Episode 19

"Kamu kenal?" tanyaku tidak percaya.

"Iya, Kak. Waktu tempo hari saya membeli jaket di sini, itulah kali pertama saya membeli jaket lagi, setelah ada peristiwa yang menimpa sahabat saya gara-gara jaket."

Aku menatap gadis di depanku lekat.

"Pada waktu itu, saya bekerja di sebuah rumah sakit, sebelum rumah sakit yang sekarang, di bagian forensik. Hal itu membuat saya sering membantu pihak kepolisian dengan kelebihan yang saya punya."

"Ah, maksud kamu, mata kamu?"

"Iya kak. Kakak tau ya? Saya punya kemampuan melihat akhir hidup dari para jenasah yang dikirim ke ruang forensik. Karena itu, saya bisa membantu dalam beberapa kasus.

Di saat itu, saya bertemu dengan Bella alias Rebellion, karena ia bekerja di sebuah supermarket, dekat dengan rumah sakit. Bertepatan dengan saat itu, para polisi yang sedang memecahkan kasus pembunuhan berantai mulai mencurigai Bella.

Seringnya bertemu membuat kami berteman dan sering mengobrol. Karena polisi tau kami dekat, saya dijadikan umpan untuk memancing Bella. Awalnya, ngga ada yang terjadi, dan semua kecurigaan polisi ngga terbukti. Sampai di suatu malam, sahabat saya datang ke tempat kost saya, dan meminjam satu-satunya jaket yang saya punya.

Keesokan harinya, sahabat saya ini ditemukan tewas di sebuah bak sampah besar dekat pasar. Polisi kembali curiga dan setelah melakukan penyelidikan, mereka sadar jika target awal pembunuh itu adalah saya. Saya langsung diamankan, untuk bersembunyi di bawah pengawasan para polisi dan seorang psikiater senior, sampai kasus tersebut mendapat titik terang.

Ternyata, Bella memang dalang dari semua pembunuhan berantai dan ia menargetkan saya. Sayangnya ia salah sasaran, karena jaket yang dipakai sahabat saya."

"Karena dia pikir itu adalah kamu, dari jaket yang biasa kamu pakai," sambungku.

"Iya kak. Tanpa dia tau kalau orang lain-lah yang memakai jaket itu."

Aku kembali mengusap keningku pelan. Tingkah laku manusia memang sungguh di luar dugaan.

"Dan dalam waktu dekat, saya akan bertemu kembali dengan Bella, di sebuah rumah sakit jiwa."

"Untuk apa?" tanyaku cepat.

"Untuk memecahkan kasus kanibalisme yang tadi diceritakan oleh Rebel. Walaupun jahat, Bella adalah perempuan yang sangat pintar. Psikiater yang menangani saya secara rutin, juga datang untuk mengunjunginya.

Psikiater itu bilang, dari pertama ia menceritakan kasus ini pada Bella, Bella langsung mengambil kesimpulan jika itu adalah kasus kanibalisme. Karena ucapan Bella tersebut, polisi mengerucutkan penyelidikan dengan latar belakang yang lebih kecil yaitu praktek aliran sesat."

"Lalu kenapa kamu harus ketemu Bella?" tanyaku lagi.

"Karena itu syarat darinya. Dia menyanggupi untuk membantu menyelesaikan kasus ini, asal bisa bertemu dengan saya. Dia tertarik dengan kelebihan saya yang bisa melihat hal-hal yang orang lain tidak bisa lihat. Alasan dia ingin melenyapkan saya waktu itu adalah, karena dia berpikir saya tertekan dengan kelebihan yang saya miliki. Dia kira saya menderita karena harus hidup menjauh dari hiruk pikuk manusia. Itu kenapa, dia merasa jika kematian adalah hal yang pantas buat saya."

Aku menghembuskan napas panjang. "Dan kamu menyanggupi?"

"Iya, Kak. Saya menyanggupi. Polisi sudah mendapatkan orang yang mereka curigai sebagai pelaku. Sayangnya, mereka belum mendapatkan bukti yang bisa membuat pelaku dijerat hukum. Dan Bella menjanjikan, jika pelaku akan mengantarkan sendiri bukti yang polisi cari, pada saat saya bertemu dengannya."

"Kedengerannya, Bella mau menggunakan kamu sebagai umpan," ucapku.

"Mungkin. Saya ngga peduli sebenernya." Ara menjawab sebelum terkekeh. "Saya cuma mau melihat wajah dia. Wajah pembunuh yang sudah menghabisi nyawa sahabat saya, tanpa belas kasihan."

***

Tring!

Pintu yang baru saja menutup karena kepergian Ara, membuat bel berdenting.

"Kaliam denger apa kata gadis itu?" tanyaku pelan.

Secara tiba-tiba, sosok Silas, Kayes dan Orvyn muncul di balik meja konter. Ketiganya berjalan menghampiri, dan duduk di kursi, sebelum Silas membalik tulisan di pintu, yang menunjukkan jika Memento Mori sudah tutup.

"Apa kamu pikir pelaku kanibalisme itu adalah pengikut Lamashtu?" tanya Silas menatapku.

"Entah. Tapi tidak ada salahnya jika kita mencari tau."

"Cerita gadis bernama Rebel itu mengaitkan banyak hal," sambung Orvyn. "Kayes bilang, ada manusia yang menaruh persembahan berupa potongan daging manusia di kaki gunung tempat Lamashtu di kurung. Selain itu, mereka juga menghabisi seorang pria, untuk dijadikan persembahan. Jadi bisa dibilang, pengikut Lamashtu adalah orang yang bisa dengan mudah menghabisi manusia lain dan memotongnya untuk dijadikan persembahan."

"Tapi apa pengikut Lamashtu seorang kanibal?" tanya Kayes.

"Bisa saja," sahut Orvyn. "Lamashtu mungkin memberinya syarat seperti itu, agar pengikutnya rutin mencari korban persembahan untuknya."

"Mengerikan. Ada manusia yang menghabisi dan memotong manusia lain untuk dijadikan persembahan. Pasti diperlukan pisau yang sangat tajam dan kuat, untuk bisa memotong manusia hingga beberapa bagian," timpal Silas.

"Pisau ...?" Aku bertanya lirih. Ingatanku kembali di saat datangnya dua orang gadis, di mana salah satunya berniat membeli pisau. Pada waktu itu, aku bisa melihat wajah asli mereka dibalik raga yang mereka gunakan. Waktu itu kukira keduanya memasang susuk di wajah, seperti yang dilakukan beberapa manusia lain. Dan pisau yang dibeli, digunakan sebagai media untuk mengeluarkan susuk tersebut.

"Zexlys? Ada apa?" tanya Kayes.

Aku menceritakan kedatangan kedua orang gadis itu pada mereka bertiga.

"Menurutmu mereka adalah pengikut Lamashtu, sekaligus pelaku kanibalisme?" Orvyn menatapku lekat.

"Entahlah. Salah satu gadis yang mencoba topeng bilang, jika ia akan datang ke sini lagi untuk melihat-lihat. Pada saat dia datang nanti, kurasa kita bisa mengikutinya," jawabku.

"Kita? Itu berarti kami bertiga bisa tinggal di sini untuk sementara?" tanya Silas.

Aku berdiri dan menatap ketiganya bergantian. "Pastikan saja kalian tidak pergi ke ruang bawah tanah," sahutku sebelum meninggalkan mereka.

Terpopuler

Comments

Andini Andana

Andini Andana

iyah selidiki tuh budhe smponakan yg sama muda nya ituh 😳

2023-01-28

4

Andini Andana

Andini Andana

pantesan kek familiar sm Ara, dia yg dateng ke Radio Rebel pas ditemukan jasad bayi nya Kekey yaah?

2023-01-28

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!