Selamat Membaca 💫💫💫💫💫💫💫💫💫
Aku mengambil tas ku dan bergegas keluar sebelum nya tak lupa aku mengunci pintu rumah.
Aku dan suamiku tinggal dikawasan para abdi negara. Mess yang disediakan khusus untuk para tentara angkatan laut. Disini banyak istri-istri tentara yang juga ditinggal suaminya dinas, namun bedanya mereka memiliki teman yaitu anak sementara aku jika Mas Reza dinas diluar pulau aku sendirian saja.
"Jalan Pak." Perintah ku saat sudah masuk kedalam taksi yang kupesan melalui aplikasi online.
"Hallo Len, aku udah otw kamu tunggu aja disana." Ucap ku ditelpon.
"Iya. Iya. Langsung di caffe dekat bandara. Aku udah pesan minum buat kamu."
Entah kenapa aku resah dengan penjelasan Lena. Apakah benar jika tidak ada jadwal dinas diluar kota? Lalu kemana Mas Reza pergi? Aku tak ingin curiga tapi entah kenapa hatiku seolah janggal dengan dua tiket tadi.
Aku menatap dua tiket ditanganku yang sengaja ku bawa agar Lena lebih muda mengacek tanggal penerbangan ditiket itu.
"Ini Pak ongkosnya. Makasih Pak."
"Sama-sama Bu."
Aku turun dari mobil taksi dan berjalan memasuki caffe yang tidak jauh dari bandara.
"Maaf Len udah nunggu lama?." Aku langsung duduk keringat membasahi dahiku.
"Udah mau jemuran kalau pakaian udah pasti kering." Cetus Lena "Nihh minum dulu." Lena sambil menyedorkan jus yang sudah dia pesan untukku.
Aku terkekeh pelan dan mengambil gelas itu lalu menghisap isinya. Jujur saja aku haus, tadi aku setengah berlari takut Lena malah sudah pergi dari caffe karena jam istirahat nya hanya satu saja.
"Makasih Len." Aku meletakkan kembali gelas itu.
"Jadi gimana kamu ada bawa tiketnya?." Tanya Lena.
"Nihhh." Aku mengambil dua tiket itu dari dalam tas "Makan dulu Len." Lena kalau masalah makan bisa lupa dunia akhirat.
"Iya iya bawel." Lena hanya cenggesan.
Lena mengambil dua tiket itu lalu memotret nya. Dia membolak-balik tiket itu sambil memperhatikan jam dan tanggal yang tertera disana.
"Ini berangkat hari ini harus nya Ja." Ucap Lena.
"Tadi Mas Reza balik kerumah gak?." Sambungnya
Aku menggeleng "Gak." Jawabku singkat karena Mas Reza memang tidak kembali ke rumah.
Lena manggut-manggut seolah paham. Dia masih memerhatikan tiket itu dengan seksama sambil menyesuaikan dengan jadwal penerbangan.
"Ja, sorry ya bukannya aku mau suhuzon sama suami kamu. Aku curiga dehh sebenarnya hari ini Mas Reza mau berangkat ke Jakarta sama seseorang tapi karena tiketnya ketinggalan mungkin dia beli tiket baru atau bisa gak jadi pergi." Lena memberikan kembali tiket itu padaku.
"Tapi buat apa Mas Reza ke Jakarta Len? Sama siapa? Dan mau ngapain? Kamu jangan aneh-aneh dehh.." Aku berusaha menepis prasangka buruk Lena.
"Ya siapa tahu kan. Trus kalau bukan punya dia tiket itu punya siapa lagi coba? Gak mungkin punya teman nya kan?." Tandas Lena.
Aku membenarkan ucapan Lena. Tapi untuk apa Mas Reza pergi ke Jakarta?
"Kamu coba selidikin aja dulu ya. Tanya Mas Reza atau telpon dia!." Saran Lena.
"Telpon nya gak aktif Len, mungkin dia udah dikapal." Beberapa jam yang lalu aku memang menghubungi nomor suamiku tapi sama sekali tidak aktif.
"Oh begitu." Lena beroh ria saja "Kayaknya jam istirahat udah habis, aku balik kerja dulu ya." Lena berdiri dari duduknya.
"Iya Len. Makasih buat waktunya. Maaf udah ganggu jam kerja kamu." Ucap ku tak enak hati. Lena ini sahabat ku sejak SMA. Dia sekolah dibagian penerbangan.
"Its oke cantik." Goda Lena sambil menoel dagu ku "Aku duluan ya."
"Bye Len." Aku melambaikan tangan ku pada Lena.
Aku menghela nafas panjang dan berjalan keluar dari caffe. Pikiran ku sudah berkelana. Selama ini hubungan ku dan Mas Reza baik-baik saja. Bahkan selama menikah tujuh tahun dia tetap memperlakukan ku dengan baik. Tak ada sesuatu yang disembunyikan diantara kami berdua. Apakah mungkin Mas Reza menyembunyikan sesuatu dariku?
.
.
.
.
"Ibu."
Aku melihat Mertua ku sudah berdiri didepan rumah seperti sedang menunggu seseorang.
"Dari mana aja kamu?." Tanya ketus dan sinis tak lupa wajah aroggant nya.
"Tadi Senja ketemu sama Lena Bu." Jawab ku. Mertuaku ini memang tidak pernah menyukai ku dari dulu.
"Ibu ada apa kesini?." Tanyaku lembut dan sopan.
"Reza suruh Ibu kesini ambil tiket dilaci kamarnya. Buka pintunya Ibu mau masuk." Desaknya
"Tiket?." Ulangku "Tiket untuk apa Bu?." Aku mulai penasaran tiket ini adalah pembahasan ku dengan Lena beberapa menit yang lalu.
"Udah gak usah banyak tanya. Cepat buka pintunya." Ujar nya tak pernah lembut sama sekali.
Aku mengeluarkan dua tiket didalam tas ku yang aku bawa tadi
"Ini Bu tiketnya." Sambil kuserahkan tiket itu pada Ibu.
"Kok ada sama kamu?." Dia merampas tiket itu dengan kasar
"Tadi Senja nemuin tiket itu dilaci Mas Reza Bu." Jawabku "Emang ini tiket siapa Bu?." Tanyaku sekali lagi meski orangtua ini selalu kasar dan tidak menganggap aku menantunya aku tetap menghormati dan menghargai nya.
"Nanti juga kamu akan tahu." Ketusnya memasukkan dua tiket itu kedalam tasnya "Gak habis pikir sama Reza. Bisa-bisa nya dia pilih wanita kayak kamu buat dijadiin istri. Udah miskin. Gak bisa apa-apa. Gak bisa kasih anak lagi. Apa yang dia harapkan dari kamu?." Menatapku dengan jijik dari ujung kaki sampai ujung rambut.
Air mata menganak dipelupuk mataku. Aku mengepalkan tanganku kuat setengah mati menahan air mata ini agar tidak lolos begitu saja. Aku selalu tak berani melawan wanita ini. Bagaimana pun dia adalah mertuaku.
"Maaf Bu." Aku hanya bisa menunduk.
"Maaf-maaf, kamu pikir dengan kata maaf bisa buat kamu punya anak. Lagian kenapa sih Reza masih pertahanin kamu. Kenapa gak nikah lagi biar punya anak?."
Deg.
Jantungku berdenyut sakit saat mendengar ucapan mertuaku. Bukan pertama kali Ibu meminta Mas Reza menceraikan ku, sudah sering dan bahkan hampir tiap hari. Namun Mas Reza masih keukeh untuk mempertahankan rumah tangga kami. Dia seperti tak mau kehilangan ku dan melukai perasaan ku. Hal itu lah yang membuatku semakin mencintai suamiku itu. Dia selalu membela ku saat aku dihina oleh Ibu dan keluarga nya.
Wanita paruh baya itu mellengang pergi dan bahkan dia sempat menyenggol tubuhku hingga aku sedikit bergeser. Kutatap punggung nya yang menjauh.
"Kuat Senja. Meskipun mertuamu gak suka sama kamu seenggaknya kamu punya suami yang selalu sayang sama kamu." Ucapku menyemangati diri sendiri. Sebab kalau bukan aku yang menguatkan diri, siapa lagi? Mas Reza sedang tidak ada dirumah, kalau dia ada dia pasti langsung memelukku dan memberi kekuatan padaku.
Bersambung.....
Guys kenapa yaaa aku nulis emosi banget ....?
Kalian penasaran kan wkwkk.
Ikutin terus perjuangan senja.
Jangan lupa selalu dukungannya buat author remahan ini.. Makasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
🌞ѕҵяұд ꚍєҋԍԍєꙇдӎ✨
mertua senja kayaknya harus dikasih sambel level 100 deh.. biar dower sekalian..😒😒
2023-11-27
1
Nefertari Atika
Mertuanya Jahat
2023-04-01
0
Mrs.Q
mertua ga ada otot
2023-03-17
0