Selamat Membaca💫💫💫💫💫💫💫💫💫
Aku duduk dikursi teras rumah sambil menunggu suamiku datang. Air mata murahan ini sialnya tak mau berhenti membasahi pipi chubby ku.
Aku masih berharap yang kulihat kemarin bukan Mas Reza, siapa tahu itu hanya seseorang yang mirip Mas Reza.
Tapi kenapa sampai hari ini suamiku belum pulang? Kemana suamiku pergi? Apa yang sedang terjadi padanya diluar sana?
"Mas kamu dimana sih Mas? Kenapa gak pulang-pulang? Aku panik Mas. Aku khawatir." Lagi dan lagi air mata ini luruh seolah menandakan bahwa aku sedang terluka parah.
Aku berdiri duduk. Berdiri duduk dengan benda pintar ditanganku. Kenapa hati ini gelisah tak menentu?
"Nomor Mas Reza masih tetap gak aktif. Tuhan kemana suamiku." Aku mengigit ujung jariku sambil berpikir keras.
"Aku ke rumah Ibu aja. Siapa tahu Ibu tahu dimana Mas Reza."
Aku masuk kedalam rumah sambil mengambil tas munggil dan sweater ku. Aku harus menemui mertuaku mungkin dia tahu dimana keberadaan anaknya? Apakah aku salah jika mencari suamiku? Aku panik. Aku khawatir dan aku takut, apa yang aku takutkan benar-benar terjadi. Dan apa yang aku lihat kemarin itu benar-benar Mas Reza. Kenapa setiap kali mengingat senyum damba Mas Reza pada wanita yang menggendong bayi itu hatiku terasa pedih dan sangat sakit? Apakah begini rasanya patah hati?
Aku bergegas mengunci pintu dari luar. Lalu berjalan dengan tergesa-gesa keluar pagar. Rata-rata mess disini memiliki pagar sebagai pembatas perumahan para kesatuan.
Rumah mertua ku cukup jauh dari mess kami. Jadi aku harus memesan ojek online agar bisa kesana. Jika harus jalan kaki mungkin memerlukan waktu yang cukup lama.
"Jalan Mang." Ucapku naik keatas motor sambil memasang helm.
"Iya Neng." Mamang ojek itu melajukan motornya.
Sampai didepan rumah mertuaku aku langsung turun dan tak lupa membayar ongkos serta mengembalikan helm yang kupakai.
"Makasih Mang."
"Sama-sama Mang."
Aku menghela nafas panjang. Harus siapkan mental menghadapi hinaan dari Ibu mertuaku. Percayalah setelah ini aku akan dihina sehina-hina nya.
"Kamu bisa Ja." Ucap ku menyemangati diri sambil memegang erat tali tasku.
Aku melangkah kearah rumah mertuaku. Tuhan kenapa jantungku berdebar kencang.
Aku masuk dengan langkah pelan, seolah aku sedang menghadapi kematian.
"Ib_." Aku langsung membeku ketika melihat permandangan yang seketika membuat duniaku runtuh dalam sekejap.
"Senja." Gumam Mas Reza.
Mereka, keluarga besar suamiku sedang bercanda ria sambil menimang bayi kecil yang mereka perebutkan. Ibu mertua dan adik iparku tampak bahagia sekali.
Sedangkan didekat Mas Reza seorang wanita cantik duduk dengan manis dan menempel sambil memeluk lengan Mas Reza. Tuhan kenapa sakit sekali?
"M-mas Reza." Lidahku seolah beku. Tak mampu mengeluarkan gerakkan hingga tak terdengar suara disana.
Semua terdiam didalam ruangan itu. Ayah mertuaku menatapku dengan kasihan. Memang diantara semua keluarga suamiku. Hanya Ayah mertuaku yang paling baik dan menerimaku apa adanya.
"Senja, ayo duduk Nak." Ucap Ayah mertua rumah sambil tersenyum diwajah keriput nya.
"I-iya Ayah." Suara seolah tak tembus. Badanku bergetar hebat. Aku bisa rasakan jika jantungku seperti terlepas dari tempatnya.
Semua terdiam. Mas Reza juga ikutan diam. Sedangkan wanita itu memeluk Mas Reza dengan agresif. Ibu dan adik Iparku masih menimang bayi munggil itu sambil berebutan.
"Mas." Aku menatap suamiku dengan dalam.
"Senja." Kami berdua saling menatap satu sama lain.
"Za, jelasin sama perempuan mandul itu." Ujar Ibu menatapku sinis "Makanya kalau jadi perempuan itu harus bisa kasih suami anak. Biar suami gak nikah sama wanita lain."
Deg
Hatiku mencelos sakit. Hancur dan remuk berkeping-keping. Tergelatak dan semua pecah seperti kaca yang takkan mungkin utuh lagi.
"Bu". Ayah menggeleng "Biar Reza yang jelaskan. Dia harus tanggung jawab atas perbuatannya sendiri." Ucap Ayah.
Air mataku menetes dengan deras. Tak peduli aku menangis didepan siapa. Aku terluka. Aku benar-benar terluka. Bisakah aku pergi dari sini? Kenapa laki-laki yang kuanggap pembela dalam hidupku malah tega menyakiti dan menghianati aku.
"S-senja." Dia menatapku "Maafkan Mas."
"Katakan Mas." Aku mengepalkan tanganku kuat berusaha menahan emosi yang mulai membeluncah didalam dadaku.
"Ja, jujur Mas ingin jadi seorang Ayah. Maafin Mas diam-diam Mas nikah dibelakang kamu sama Siska. Maafin Mas. Kamu bilang kamu juga ingin jadi Ibu kan Ja? Jadi kamu bisa anggap Queen sebagai anak kamu sendiri. Kamu bisa rawat dia juga Ja. Kita bisa sama-sama rawat dia." Dan kalian tahu eskpresi Mas Reza menjelaskan hal itu, dia memasang wajah sumringah tanpa berdosa dan bersalah.
Aku memejamkan mataku sejenak. Berusaha kuat. Hatiku panas dan mataku memerah. Kemarahan didadaku seakan ingin pecah. Dan apa katanya tadi merawat nya bersama dan menganggapnya seperti anakku sendiri. Apakah dia tahu jika kalimat itu benar-benar menginjak harga diriku.
"Idih, gak usah kali Mas ntar Queen malah kayak dia lagi." Singgung Santi.
"Ja, kamu mau kan bantu Mas rawat Queen?" Sekali lagi Mas Reza bertanya
Aku menatap Mas Reza. Kecewa. Marah. Campur aduk menjadi satu.
"Za, kamu itu apa-apaan sih kamu gak mikirin perasaan Senja sama sekali. Untuk apa kamu minta Senja rawat bayi itu." Sergah Ayah mertua ku.
Aku terdiam dengan air mata yang mengalir begitu saja. Kuatkan aku Tuhan. Kali ini saja. Aku mohon.
"Kan gak ada yang salah Yah. Lagian kan Senja emang pengen punya anak." Jawab wanita di samping Mas Reza, istri baru Mas Reza.
Aku masih diam. Aku hanya berusaha menguatkan hati dan pikiran ku biar aku bisa menguasai emosiku. Aku tidak boleh gegabah.
"Ja, kenapa kamu diam aja?" Tanya Mas Reza heran "Kamu baik-baik aja kan Ja?" Nadanya terdengar panik. Apakah dia tahu bahwa dia yang membuat ku terluka dan patah?
"Kamu masih tanya Senja kenapa Za? Sungguh luar biasa." Ayah geleng-geleng kepala "Ja, sebaiknya kamu pulang ya Nak. Istirahat dirumah." Ucap Ayah lembut.
Aku mengangguk patuh. Memang sebaiknya aku pergi saja untuk menenangkan hatiku.
"Yah, Senja pamit." Aku menyalimi tangan Ayah mertua ku dengan hormat sambil mengecup punggung tangan pria paruh baya yang sudah kuanggap Ayahku sendiri.
"Ja, kamu mau kemana?" Mas Reza berdiri hendak mengejar ku.
"Udah lah Mas gak usah dipikirin. Biarin aja wanita mandul kayak dia pergi." Sergah Santi sambil mencibirku.
Aku berjalan keluar. Aku ingin berteriak marah. Aku benci. Aku kecewa. Aku hancur.
**Bersambung......
Jangan lupa dukung ya guys..
Pengen Hiatus tapi gak jadi. Semoga author bisa lanjutin kisah ini buat kalian.
Yuk dukung Senja**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Thewie
lapor ke komandannya aja..Thor istri angkata laut bukan ibu Persit tapi Yalasinastri
2023-04-10
1
Mrs.Q
pengen punya anak ya tapi ga dari wanita lain juga kali
2023-03-18
0
Mrs.Q
pengen punya anak ya tapi ga dari wanita lain juga kali
2023-03-18
0