Tring!
Aku mengangkat wajahku dari buku yang sedang kubaca dan menemukan seorang gadis berdiri di depanku dengan ragu-ragu.
"Permisi. Di sini jual kosmetik?" tanyanya pelan.
"Cari apa?"
"Ada pemutih kulit?" tanyanya lagi. Aku bisa mendengar nada bersemangat dalam suaranya.
"Tunggu sebentar."
Aku meletakkan buku dan bangkit berdiri menuju ke rak di belakang meja konter. Setelah menemukan yang kucari, aku memberikan apa yang gadis itu inginkan.
"Ini gimana cara pakainya?"
"Dioleskan ke tubuh seminggu sekali," jawabku tersenyum. "Tapi, mohon maaf sebelumnya. Harga krim itu lumayan mahal."
"Ngga masalah. Berapapun harganya, akan saya beli."
Aku menyebutkan sederet angka sebagai harga dari krim pemutih tubuh di tangan gadis itu. Dan tanpa ragu, ia langsung memberikan sejumlah uang kepadaku.
"Cukup seminggu sekali ya? Jangan berlebihan," tambahku sebelum ia berbalik untuk pergi.
'Sayang sekali, sepertinya ia tidak mendengar perkataanku,' lirihku dalam hati dengan senyum mengembang.
***
Setiap dua minggu sekali, gadis itu kembali untuk membeli krim pemutih tubuh.
"Sepertinya, kamu ngga mendengarkan saran dari saya," ucapku ketika gadis itu kembali lagi untuk kesekian kalinya.
"Memangnya kenapa kalau saya menggunakan krim pemutih itu setiap hari? Kakak lihat sendiri bukan? Tubuh saya jauh lebih putih dari pertama kali datang ke sini," balasnya. "Lagi pula, kan saya beli! Jadi terserah saya, mau pakai kapan aja."
Aku terkekeh sejenak sebelum melanjutkan. "Benar sekali, kamu adalah pembeli. Kamu memiliki banyak uang yang tanpa ragu bisa kamu keluarin untuk barang yang kamu mau. Tapi apa kamu tau? Ngga selamanya kamu bisa ngelakuin apa yang kamu mau, dengan menggunakan uang. Ada banyak hal di dunia ini, yang ngga bisa sembarangan kamu langgar. Dan jika kamu sudah berani melanggar sebuah ketentuan, pada akhirnya uang sebanyak apapun yang kamu miliki ngga akan bisa membantu kamu."
"Udah ceramahnya? Saya ke sini mau membeli, bukan untuk diceramahi. Pernah denger kalau pembeli adalah raja? Itu berarti, penjual harus mengikuti apa kata pembeli."
"Saya ngga menceramahi. Saya sedang memberikan sebuah peringatan. Jangan menyalahkan saya jika sesuatu terjadi, karena keputusanmu sendiri. Dan ya! Pembeli memanglah raja, tapi di toko ini, penjual adalah dewa." Aku menyeringai.
"Udahlah Kak, cepet ambilin aja barang yang saya butuhin!"
Tanganku menyodorkan krim yang ia maksud dari balik konter. "Harganya naik menjadi dua kali lipat. Kamu sanggup?"
"Kakak mau memeras saya?"
"Ngga. Seperti yang saya bilang, kamu bisa saja membeli barang yang kamu mau karena kamu adalah raja. Tapi saya adalah dewa yang bisa menentukan harga semau saya. Pilihan ada di tangan kamu," jelasku.
Wajah gadis di depanku mulai memerah. Dengan cepat ia melemparkan sejumlah uang ke arah meja konter yang sontak membuatku tertawa. Tepat ketika ia sudah mengambil kasar barang yang ia beli dan berbalik menuju pintu, aku berkata tajam serta penuh penekanan.
"Nama saya Zexlys. Dan jangan pernah mencari saya, jika sesuatu terjadi pada dirimu, Aline!"
Seketika ia berbalik dan menatapku dengan matanya yang membola.
***
Aku tiba-tiba tertawa saat kembali mengingat ekspresi gadis pembeli krim pemutih tubuh itu. Dia pasti bingung, kenapa aku bisa mengetahui namanya. Mudah saja, aku tau semua hal tentang para pembeli yang masuk ke Memento Mori. Aku bahkan tau jika gadis bernama Aline itu, menjual krim pemutih yang ia beli di sini kepada teman-temannya dengan harga berkali lipat. Sayangnya, ia berlaku curang dengan mencampurkan body lotion dengan krim itu. Ia mencurangi pembelinya tanpa tau, jika apa yang dia lakukan justru akan menyelamatkan mereka kelak.
Semakin bertambahnya waktu, Aline semakin sering mengunjungi tempat ini. Bahkan ia membeli dalam jumlah yang sangat banyak. Ini sama sekali bukan masalah untukku, karena bagaimanapun, aku mendapatkan keuntungan berkat kedatangannya. Kulit tubuhnya sendiri sekarang sudah seputih susu dan sebening pualam.
"Pintar sekali! Kamu menjual krim oplosan pada penjualmu dan menggunakan krim murni untuk dirimu sendiri," lirihku saat ia hampir pergi dari tempat ini.
"Bukan urusan Kakak!" balasnya sengit sebelum membuka pintu dengan suara berdenting kencang.
***
Tring!
Permisi, ada krim pemutih tubuh dijual di toko ini?" tanya seorang gadis yang datang bersama dengan kedua temannya.
"Krim pemutih tubuh?"
"Iya. Beberapa hari lalu, ngga sengaja saya ngeliat teman saya keluar dari sini dengan sebuah paperbag bertuliskan nama toko ini. Ngga lama kemudian, ia menjual krim yang biasa kami beli dengan membawa paperbag yang sama.
"Maaf, barang seperti itu ngga ada di sini," jelasku.
"Beneran ngga ada, Kak?" tanya seorang gadis yang lain.
"Ngga ada. Mungkin kalian bisa nanya langsung ke temen kalian, di mana dia mendapatkan krim yang kalian maksud. Atau kalau kalian ngga percaya, silakan lihat ke rak itu," aku menunjuk dengan daguku. "Dan lihat sendiri, apa krim yang kalian maksud ada di sana."
Ketiganya berjalan pelan menuju rak yang kutunjukkan, sebelum melihat beberapa kosmetik dengan merk yang mungkin terdengar aneh.
"Iya, ngga ada Kak," lapor mereka setelah cukup lama melihat-lihat. Aku sendiri hanya tersenyum simpul dan menatap ketiganya secara bergantian.
"Kalo gitu, terima kasih ya, Kak? Kami permisi."
Tanganku melambai pelan pada sosok ketiganya ketika keluar dari sini dan meninggalkan bunyi berdenting seperti biasa.
***
"Tolong Kak, kasih saya krim seperti biasa," seru Aline dengan napas terengah-engah di depan meja konter.
"Maaf, saya udah ngga punya lagi stok krim pemutih tubuh yang biasa kamu beli."
"Jangan bohong!" sentaknya kasar.
"Saya ngga bohong. Memang udah ngga ada. Saya kehabisan stok karena kamu memborong banyak setiap kali membeli. Dan saya belum bisa membuatnya lagi."
"Kakak yang membuatnya?" tanyanya tidak percaya.
"Ya, dan saya kehabisan bahan baku pembuat krim tersebut."
"Kakak bohong! Pasti di dalam sana, ada kan?!" tanyanya sembari menunjuk sebuah pintu hitam besar di belakangku.
"Saya ngga bohong."
"Tolong Kak. Sekujur tubuh saya saat ini sedang kepanasan. Ini sudah saya rasain dari sejak lama, namun ketika memakai krim itu, rasa panas di tubuh saya langsung menghilang," jelasnya dengan suara memelas.
"Ah, rupanya udah bereaksi ya?" Mataku berbinar tanpa bisa kucegah. "Tapi sayang sekali. Seperti yang tadi saya bilang, krim yang kamu maksud sudah habis."
"Bohong!" teriaknya sebelum berjalan cepat menuju ke pintu hitam dan membukanya dengan kasar. Ia melangkah masuk ke dalam, dengan mata yang liar melihat ke segala arah. Dengan terkekeh, aku mengikutinya dari belakang sebelum duduk di sebuah kursi dengan meja besar yang sering kugunakan ketika makan.
"Bilang Kak! Di mana Kakak nyembunyiin krim itu!"
"Ngga ada. Saya bilang, saya kehabisan stok," jawabku sembari menatap lekat matanya.
Aline mulai menggila dan memporak-porandakan seisi ruangan, untuk mencari barang yang ia maksud. Aku sendiri masih menatapnya lekat dengan senyuman lebar.
Brug!
Tubuhnya jatuh bersimpuh di lantai dan dengan cepat ia mengusap sekujur tubuhnya.
"Panas ... Panas ... Tolong saya!"
Aku menyandarkan punggung dan dengan rasa antusias yang tidak bisa kujabarkan, menanti hal yang akan terjadi. Aline sendiri sudah berteriak-teriak seperti orang kesurupan, karena rasa panas yang ia rasakan. Bahkan ia sudah merebahkan diri di lantai marmer hitam untuk membantu meredakan panas. Sayangnya itu tidak membantu sama sekali.
Kepulan asap tipis yang keluar dari tubuh Aline semakin membuatnya histeris, dan dalam beberapa saat, serpihan abu yang berasal dari tubuhnya mengotori lantai. Aku terkekeh saat ia melolong kesakitan sebelum tubuh itu sepenuhnya berubah menjadi abu dan menyisakan tulang belulang yang berwarna putih.
***
Tuk tuk tuk tuk!
Tanganku dengan lihai menghaluskan tulang belulang yang beberapa waktu lalu kupungut dari lantai.
"Akhirnya ... Krim pemutih tubuh akan segera dibuat setelah bahan baku didapat. Sayang sekali, satu-satunya pembeli krim itu, sekarang sudah menjadi bahan baku dari krim yang sering ia gunakan," aku berbicara sendiri sebelum menatap ke arah dinding di mana tulisan Memento Mori yang berarti 'Ingatlah Akan Kematianmu' terpampang dalam bingkai hitam besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
nath_e
ya Allah serem amat...keknya pernah liat model film begini tp dmn yaa🤔 lupa 🤭lanjut kakak...maaf br.liat ada yg baru
2023-01-26
3
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
bahan baku krim pemutih nya dari tulang belulang manusia 🙈🙈
2023-01-23
6