Episode 7

Perjalanan kembali ke kota diwarnai dengan hujan deras serta petir yang menyambar-nyambar. Mood yang tidak stabil, membuatku tanpa sadar sudah menciptakan hujan dan petir. Alasannya hanya satu, aku merasa terganggu dengan berita yang Silas sampaikan tadi, jika Lamashtu sudah bangkit kembali.

Selama ini Lamashtu dikurung di dalam sebuah gunung berapi, di bawah pengawasan naga api (wester dragon) bernama Kayes. Lepasnya Lamashtu, ditambah dengan Siren yang kabarnya ikut ambil bagian, membuat moodku menurun dengan cepat. Ingatan membawaku kembali pada saat gerhana bulan merah, 195 tahun yang lalu, di mana aku mencabut suara milik para Siren yang tersisa.

***

Kegemparan sedang terjadi di pesisir pantai sebuah pulau, saat aku datang berkunjung, tepat saat gerhana bulan merah akan terjadi dalam waktu beberapa hari lagi. Dari berita yang selintas kudengar, banyak nelayan tidak pernah kembali pulang, setelah melaut. Tangisan para wanita yang kehilangan suami, serta jeritan anak-anak kecil yang meneriakkan ayah mereka membuat perhatianku mau tidak mau terfokus pada mereka. Sesuatu di lautan sana, sudah mulai mengancam kehidupan penduduk sekitar.

Tepat saat aku sedang menyelami dasar lautan untuk sekedar memantau setelah menerima energi dari gerhana bulan merah, terdengar nyanyian indah yang bisa kupastikan milik sekawanan Siren yang sedang berkumpul.

Dugaanku benar, di sebuah pulau yang terletak di tengah laut, terlihat beberapa sosok Siren sedang duduk di atas batu-batuan yang terjal. Sosok Siren sendiri merupakan campuran antara manusia dan burung. Tubuhnya sama seperti pada manusia pada umumnya, namun bersisik dan memiliki sayap lebar yang tumbuh di punggung.

Siren dikenal karena suara nyanyian mereka yang merdu. Sayangnya, nyanyian merdu itu merupakan nyanyian kematian yang bisa membuat manusia mana saja kehilangan kewarasan dan melakukan hal yang diperintahkan Siren. Tidak terhitung banyaknya manusia, khususnya laki-laki yang sudah menjadi mangsa dari Siren. Walaupun sudah diperingatkan berulang kali, namun sekawanan Siren ini masih saja mengganggu manusia yang tidak bersalah.

Emosiku muncul ketika melihat sebuah kapal nelayan kecil yang menuju ke arah mereka, karena tertarik oleh nyanyian. Para Siren berdiri dan bersorak, menyambut kedatangan para manusia selanjutnya yang akan menjadi korban. Aku masih diam dan mengawasi, sampai salah satu dari sekawanan Siren tersebut, yang kuperkirakan sebagai pemimpin mereka, masuk ke dalam kapal dan mulai mencengkeram dagu seorang pria. Terlihat sinar putih keluar dari mulut pria itu, yang dengan segera dihisap olehnya, sementara Siren yang lain masih bernyanyi dengan merdunya seolah memberi semangat.

Duarrr!

Petir yang terlihat persis di atas kapal menimbulkan suara yang memekakkan telinga dan sontak membuat para Siren berhenti bernyanyi. Mereka saling berpandangan satu sama lain, dan dalam sekejap terbelalak ketika melihat sosokku yang sudah melayang di dekat kapal. Beberapa Siren berlari menjauh, dan berhenti seketika saat aku kembali membuat petir.

Pimpinan dari kawanan Siren menghampiriku dan menunduk ketakutan karena kali ini aku sangat murka. Dengan satu kilatan petir yang cukup memekakkan, semua Siren jatuh bersimpuh dan menutup telinga, sembari memohon padaku untuk kembali memafkan mereka, yang nyatanya kuabaikan mentah-mentah. Sebagai gantinya, beberapa petir serempak menyambar tubuh para Siren ketika aku mengibaskan ekor perakku, dan membuat mereka kehilangan suara sebelum melayang menjauh.

***

Setelah menyetir sampai hampir setengah hari, aku tiba di Memento Mori dengan perasaan masih bercampur aduk. Dengan pelan, kakiku melangkah menuju ke ruang bawah tanah untuk sekedar merebahkan diri di tempat tidur, tanpa memejamkan mata.

Ingatanku kembali ke saat terakhir di mana aku bertemu Lamashtu. Saat itu, karena kekuatanku belum pulih secara penuh, aku dan para penguasa tiga elemen bumi lainnya hampir saja binasa di tangan Lamashtu yang sering berkeliaran untuk memangsa wanita hamil, anak-anak kecil serta bayi.

Walaupun pada akhirnya Lamashtu bisa dilumpuhkan untuk kemudian dikurung di dalam gunung berapi, namun kami berempat yang menghadapinya harus mengeluarkan tenaga ekstra hingga titik darah penghabisan.

Sebegitu kuatnya seorang Lamashtu, hingga empat elemen bumi perlu bersatu untuk memusnahkannya. Itu pun tidak sepenuhnya hanya kami berempat. Kami menggunakan rencana terakhir yang melibatkan iblis lain bernama Pazuzu yang merupakan rival abadi dari Lamashtu.

Pazuzu sendiri merupakan iblis yang senang merasuki manusia dan melakukan beberapa kejahatan. Walaupun dalam hal kekuatan, ia berada di bawah Lamashtu, namun keberadaannya tidak bisa disepelekan.

Saat Lamashtu dan Pazuzu bertemu, mereka mulai berdebat tentang siapa yang lebih hebat, sebelum saling menyerang. Kami berempat yang bersembunyi untuk menunggu waktu yang tepat, mengamati saat keduanya sudah mulai kehabisan tenaga. Di saat itulah, kami menyergap dan melumpuhkan keduanya. Sayang sekali, Pazuzu bisa melarikan diri, sedangkan Lamashtu yang sudah kehabisan energi, bisa dengan mudah kami tangkap, untuk kemudian dikurung di dalam gunung berapi. Hanya untuk mengurung tanpa membinasakannya saja, kami berempat sudah bertarung hingga batas kesanggupan kami.

Duarrr!

Suara petir di luar sana memecah lamunanku dan aku memutuskan bangkit dari tempat tidur untuk menuju ke arah sofa setelah mengambil air delima dalam gelas kristal kesayanganku. Sebelum menyesap sedikit cairan berwarna pekat yang menyerupai darah, napasku berhembus kencang.

Penguasa elemen yang lain tidak pernah tau, jika aku pernah bertemu Lamasthu saat masih kecil. Pada saat itu, aku sengaja ditinggalkan di tepi pantai oleh ayahku yang merupakan penguasa lautan sebelumnya, untuk memancing kedagangan Lamashtu yang sudah meneror penduduk pesisir pantai.

Mereka berdua bertarung hebat ketika Lamashtu berusaha menangkapku. Dan pertarungan itu berakhir dengan Lamashtu yang melarikan diri, serta binasanya ayah, sehingga membuatku menjadi penguasa lautan selanjutnya.

Di tengah rasa bingung dan sedih karena kehilangan ayah, seorang wanita datang menemukanku lalu kemudian mengasuhku hingga akhirnya ia sendiri menjadi korban persembahan yang dipilih oleh tetua desa dan juga cenayang.

Terpopuler

Comments

⍣⃝ꉣꉣAndini Andana

⍣⃝ꉣꉣAndini Andana

mulai membiasakan dgn nama2 baru.. siren, lamasthu, pazuzu... smpe bab ini kadang msh lupa nama MC nya, Zexlys 😁🙊

2023-01-24

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!