Selamat Membaca 💫💫💫💫💫💫💫💫💫
"Ja, kamu baik-baik aja kan?" Lena mengusap lenganku.
Aku tersadar dari lamunanku "Iya Len aku baik-baik aja kok." Aku memaksakan senyum.
Tidak lama kemudian mobil Mas Raswan terparkir disebuah gereja Kristen terbesar di Kalimantan Barat. Kami sering mengunjungi gereja ini setiap tiga bulan sekali. Disini jemaatnya rata-rata orang Tionghoa, yang menjadi donatur besar terhadap pembangunan gereja-gereja di Kalimantan Barat. Tidak hanya itu mereka juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit untuk mengadakan pengobatan gratis untuk jemaat-jemaat yang sakit dengan ekonomi diatas rata-rata.
Kami turun dari mobil dan Betrand terus menempel padaku.
"Betrand sini sama Papi." Masr Raswan mengulurkan tangannya untuk mengambil tangan putranya itu
"Gak mau, Betand mau sama Tante Senja." Dia langsung memeluk lenganku.
"Betrand...." Tegur Lena menatap anaknya tajam.
"Len, Mas. Gak apa-apa Betrand sama aku aja." Aku mengelus kepala Betrand yang memeluk pinggang ku.
"Tapi Ja, kasihan kamu." Lena ini selalu tahu jika wajahku sedang tidak baik-baik saja, mungkin dia takut bahwa mood ku akan buruk jika Betrand bersamaku.
"Aku baik-baik aja kok Len." Senyumku.
"Betand takut Tante Senja di lebut lagi." Ucapnya semakin memelukku erat.
"Betrand tenang aja ya. Gak akan ada yang rebut Tante Senja dari Betrand." Ucapku.
Mas Raswan dan Lena hanya bisa menghela nafas panjang. Tidak heran Betrand memang selalu begini padaku. Tak ubahnya seperti aku yang punya anak, karena setiap kali aku ikut dengan Lena dan Mas Raswan. Betrand, akan menempel padaku seperti prangko.
"Udah ayo."
Aku dan Betrand mengekor dari belakang menyusul Mas Raswan dan Lena.
Tatapanku kosong, biasanya Mas Reza akan mengenggam tanganku ketika masuk ke dalam gedung ini. Kami kadang sambil berbincang-bincang tentang doa-doa yang hendak kami sampaikan kepada Tuhan.
Dan sekarang aku harus menelan pil pahit dalam hidupku. Saat aku tahu laki-laki yang aku agungkan ternyata mendua hati dan membiarkan benang kusut masuk kedalam pernikahan kami. Hingga kami tergulung-gulung tak menemukan cara untuk kembali kejalan semula.
"Tante Senja kenapa melamun?" Betrand menengadahkan kepalanya melihat ku.
"Gak apa kok sayang." Aku mengusap kepala Betrand.
"Ayo duduk."
"Bunda......."
Semua mata menatap kearah suara yang berlari kearah ku dan Betrand.
"Bintang." Gumamku.
Ada Mas Langit yang berjalan dibelakang Bintang, kali ini dia memakai baju batik dengan lengan panjang. Sangat jauh berbeda dari tampilan nya sehari-hari yang mengenakan jas kebanggaan nya.
"Tante Senja." Betrand malah memelukku takut jika Bintang merebut ku dari nya. Maklum anak-anak pikiran nya sensitif dan belum memahami.
"Bunda." Bintang malah memeluk pinggang ku tanpa peduli pada Betrand.
"Bunda, Bintang lindu Bunda. Kenapa Bunda gak pulang-pulang. Bintang dan Ayah menunggu Bunda." Ucapnya sendu.
"Jangan sentuh Tante Senja ku." Hardik Betrand.
"Ini Bundaku." Sergah Bintang tak terima. Dia ikut merebutku.
"Betrand." Tegus Mas Raswan.
"Bintang." Mas Langit geleng-geleng kepala.
"Betrand sini sama Mami." Lena mengulurkan tangannya
"Tapi Mami_."
"Ayo Nak. Sini. Bentar lagi kita ibadah. Tante Senja juga mau ibadah." Rayu Lena.
"Tante." Betrand menatapku sendu "Janji jangan tinggalin Betand?" Ucapnya segugukan.
Aku terkekeh pelan "Iya sayang." Aku mengusap kepala Betrand. Akhirnya Betrand menurut untuk digendong Mas Raswan.
"Bunda." Bintang kembali memeluk ku seakan takut jika aku pergi lagi.
"Apa kabar kamu Senja?" Senyum Mas Langit "Ayo duduk." Ajaknya.
"Iya Mas." Kami bertiga duduk dibangku paling depan.
Mas Langit adalah salah satu tamu yang dihormati. Dia juga relawan kedokteran yang sering mengadakan bakti sosial. Hanya aku saja yang tidak kenal dengan Mas Langit.
"Reza gak ikut?" Mungkin karena dia sering melihat aku dan suamiku datang bersama kesini.
"Gak Mas." Aku hanya menggeleng saja.
"Ohhh iya." Dia hanya beroh-ria saja.
"Bunda masih sakit?" Bintang menempelkan punggung tangannya dikeningku.
"Gak sayang. Bunda udah sehat." Jawabku tersenyum gemes dengan mengusap kepala Bintang.
"Sehat-sehat ya Bunda. Jangan sakit-sakitan lagi. Kasihan Ayah nanti sedih lagi ngeliat Bunda sakit." Ucapnya dengan wajah polos itu.
Aku melirik Mas Langit yang tampak salah tingkah dan beberapa kali menelan salivanya susah payah. Dia bahkan sedikit memperbaiki kerah bajunya yang berantakkan.
"Iya Nak. Bunda janji." Aku tersimpul. Aku tak mau memikirkan apa yang Bintang katakan. Apalagi status ku masih memiliki suami.
"Gak usah didengarin apa yang Bintang bilang." Ucap Mas Langit melirik ku.
"Iya Mas." Sahutku.
Acara ibadah di mulai. Para tentara angkatan laut dan beberapa dokter yang bekerjasama dengan rumah sakit tempat Mas Langit bekerja juga datang disana.
Dan aku tak sengaja melihat Mbak Siska juga ada disana. Aku lupa dia salah satu perawat yang bekerja disana. Tampilannya cantik sekali. Body nya membuat para lelaki seolah lupa diri.
Ada juga Mas Reza bersama beberapa kesatuan lainnya. Apakah mungkin Mas Reza dan Mbak Siska bertemu disaat tugas mereka sama-sama?
Tak sengaja tatapanku dan Mas Reza bertemu. Secepatnya aku memalingkan wajahku dan enggan menatap lelaki yang masih berstatus suamiku itu.
"Bunda, nanti ikut pulang sama Bintang dan Ayah ya!" Ucap Bintang menatapku dengan penuh harap.
Aku menghela nafas panjang. Mau ditolak tidak enak. Mau di iyakan juga rasanya sedikit sulit.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Modish Line
Bintang pinter bgt 👍👍😘😘
2023-05-18
0
Modish Line
😀😀😀😀😀
2023-05-18
0
Bonfiasia Watty
Kan Bintang😍
2023-02-19
0