Selamat Membaca 💫💫💫💫💫💫💫💫💫
Aku merebahkan tubuh lemah ku diatas kasur tipis ini. Suamiku membiarkan benang kusut masuk kedalam pernikahan kami. Mengulung-gulung hati kami berdua, hingga sulit untuk bisa meluruskannya seperti semula.
Jika malam, Mas Reza selalu memelukku dalam keheningan malam. Meninabobokan ku saat dia pulang dinas. Aku akan terlelap didalam pelukkan nyamannya, bermimpi tentang kami berdua yang menua hingga tua tanpa seorang anak.
Namun sekarang aku sadar semua itu hanyalah mimpi yang takkan pernah terwujud. Dan lihatlah sekarang, dia berubah menjadi orang yang begitu aku benci.
Aku lagi dan lagi menangis sambil membenamkan wajahku dibantal dengan selimut tebal yang membungkus tubuhku dan kenapa tiba-tiba aku rindu Bintang? Biasanya dia akan memelukku saat tangis ini tak mau berhenti.
Menangis memang tidak menyelesaikan masalah. Tapi menangis dapat memberi kelonggaran dalam dada.
Aku sudah biasa terluka dan hidup dalam hinaan. Sendirian. Dicampakkan. Bahkan dianggap sebagai pembawa sial juga pernah.
Namun kali ini patah hati yang aku alami sekarang jauh lebih berat dari yang pernah aku alami saat ini.
.
.
.
.
"Ja, bangun Ja."
Aku mendengar suara ketukkan dari arah pintu kamarku. Aku membuka mataku perlahan. Apalagi pantulan sinar matahari menyinari wajahku.
"Siapa sih?" Aku terduduk sambil mengucek mataku.
"Aku ketiduran." Ku lihat arloji yang melingkar ditanganku.
Aku memang suka memakai jam tangan. Menurut ku jam tangan adalah salah satu style yang lengkap. Tidak hanya menarik tapi juga bisa mengingat waktu.
Aku menyimak selimut ku lalu merapikan kamar kecilku ini. Mulai sekarang kamar ini akan menjadi tempat ternyaman untukku menangis.
"Ja." Suara Mas Reza masih terdengar mengetuk pintu kamarku.
Aku menghela nafas panjang. Lelaki ini benar-benar tidak tahu diri. Tidak merasa bersalah sama sekali. Setelah membuatku patah hati. Dia bersikap seolah hal itu tak masalah untuk terjadi.
"Ada apa Mas?" Tanyaku melihatnya yang berdiri didepan pintu kamarku.
"Ja, Mas lapar! Masak buat Mas yaaa?" Pintanya.
"Mbak Siska emang gak bisa masakkin Mas?" Tanyaku heran sambil menggeleng saja.
"Siska gak bisa masak lagian dia lagi ngurusin Queen yang rewel. Ayo Ja Mas lapar."
Dia menarik tanganku keluar dari kamar. Aku hanya mengikuti saja membiarkan lelaki ini membiarkan saja apa yang akan dilakukan pria ini padaku. Aku menatap Mas Reza, hatiku kembali teriris sakit. Tidakkah Tuhan cukup menyisakan dengan penderitaan? Dan kenapa laki-laki satu-satunya dan orang satu-satunya yang peduli padaku malah Tuhan ambil dariku.
"Masak nasi goreng aja Ja. Mas kangen sama masakkan kamu." Ujarnya melepaskan tangan ku dan duduk dikursi meja makan.
Aku tak menjawab hanya menurut saja apa yang dikatakan Mas Reza. Aku lelah untuk berbicara. Orang yang mencintai mu akan tahu kondisi hatimu bahkan setelah dia disakiti.
Aku masak nasi goreng kesukaan Mas Reza bukan maksud ku kesukaan kami berdua. Setiap pagi aku selalu membuat menu yang sama dan kami berdua juga tak pernah bosan makan nasi yang di goreng ini.
"Kamu marah sama Mas?" Tanyanya saat aku meletakkan sepiring nasi goreng diatas meja.
"Ja." Panggil nya sekali lagi saat aku tak menjawab.
"Ada apa Mas?" Tanyaku dingin sambil duduk dan meletakkan piringku.
"Kamu marah sama Mas?"
Dia masih bertanya apa aku marah? Aku bukan hanya marah tapi juga kecewa dan terluka parah. Tapi aku tak bisa membenci Mas Reza. Cintaku terlalu dalam padanya.
Aku makan dengan lahap tanpa peduli dengan pertanyaan Mas Reza. Dia takkan mengerti bagaimana perasaan ku yang hancur dan terluka ini.
"Ja." Panggilnya
"Mas kamu masih bertanya apa aku marah! Gimana perasaan kamu saat aku nikah diam-diam dan bawa suami kedua ku kedalam rumah kita? Gimana perasaan kamu Mas?" Bentakku. Dia terkejut dan terdiam. Tak pernah dia melihatku semarah.
"Kamu jahat Mas." Aku melengang meninggalkan nya dimeja makan yang masih terdiam membisu sambil menatap ku aneh.
Dia masih bertanya apa aku marah? Perempuan mana yang takkan sakit ketika diduakan oleh suaminya dan bahkan dengan entengnya meminta merawat anak dari hasil perselingkuhan nya.
"Kamu kenapa?" Tanya Siska menatapku sinis sambil menggendong bayi munggil didalam pelukkan nya.
"Kasihan amat sih Senja, makanya jadi perempuan itu jangan mandul. Mana ada pria yang mau cinta sama wanita mandul kayak kamu. Makanya jangan polos-polos amat." Ledek Siska.
Tanganku terkepal kuat. Aku menatap istri kedua suami ku ini. Dan dia merebut suamiku namun tak merasa bersalah sama sekali, malah aku seperti orang yang paling bersalah disini. Apa aku salah tidak punya anak? Tidak ada wanita yang mau mandul? Impian semua wanita adalah menjadi seorang Ibu! Namun bagaimana denganku yang tak memiliki kesempatan sama sekali untuk menjadi wanita paling bahagia didunia.
"Saya gak perlu dikasihani Mbak. Gak kayak Mbak perebut suami orang." Ujarku.
"Senja." Teriak Mas Reza dari arah dapur menghampiri kami dengan wajah merah padamnya.
"Mas."
Plakkkkkkkkkkkk
Satu tamparan mendarat dipipi ku hingga membuat pipiku panas dan sudut bibirku mengeluarkan darah. Mas Reza sangat keras menamparku hampir saja aku terjerembab ke lantai jika tidak kuat menahan diri.
"M-mas." Aku menggeleng tak percaya. Air mata luruh. Selama kami menikah Mas Reza tidak pernah menyakiti ku
"Kamu jangan pernah bicara kayak gitu sama Siska." Bentak Mas Reza
Apa yang salah dengan ucapan ku? Bukankah memang benar Siska perebut suamiku. Lantas salahnya dimana?
"Ayo sayang masuk kamar." Dia merangkul bahu wanita itu dan membawa nya masuk kedalam kamar.
Kebetulan hari ini hari Minggu jadi semua aktifitas diliburkan. Mungkin Mas Reza mengambil cuti karena tiada hari tanpa bekerja baginya.
Aku luruh dilantai. Badanku seketika lemas. Baru kali ini selama aku hidup dengannya menampar dan menyakiti ku. Hatiku bagai disayat oleh pisau dan ditumpahi cuka yang membuatnya perih bukan main.
"Hiks hiks hiks hiks Mas." Aku menutup wajahku dan menangis dilantai dengan hebat.
Akhir-akhir ini aku terlalu banyak menangis. Hanya menangis yang bisa kulakukan.
Aku berdiri sambil menyeka air mataku. Bahkan aku belum berganti baju sama sekali.
Aku melangkah masuk kedalam kamarku dengan perasaan hancur. Luka yang Mas Reza tanamkan dihatiku terlalu dalam dan bahkan aku tidak tahu apakah luka ini nanti bisa sembuh atau tidak? Namun tetap saja aku tak bisa membenci Mas Reza.
Drt drt drt drt drt
Kulihat layar ponselku, Lena kembali menelponku pasti dia ingin mengajakku ke gereja.
"Hallo Len." Sambil mengusap pipiku.
"Ja, kamu ikut kebaktian gak pagi ini? Kita ada kunjungan digereja lain!" Ucap Lena.
"Iya Len, aku ikut. Aku belum mandi." Ucapku
"Kamu tuhh kebiasaan amat sih. Ya udah siap-siap ntar aku sama Mas Raswan jemput."
"Iya Len."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Mrs.Q
karakter paling naif, bodoh, tlol jatuh kepada Reza. Selamat Reza, rasanya ingin ku pancung lehermu
2023-03-25
0
Mrs.Q
Senja keluarlah dari rumah itu, tidur di kolong jembatan kek dimana kek. Asalkan ga satu atap dengan dua iblis itu
2023-03-25
0
Mrs.Q
AAARKHHH, menangis tersedu-sedu
2023-03-25
0