"Kenapa kamu tidak pernah cerita, jika pada waktu kecil kamu pernah bertemu Lamashtu?"
Aku menatap Kayes tanpa bicara.
"Latica yang menceritakannya padaku," lanjut Kayes. Latica adalah nama wanita yang kupanggil mama. Ya, ia adalah pengganti ibu kandungku, yang merupakan sahabatnya sendiri.
"Tugas kita sekarang, memusnahkan Lamashtu selamanya, Kayes," ucapku mengalihkan pembicaraan.
Kayes langsung terdiam sampai aku pamit untuk kembali ke Memento Mori. Sepertinya ia tau, jika perasaanku tidak baik-baik saja, setelah mendengar sejarah tentang pisau naga atau pisau Gaharu.
***
Tring!
"Berapa kali kubilang, datanglah seperti manusia normal!" sentakku tanpa mengangkat wajah dari sebuah buku yang kubaca dari meja minum teh.
"Terlalu biasa, Zexlys! Menjadi tidak terlihat di antara para manusia itu menyenangkan," ucap Orvyn setelah duduk di kursi dekatku. Kayes dan Silas ikut duduk tanpa bicara sedikitpun.
"Ada kabar dari Latica?"
"Ya, itu kenapa kami di sini. Menurut informasi yang ia dapat, Lamashtu berada di kota ini," jawab Kayes yang membuatku menutup buku, lalu menatapnya lekat.
"Apa itu tandanya jika kita harus bersiap?"
"Ya, Zexlys. Lamashtu akan semakin kuat jika pengikutnya dari golongan manusia semakin banyak," timpal Silas.
"Bagaimana mencarinya?" tanyaku putus asa. Aku tidak tau, siapa saja manusia yang merupakan pengikut Lamashtu.
"Tenang, Zexlys... Kadang kita harus menunggu, tapi sabar saja. Apa yang sudah digariskan untuk terjadi, pasti akan terjadi," sambung Orvyn yang membuatku menghela napas panjang.
***
"Halo Kakak Naga!" sapa gadis bernama Rebel dengan senyuman lebar.
"Hei! Gimana tidurnya? Masih insomnia?"
"Masih insomnia, tapi udah ngga pernah mimpi buruk lagi. Dan ini semua karena kakak naga," ucapnya riang sebelum duduk di kursi.
"Bisa ngga sih, berhenti manggil saya kakak naga?"
"Ngga!" tolaknya. "Karena di mimpi saya waktu ketiduran di sini, kakak berubah menjadi naga yang cantik, dan nyelametin aku."
"Itu kan cuma mimpi," sahutku santai.
"Iya sih, tapi sejak itu, aku ngga pernah mimpi buruk lagi."
Aku tertawa kecil sebelum membuat teh untuk kusuguhkan pada Rebel.
"Kakak naga tau berita yang lagi viral ngga?"
"Berita apa?" tanyaku singkat.
"Kasus pembunuhan dengan kanibalisme."
"Bukannya kalo kanibalisme itu udah pasti pembunuhan ya?" tanyaku balik. "Gimana bisa ngelakuin praktek kanibalisme kalo ngga ngebunuh dulu? Ceritanya gimana?"
"Oh iya ya?" Rebel terkekeh. "Jadi cerita mulanya, ada beberapa orang yang sakit di waktu bersamaan. Mereka ke rumah sakit dan dites di laboratorium, karena takutnya keracunan makanan. Tapi hasil tes mereka itu nunjukin, kalo ada zat manusia lain dalam tubuh mereka. Yang artinya tanpa sengaja mereka jadi kanibal, kak."
"Tanpa sengaja? Kok bisa? Mereka beli makanan dari penjual yang ngejual makanan berbahan dasar daging manusia?"
"Bukan beli, tapi dibagiin gratis," jawab Rebel.
"Oh, buat menghilangkan jejak?"
"Kayanya sih gitu, kak," lanjutnya lagi. "Ngga kebayang deh, ada manusia sekejam itu. Korbannya belum ketauan siapa, dan bagian tubuh dari korbannya ini dijadiin nasi kotak, untuk dibagiin ke orang-orang yang hidup di jalan."
"Manusia jaman sekarang emang luar biasa," responku lirih.
"Iya emang! Makin sadis aja ya kayanya?" sambung gadis itu menghembuskan napas panjang. "Tapi, karena praktek kanibalisme itu cukup jarang terjadi, aku iseng nyoba riset kecil-kecilan untuk nyari tau."
"Apa hasilnya?" tanyaku tertarik.
"Rata-rata, praktek kanibalisme itu, erat kaitannya dengan ritual tertentu. Di luar negeri, kanibalisme itu cara untuk ngasi persembahan untuk para setan," bisik Rebel.
"Setan?"
"Iya," ia mengangguk. "Buat para manusia yang memuja setan, mereka suka ngasih persembahan atau bisa dibilang tumbal. Dan setelahnya, apa yang mereka mau bisa tercapai. Ketenaran, kekayaan, keabadian, dan banyak lagi, kak!"
"Oya?"
"Iya! Di indonesia sendiri, penggunaan tumbal untuk ilmu hitam itu banyak banget. Cuma ya, sebatas tumbal aja. Kalau aku liat sih, kasus kanibalisme yang ini ada kaitannya sama pemujaan setan juga. Manusia normal, mana ada sih yang makan manusia lain? Udah gitu, dengan entengnya bikin masakan berbahan dasar manusia, terus dibagiin ke manusia lain lagi. Sakit jiwa!"
"Ya mungkin emang sakit jiwa," timpalku.
"Sakit jiwa dengan pikiran yang normal," balas Rebel sebelum meminum tehnya pelan.
Tring!
Suara pintu yang berdenting, membuatku dan Rebel sontak menoleh pada sosok gadis yang berdiri dengan kikuk.
"Sini, Ara!" panggilku seraya tersenyum.
Gadis itu menghampiri, dengan senyuman malu-malu ke arah Rebel. Setelah beberapa saat, keduanya mengobrol layaknya dua orang teman lama, di mana aku hanya diam dan memperhatikan.
"Jadi pelaku kanibalisme itu lagi ngejalanin ilmu hitam?" tanya Ara. Aku tertarik melihatnya yang antusias.
"Bisa jadi! Kalau dari riset kecil-kecilan yang aku lakuin sih kayanya gitu. Ada beberapa kasus serupa dan pas diselidiki latar belakangnya, para pelaku ngaku. Mereka ngelakuin praktek kanibalisme itu, karena ada suara bisikan yang nyuruh mereka. Begitu sekali mereka ngelakuin praktek tersebut, jadi ketagihan."
"Tapi kan belum tentu karena itu juga," aku menimpali.
"Iya emang. Kan aku bilang, itu sekedar hasil riset yang aku lakuin, dan nemuin informasi kalau rata-rata pelaku kanibalisme, ngelakuin itu sebagai syarat pemujaan setan. Mungkin aja pelaku yang ini cuma sekedar psikopat berdarah dingin."
"Psikopat berdarah dingin?" tanya Ara lirih.
"Iya! Pernah denger kasus Rebellion? Singa betina yang memberontak? Wanita ini menghabisi sembilan nyawa dengan alasan ngga masuk akal. Banyak yang mengira kalau dia melakukan ritual tertentu. Tapi kenyataannya, ngga sama sekali. Dia memang psikopat sejati, yang menghabisi manusia lain tanpa alasan."
"Ada manusia seperti itu?" tanyaku tidak percaya. Lagi-lagi alam semesta membuktikan, jika jiwa jahat manusia itu lebih jahat dari jiwa-jiwa jahat lainnya.
"Ada kak! Sayangnya dia ngga dihukum atas perbuatannya. Cuma dikurung di sebuah rumah sakit jiwa. Tapi, rumah sakit jiwa di mana, ngga ada yang tau kecuali orang-orang tertentu."
Aku mengangguk mendengar penjelasan Rebel dan mengerutkan kening melihat respon Ara. Gadis itu diam menunduk saat Rebel mulai bercerita tentang si psikopat.
"Aku pulang dulu ya? Makasi tehnya kakak naga. Sampai ketemu lagi, Ara," pamitnya setelah setengah jam kemudian. Aku dan Ara sontak melambaikan tangan, saat Rebel membuka pintu.
"Terakhir kali saya tau tentang seorang psikopat, itu dari sebuah novel yang saya baca," ucapku setelah sosok Rebel tidak terlihat.
"Cerita Rebel bener kok, Kak?" jawab Ara mengangkat wajah. "Saya bahkan kenal dengan perempuan yang ia ceritakan tadi. Rebellion, sang singa betina yang memberontak, yang menghabisi nyawa sembilan manusia dengan tangannya sendiri."
Aku terhenyak dan mengusap keningku pelan, ketika mendengar perkataan Ara yang menyiratkan sebuah luka masa lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ai Emy Ningrum
Rebellion yg di catatan kecil sang pembunuh kah 🧐
2023-01-27
3