok Mas. Bintang udah kayak anak aku sendiri." Sahutku. Jujur ada sesuatu aneh yang aki rasakan. Pertama aku takut ada yang salah paham. Bagaimana pun status masih istri Mas Reza.
"Ja, kamu kayak lagi ada masalah sama Reza. Kamu baik-baik aja kan?" Mas Reza sejenak melirik wajahku sebelum akhirnya fokus dan kembali menyetir.
"Mas...." Aku menghela nafas panjang. Apa menceritakan masalah pada Mas Langit akan membuat ku baik-baik saja?
Aku ingin sekali bercerita pada Lena dan Mas Raswan tapi aku takut itu akan bermasalah. Kasihan Mas Reza, dia bisa kehilangan pekerjaan Walaupun Mas Reza tidak pernah memikirkan perasaan ku tapi aku masih mengutamakan perasaan, dia masih suamiku?
"Kamu cerita aja sama saya. Siapa tahu saja bisa bantu. Kamu juga udah banyak bantuin saya." Ucapnya sambil tersenyum manis. Mas Langit ini sangat tampan, pantas saja banyak yang tergila-gila padanya. Aku baru mendengar jika dia ini salah satu duda yang dikejar oleh banyak wanita.
Aku melihat kearah Mas Langit. Kenapa setiap kali membahas rumah tangga ku dadaku selalu bergemuruh hebat? Selalu ingin meledak dan pecah pecah begitu saja.
"Mas....."
"Kita singgah kerumah saya dulu sekalian bawa Bintang. Nanti saya akan antar kamu pulang." Ucapnya. Seperti nya Mas Langit tahu bahwa aku masih enggan untuk bercerita. Mungkin dia tidak hanya dokter spesialis bedah tapi juga bisa membaca karakter seseorang melalui wajah.
"Iya Mas."
Mobil Mas Langit memasuki sebuah pekarangan rumah mewah. Sangat mewah dan besar.
Kami keluar dari mobil. Mas Langit menggendong Bintang dan dibawa masuk kedalam kamarnya Bintang. Meski usia Bintang baru lima tahun tapi jika aku gendong, mungkin aku akan kewalahan tersendirinya.
"Ja, minum dulu." Mas Langit meletakkan dua gelas teh hangat diatas meja bersama setoples cemilan.
"Makasih Mas." Sahut ku "Mas tinggal sama Bintang aja?" Aku menelusuri rumah ini, tidak mungkin rumah semewah ini hanya dihuni oleh dua manusia saja.
"Saya tinggal sama orangtua saya Ja. Mereka juga lagi ada kebaktian tadi pagi sebentar lagi pulang. Saya tiga bersaudara, saya anak yang kedua. Adik saya yang perempuan menikah dengan penjabat dan tinggal di Bengkayang, dia salah satu Bupati Bengkayang. Sedangkan Kakak saya yang tua lagi lanjut kuliah S3 ilmu bisnis di Amerika." Jelasnya. Padahal aku tidak bertanya berapa saudaranya. Tapi kenapa pria ini malah menceritakan sampai sedetail itu.
Aku hanya beroh ria saja. Padahal aku tidak berminat tahu seperti apa keluarga Mas Langit. Aku hanya tahu lewat cerita Ibu-ibu Persib yang mengidolakan duda anak satu ini.
"Ohhh ya Ja, tadi kamu mau cerita apa sama saya?" Sambil menyesap teh dalam gelasnya. Seperti nya Mas Langit ini pencinta teh terbukti dari rasa teh nya yang pas dilidah
Aku menatap Mas Langit dengan mata berkaca-kaca. Jujur saja aku butuh pelukkan. Aku sangat butuh itu sebagai penguat jiwaku yang rapuh dan patah ini.
"Mas..." Aku menghela nafas panjang "Mas, saya_."
Drt drt drt drt drt drt
"Sebentar Mas." Mas Langit menjawab dangan anggukan.
Keningku berkerut heran, ketika melihat nama pemanggil itu. Ada apa Ayah mertua menelponku. Jika Ayah menelpon pasti ada kepentingan yang sangat mendesak.
"Iya Ayah. Baik Ayah, Senja akan segera kesana." Setelah melakukan panggilan aku segera menutup telpon.
"Kenapa?" Tanya Mas Langit menatapku.
"Mas, maaf seperti nya saya gak bisa lama. Saya harus pulang. Ayah mertua ada penting." Ucapku memasukkan benda pipih itu kedalam tasku dan secepatnya menghabiskan minuman yang dibuat Mas Langit.
"Ya udah saya anterin." Tawarnya
"Iya Mas."
Bersambung....
Warning guys..........
Kalau gak suka jangan dibaca ya...
Dipart awal novel ini gak ada manis2 nya.. Jadi dari pada kalian gedek sendirian sama author nya mending di skip aja, please jangan dinilai buruk🙏 Karena itu bisa menurunkan retensi views author...
Nulisnya penuh perjuangan....
Bukan hanya waktu yg termakan tapi juga tenaga dan pemikiran serta uang...
Tolong hargai.....
Ini hanya luapan emosi. Ini ungkapan kemarahan dan kekecewaan.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Dewi Dama
bagus kok jln cerita nya...semangat thour...
2024-04-28
2
Ahsin
ceeritanya bagus Thor... ya agak kesal lihat senja bego masih bertahan dgn laki2 penghianat
2024-04-14
1
Dyah Shinta
Mereka agamanya apa? kok bisa poligami?
2023-05-30
0