Selamat Membaca 💫💫💫💫💫💫💫💫💫
Aku duduk didepan laptop ku, menulis novel yang sudah ku geluti selama beberapa bulan terakhir dan penghasilan yang aku dapat lumayan cukup untuk menambah uang bulanan.
Mas Reza tidak tahu masalah pekerjaan ku ini, selain aku yang tidak cerita dia juga jarang ke rumah, paling pulang hanya Sabtu dan Minggu setelahnya dia akan pergi dinas entah keluar pulau atau ke pelabuhan.
"Kenapa aku masih kepikiran sama tiket kemarin ya? Kira-kira itu tiket siapa? Dan kenapa Ibu minta tiket itu?" Gumamku sambil tanganku mengetuk dengan lihai di stut keyboard laptop.
Aku meraba ponselku, dari kemarin Mas Reza belum juga membalas pesanku dan malah centang satu belum ada tanda centang dua abu-abu disana.
"Mas Reza kemana sih? Udah tiga hari tapi gak ada kabar! Apa dia baik-baik aja yaaa?" Gumamku panik. Bagaimana tak panik sudah tiga hari pria yang menjadi suamiku itu tak membalas pesanku, bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya?
Aku berdiri dari duduknya sambil mengotak-atik ponselku dan beberapa kali menghubungi nomor seluler Mas Reza.
"Nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan."
Aku menghempaskan nafas kasar. Mungkin saja Mas Reza sedang berada ditengah laut karena memang kadang akses sinyal tidak ada disana.
"Aku tanya sama Ibu dan Shanti aja kali ya? Atau aku tanya Mbak Lia aja."
Aku bergegas keluar dari mess kami. Mbak Lia adalah istri dari Kapten Zaenal, salah satu Kapten yang mengayomi bagian-bagian tugas anak buahnya.
"Ehhh Senja." Sapa Mbak Lia "Ayo masuk." Istri kapten ini memang ramah, banyak yang menyukai sifat lemah lembutnya.
"Makasih Mbak." Aku masuk kedalam rumah Mbak Lia, dia merupakan tentanggaku.
"Minum Ja." Dia meletakkan secangkir teh hangat didepan ku.
"Iya Mbak makasih." Aku mengangkat cangkir itu dan menyesap isinya.
"Tumben kamu kesini? Biasanya juga Mbak yang kerumah kamu!" Ucapnya terkekeh pelan. Aku memang jarang berkunjung kerumah tetangga.
"Hehe maaf ya Mbak, kadang aku sibuk jadi kurang berkunjung." Aku cenggesan. Banyak tetangga yang beranggapan aku ini sombong.
"Ohhh ya Mbak kapan ya para Batalyon pulang dinas dari Papua?" Tanyaku
Kening Mbak Lia berkerut heran "Siapa yang ke Papua?" Tanya balik Mbak Lia.
"Lho bukannya memang ada dinas di Papua ya Mbak?" Aku mulai resah "Mas Reza udah berangkat tiga hari yang lalu Mbak." Tutur ku.
Mbak Lia tampak berpikir keras "Tapi Mas Zaenal bilang gak ada dinas ke luar paling Minggu depan atau gak bulan depan. Ini Mas Zaenal lagi jemput anak-anak ke sekolah." Jelas Mbak Lia.
"Masa sih Mbak, tapi kemana Mas Reza ya mbak?" Wajahku kini mulai tak tenang "Kata Mas Reza dia dinas ke Papua Mbak." Ucap ku masih menjelaskan. Barangkali Mbak Lia saja yang tidak tahu jika ada dinas ke Papua.
"Gak ada kok Ja. Emang Reza kemana? Masa ke Papua." Mbak Lia terkekeh sambil mengelus lengan ku "Kamu sama Reza baik-baik aja kan? Atau dia kasih uang bulanan lebih kali makanya kamu nyariin dia." Canda Mbak Lia.
Aku hanya tersenyum kaku, kalau tidak ada dinas dia Papua lantas kemana suamiku pergi?
"Ya udah deh Mbak, aku permisi ya Mbak." Pamit ku
"Tunggu bentar Ja." Mbak Lia berdiri dan bergegas kedalam kamarnya entah apa yang dia ambil.
Tidak lama kemudian wanita paruh baya itu datang membawa sepeda kartu undangan. Entah kartu undangan apa?
"Ja, besok malam ada pernikahan teman Mbak kamu ikut ya sekalian nemanin Mbak." Dia memberikan kartu undangan itu. Mbak Lia ini profesi nya spesialis dokter anak.
"Iya Mbak." Aku mengambil kartu undangan itu.
"Sebenarnya ini buat Reza tapi karena dia gak ada gak apa-apa kasih kamu aja." Imbuhnya kemudian.
"Iya Mbak kalau begitu aku permisi ya Mbak." Pamitku sambil berdiri.
"Iya Ja, makasih ya udah berkunjung kerumah Mbak. Sering-sering kesini, Nana dan Nini sering lho nyariin kamu." Kata Mbak Lia sambil mengantarku sampai kedepan rumahnya.
"Puji Tuhan nanti aku Usahin Mbak, lagi sibuk nulis."
"Wahhh hebat. Gimana tulisan kamu banyak yang suka gak?" Selain Lena, Mbak Lia juga tahu kalau aku sedang mengeluti dunia menulis.
"Puji Tuhan lah Mbak. Lumayan buat nambah belanja bulanan. Ya udah Mbak aku permisi ya." Mbak Lia kalau diajak ngobrol satu hari satu malam juga mampu, bisa-bisa aku yang tidak pulang.
"Iya Ja."
Aku berjalan keluar pagar rumah Mbak Lia, rumah kami bersebelahan tapi rata-rata dibuat pagar sebagai pembatas.
Aku masuk kedalam rumahku. Aku duduk diruang tamu rumah kami. Sambil menghela nafas panjang dan menatap kartu undangan ditanganku.
"Kamu kemana sihh Mas? Apa yang kamu lakuin diluar sana? Aku gak pengen curiga tapi kenapa rasanya aku gak bisa bendung rasa curiga ku ini." Lirihku sambil menatap foto penggantin kamu yang sengaja dipajang diruang tamu.
"Semoga kamu baik-baik aja Mas. Aku khawatir banget apalagi kamu gak ada kabar." Aku tersenyum menatap foto itu. Foto kantor beberapa tahun silam, akan menjadi kenangan nantinya. Meski tak ada orang tua yang mendampingi.
Drt drt drt drt
Lamunan ku terbuyarkan saat mendengar ponselku bergetar.
Segera ku ronggoh benda pintar yang tersimpan nyaman didalam tas kecil ku itu.
"Ada apa Len?" Aku menyenderkan punggungku.
"Ja, hangout bareng aku yuk. Ada Mbak Risa dan Mbak Ayu juga." Semua yang Lena sebutkan adalah istri tentara yang berprofesi sebagai bidan dan perawat.
"Gak ahh lagian mageran aku Len." Tolakku. Aku memang tidak terlalu suka dunia luar.
"Yaellah kamu mah gitu. Sesekali Ja." Lena masih memaksa.
"Maaf ya Len, bukan nolak atau gak mau tapi aku benar-benar pengen istirahat hari ini." Aku masih menolak, dunia luar membuatku tidak nyaman.
"Ya udah deh." Terdengar suara cemberut disebrang sana.
"Gak usah ngambek, malu sama anak sendiri." Godaku terkekeh pelan, Lena memiliki satu anak berusia 7 tahun dan sudah duduk dibangku kelas satu sekolah dasar.
"Tahu ahh." Lena pasti merajuk tapi aku sudah biasa dengan sikap nya ini "Tapi kamu baik-baik aja kan Ja? Kok suara kamu kayak lemes gitu?" Lena ini walau suka merajuk tapi sebenarnya dia peduli.
"Gak apa-apa Len. Ohh ya Len besok malam kamu ikut gak diacara nikahannya teman Mbak Lia tadi dia bilang suruh aja kamu." Ucapku
"Iya aku ikut. Besok aku jemput kamu ya. Bye bye sayangku selamat menikmati hari-hari mageranmu."
Aku terkekeh pelan. Lena ini selalu bisa membuatku tertawa gemes dengan ucapannya yang ambruladul.
Bersambung.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
🌞ѕҵяұд ꚍєҋԍԍєꙇдӎ✨
syukur senja punya teman² yang baik dan peduli,,senja yang dilanda bngung dan gelisah tapi tidak dengan Reza nih kayaknya..
2023-11-27
0
Modish Line
kok bisa ga curiga suami cuma pulang Sabtu Minggu doang? Mana kalo udh pergi engga ada kabarnya lagi, HP aja mati ...itu kan bener2 mencurigakan
2023-05-18
0
Bonfiasia Watty
Mencurigakan.........😈
2023-03-01
1