Kini acara pelepasan sudah selesai, banyak yang mengambil moment hari ini. Ada yang berfoto sana sini, bercerita ingin lanjut kuliah ke kampus impiannya. Ada juga yang langsung ingin kerja dan lainnya. Kiara memang pendiam ia tak banyak bicara. Tiba tiba ada laki – laki mendatanginya menjabatkan tangan.
“Ra, selamat atas prestasinya. Kamu luar biasa” Ujar laki – laki tersebut. Putra namanya, ia termasuk menyukai Kiara. Namun Kiara tidak pernah meresponnya sama sekali. Karena hal itu dilarang oleh Wijaya karena dia bukan laki – laki baik untuknya.
Dengan terpaksa Kiara membalas salam itu.
“Makasih Putra.” Jawab singkat Kiara. Ia melihat raut wajah Raffi menahan emosi karena Kiara menerima tangan laki – laki tersebut.
“Ra mau menari denganku?” tanya Putra karena banyak teman lainnya menari menikamati alunan musik hiburan di akhir acara.
“Maaf aku gak bisa, aku sedang gak enak badan. Sama yang lain saja.” Tolaknya karena ia menghargai laki – laki disampingnya.
“Kamu sakit, kenapa gak langsung pulang saja. Lagipula acara sudah selesai Ra. mending kamu istrihat saja.” Sahut Putra penuh perhatian kepada Kiara. Kiara hanya menggukan kepala lalu melihat Putra dipanggil dengan temannya ia pamit untuk pergi.
“Kita pulang saja ya, kamu kurang sehat kan?” tanya Raffi khawatir karna tiba tiba Kiara mengeluh sakit dengan laki – laki lain.
“Hmm.. ayo Kak aku juga sudah bosan disini. Kita mampir makam dulu ya Kak.” Pinta Kiara.
“Iya ayo!” sambil menggandeng tangan istri kecilnya menuju parkiran lalu diikuti dengan Beni. Karena Bram dan istrinya tidak bisa ikut karena ada urusan mendadak jadi Kiara juga tidak mempermasalahkan juga.
Tangan Raffi tidak lepas menggandeng Kiara hingga mobil sontak membuat ia banya tanya. “ Kak aku gapapa kok, tadi aku hanya alesan sama Putra aku gak sakit.” Jelas Kiara karena takut membuat suaminya khawatir.
“Iya aku tahu bentar!” ia mengambil tisu basah didalam mobil lalu mengelap tangannya sontak membuat Kiara senyum karena ia paham jika Raffi cemburu. Namun ia gengsi mengatakannya.
“Tangan aku baik baik saja kak, gak usah berlebihan begitu ya.” Jelas Kiara.
“Aku tidak suka, milik ku di pegang sama orang lain.” Jelas tajam Raffi sambil menatap Kiara.
Kini mereka sudah sampai ke Makam tempat Papa Wijaya dan Mama Candri, Kiara bercerita banyak mengenai acaranya setelah kepergiaan sang papa. Beni tetap terjaga dari jauh namun mendengar suara Nonanya. Raffi menemani di samping. Namun ia membiarkan Kiara melepas semuanya ada tidak sesak.
Rasanya sudah Raffi mengajak Kiara pulang.
Didalam rumah Bi Siti menangis karena Nona kecilnya akan pergi ke Amerika.
“Non harus inget gak boleh capek sama telat makan ya. Bibi gak mau Non sakit lagi.” Sambil nangis Bi Siti terus mengomel sama Nona kecilnya.
“Iya Bibi Kiara akan selalu inget, Lagipula disana juga ada Kak Raffi jadi aman pastinya Bi. Sudah ya jangan nangis terus. Nanti aku ikut nangis lho Bi.” Ujar Kiara menangkan dan menyakinkan Bibinya. Beni ikut membantu Raffi memasukan barang – barang Kiara. Dan Kiara sudah berganti pakaian dan menghapus make up nya.
Kini mereka meninggalkan rumah Papanya. Kiara menangis, sadar Raffi mengelus rambut Kiara yang di urai panjang.
“Kalau ada waktu besok kita kembali ke sini lagi Kiara, jadi jangan nangis terus ya. Mata kamu bengkak liat.” Raffi berusaha menangkan istrinya dan mendarkan kepalanya di dadanya. Tak terasa Ia tertidur dalam dekapan Raffi.
“Beni aku terimakasih banyak karena kamu sudah banyak membantu aku sama Kiara.” Ujar Raffi dengan Beni di sela – sela mengemudi.
“ Iya Tuan Muda, saya juga minta tolong titip Nona Kiara dengan Anda. Jaga dia dengan penuh tanggungjawab.” Perintah Beni kepada Raffi.
“Aku akan menjaganya dengan cara ku sendiri, kamu tidak perlu khawatir. Kamu juga paham kehidupan disana sama di sini jauh berbeda. Jadi tenanglah kau tak perlu khawatir mengenai keaadannya disana. Akan ku pastikan aman disana.” Penuh yakin ia menyakinkan Beni, karena bagaimana pun ia tetap melihat keraguan di dalam diri Raffi.
“Baiklah saya pegang ucapan Anda Tuan Muda.” Balas Beni.
Setelah sampai dibandara Raffi menyuruh Beni untuk menyiapkan semuanya.
“Ben kamu siapkan semuanya dulu, Kiara terliat lelah jadi aku akan membangunkannya nanti agar tidak lama menunggu.” Ujar Raffi kepada Beni.
“Baik Tuan Muda, saya akan datang kemari saat sudah siap.” Pamit Beni.
Bram dan Ina juga ke Bandara untuk berpamitan dan mengantar anaknya pulang ia juga membantu Beni membawa koper dan barang barang anaknya.
“Raffi sama Kiara gak turun?”
“Nona Kiara masih tidur Nyonya, jadi Tuan Muda tidak membangunkannya.”
“Semoga ini awal yang baik ya Ma, Papa harap Raffi bisa mencintai Kiara.”
“Iya Pa, mama harap juga begitu. Nah itu Raffi.” Raffi menggendong Kiara yang masih tertidur. Mereka memasuki pesawat pribadi milik Raffi sendiri. Jadi fasilitas ruangannya cukup nyaman.
“Ma. Pa. Raffi berangkat dulu ya.”
“Raffi kamu jaga Kiara dengan baik ya. Janagn buat sedih anak kecil ini atau mama gak akan sega- sega datang kesana membawanya kembali ke sini.”
“ Iya Ma. Raffi akan jaga Kiara dengan baik. Mama sama Papa tenang saja gak perlu khawatir.”
“Raffi kalau ada apa – apa cepat hubungi papa. Dan kamu harus ingat sekarang kamu sudah punya istri. Tinggalkan kebiasaan buruk mu. Rubah semuanya dengan baik. Jangan buat Papa kecewa sama kamu.”
“Iya pa, nanti aku akan mengurusnya. Papa kalau sudah selesai keperluan papa sama mama. Kalian bisa tinggal ke USA sama Raffi disana.”
“Iya sayang, mama juga sedang menyelesaikan semuanya agar bisa menyusul kamu kesana.”
“Tuan Muda pesawat sudah siap.”
“Aku pergi dulu Ma Pa. Beni sekali lagi terimakasih banyak sudah membatu saya.”
“ Baik Tuan Muda, sekali lagi titip Nona Kiara.”
Mereka melihat kepergian pesawat tersebut. Raffi menghampiri Kiara yang masih tidur. Kini Kiara ada didalam ruangan kamar. Karena mereka akan menempuh perjalanan cukup lama.
Raffi juga ikut tidur disamping Kiara karena merasa lelah.
30 menit kemudian Raffi bengun, ia melihat Kiara mabuk sontak membuat semakin khawatir. Kiara memuntahkan semua isi dalam perutnya dan merasa kepalanya semakin pusing sekali serta mual bersamaan.
Setelah mabuk udara, Badan Kiara menjadi lemas tak berdaya sesekali Raffi menyuruh Kiara untuk tenang dan tidur. Kiara tidak makan apapun karena benar benar tidak mau takut muntah lagi.
“Kak maaf bajunya jadi kotor.” Cicit Kiara karena ia memuntahkan dibaju suaminya tidak sengaja.
“Iya gak papa. Sudah jangan dipikirin bajunya.” Kini Raffi melepas kemejanya dan telanjang dada.
Blush. Kiara merona karena malu melihat perut Raffi yang seperti roti sobek.
Kini Raffi memeluk Kiara sambil menunggu baju yang akan disiapkan. Kiara nyaman dalam dekapan sang suami. Ia mulai tenang dan terasa aman saat Raffi ada didekatnya.
“Kamu tidur ya, masih jauh kita akan sampai. Tidur ya.” Pinta Raffi terus memeluk Kiara yang masih berdiri.
“Kak, temenin ya.” Pinta Kiara yang semakin pusing terlihat sangat pucat.
“iya sudah kita tidur sekarang tutup mata kamu.” Mereka kini tidur bersama, namun Raffi terus terjaga. Ia melihat wajah manita yang dekapnya begitu damai. Ada rasa kagum dalam diri Raffi melihat Kiara.
“Tidurlah agar kamu gak pusing lagi, atau mau minum obat dulu agar bisa tidur? ” tanya Raffi karena ia melihat Kiara tidak bisa tidur.
“Gak mau kak, aku mau turun sekarang aku ga kuat, pusing banget. Kalau minum obat yang ada aku muntah muntah lagi hiks.... ” ia menangis mengadu rasa sakit kepada suaminya.
“Hei jangan nangis oke, bentar lagi kita sampe. Kamu tenang ya udah tutup mata saja biar gak pusing.” Sambil mengelus rambut Kiara agar ia damai.
“Kak, apa mungkin aku kelelahan ya. Gak biasanya aku mabuk kayak gini dalam pesawat. Baru pertama ini kak sama kak Raffi aku tepar gini. ” lagi lagi ia mengadu kesah keluh dengan wajah imutnya. Siapa duga Raffi tersenyum melihat Kiara mode manjanya secara ia tidak sadar.
“Tadi kamu belum sarapan kan? ” tanya Raffi karna ia ingat istrinya gak sempat sarapan saat ia sibuk menata diri untuk kelulusannya.
“Hmm... Maaf kak Kiara ngerepotin kak Raffi terus, hiks.... Kak kita turun dulu ya. Aku semakin pusing aku gak mau naik pesawat hiks.... ”
Dengan berat hati ia menghubungi dokter di dalam pesawat tersebut lalu masuk kedalam dan memeriksa keadaan istrinya. Dan dengan terpaksa juga Kiara diberi obat dalam bentuk suntikan agar ia bisa tenang dan tertidur.
“Gak mau diperiksa kak, hiks.... ”
“Yaudah kalo gak mau gapapa, kamu tenang dulu ya.” ujar Raffi menenangkan istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments