Episode 6

Netraku memandang jauh ke arah lautan luas dari kamar penginapan di mana aku singgah. Lokasi ini dulunya adalah sebuah perkampungan kecil di mana hampir semua penduduknya kuban*tai habis, dan hanya menyisakan sedikit orang saja, beberapa ratus tahun lalu. Di perkampungan itu juga, aku bertemu dengan seorang wanita dan diasuh dengan penuh kasih sayang. Sayangnya, para penduduk mengorbankan wanita itu untuk diserahkan kepada penguasa lautan yang tidak lain adalah aku.

Kemarahanku timbul karena semua upacara yang mereka lakukan atas namaku. Padahal, sekalipun aku tidak pernah menuntut persembahan apapun. Ternyata, hal tersebut hanyalah akal-akalan beberapa gelintir oenduduk untuk kepentingan napsu mereka sendiri. Satu persatu orang yang terlibat, kuha*bisi dalam diam. Mereka kembali ke tepi pantai dalam keadaan kurus kering tanpa memiliki setetes darah yang tersisa.

Bukannya berhenti, para tetua dan cenayang semakin giat mengirim korban persembahan lain. Hingga tiba saatnya, aku pun menjadi korban persembahan dan hampir menjadi korban pelecehan, tepat di atas kapal yang membawaku ke tengah lautan.

Di hari itu, tepat setelah aku kembali ke dalam lautan setelah memban*tai penduduk desa, sebuah hukuman menimpaku atas apa yang sudah aku lakukan. Penguasa alam mencabut semua kekuatan yang kumiliki, dan menyuruhku untuk hidup selayaknya manusia normal.

Sedikit demi sedikit kekuatanku dipulihkan, setelah aku melakukan satu kebaikan atau menghapus satu kejahatan dari muka bumi. Karena kekuatanku belum pulih sepenuhnya, setiap 195 tahun sekali, aku mendapat energi tambahan dari gerhana bulan merah.

Naga ekor perak (sea dragon) secara turun temurun menjadi penguasa lautan atau bisa dibilang pengendali elemen air. Kami mengendalikan ombak, hujan dan juga petir.

Di alam semesta, ada empat naga yang menjaga keseimbangan di muka bumi dengan melakukan tugasnya masing-masing. Tiga naga yang lain yaitu naga api (wester dragon) penguasa gunung atau elemen api, naga ekor beracun (wyvern) yang merupakan penguasa tanah, dan naga berbulu merak (mesoamerican dragon) yang menjadi penguasa udara.

Sayangnya, saat tiba giliranku menjadi penguasa lautan, aku malah terdampar di sebuah perkampungan sisi pantai dengan wujud deorang manusia. Bahkan, aku menumpahkan darah pertama kali secara bru*tal di tempat itu, yang membuatku kehilangan kekuatan dan menjalani hukuman sampai dengan hari ini.

***

Menjelang geehana, di mana bulan sudah terlihat mulai memerah, aku berjalan pelan meninggalkan penginapan dengan memakai tudung jubahku. Riak ombak yang menggulung, seolah menyambut kedatanganku selaku pemilik dan aroma garam yang pekat memberikan rasa nyaman disetiap senti kulitku. Perlahan namun pasti, kakiku yang tanpa alas mulai menapaki pasir pantai sebelum sebuah ombak menggulungku hingga menghilang.

Tubuhku lambat laut meramping hingga aku berubah sepenuhnya menjadi naga ekor perak dengan panjang belasan meter. Hanya butuh beberapa saat, di mana aku berkeliling ke laut terdalam untuk melihat keadaan tempat tinggalku sembari menunggu waktunya terjadi gerhana. Tepat ketika pandanganku sudah semerah darah, aku berenang ke daratan yang tidak pernah di datangi manusia dan melingkar di atas sebuah batu besar untuk mendapat cahaya gerhana.

Energiku terisi penuh setelah satu jam lebih mendapatkan sinar gerhana bulan merah. Aku menyempatkan diri terbang selama beberapa saat di atas permukaan laut, sebelum kembali ke dasar lautan. Riak air yang menggulung, menghapus jejak tubuhku saat aku berenang semakin dalam.

***

Keributan terjadi di lobi penginapan saat aku kembali. Beberapa pegawai penginapan menatapku dengan pandangan tidak percaya, dan segera menghampiriku.

"Kakak ngga kenapa-kenapa? Ada orang yang melaporkan kalau kakak terbawa ombak. Kami hampir saja menelepon polisi untuk mengevakuasi kakak," ucap salah satu dari mereka.

Aku hanya tersenyum simpul sebelum membuka suara. "Oh itu! Maaf kalau udah bikin khawatir, tapi tadi, saya cuma mau ngeliat gerhana di pantai saat keinginan untuk berenang muncul."

"Kakak berenang?" tanyanya lagi.

Aku mengangguk mengiyakan.

"Ngga ada seorang pun yang berani berenang di saat gerhana, Kak. Ombak biasanya lebih besar dan arus di pantai lebih kuat ketika gerhana sedang terjadi."

"Tapi saya ngga kenapa-kenapa kok," balasku santai yang membuat semua orang menghembuskan nafas lega. "Ya sudah kalau begitu. Maafkan saya karena udah membuat kalian semua panik. Saya pamit kembali ke kamar."

Tanpa menunggu jawaban dari mereka, aku berjalan pelan menuju ke arah tangga dan menaikinya diiringi tatapan keheranan semua yang berada di situ.

***

"Bagaimana rasanya menjalani hidup sebagai manusia, Zexlys?" sapa seseorang dari balik punggungku saat aku sedang memasukkan koper ke dalam bagasi mobil.

"Lumayan," jawabku pendek setelah berbalik dan menemukan pemuda tinggi berambut panjang serta berpakaian modern, berdiri dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Mungkin nanti aku akan sering mengunjungimu," lanjut pria itu tersenyum lebar.

"Terserah aja," aku masih menjawab dengan datar sembari menatapnya lekat.

"Ngga penasaran?" pancingnya.

"Karena?" tanyaku balik.

"Kenapa naga penguasa udara akan sering menemuimu," jawabnya dengan nada serius.

"Ingin dapet tumpangan hidup selama di kota?" Aku mulai penasaran.

Ia menggeleng pelan. "Lamashtu sudah mulai bangkit kembali."

Perkataannya membuatku sontak tertegun. Lamashtu merupakan sosok mahluk wanita yang buas, menakutkan, dan jahat. Ia akan menghisap darah, memakan daging hingga menguyah tulangnya. Konon, diceritakan jika Lamashtu sangat menyukai perempuan yang sedang dalam masa kehamilan. Ia gemar menculik anak-anak dan karena sifat inilah ia menjadi makhluk yang paling ditakuti. Bahkan, ia sangat suka menculik bayi saat sang ibu sedang menyusuinya.

"Selain itu, aku secara langsung meminta ijinmu untuk memusnahkan kaki tangan Lamashtu," lanjutnya lagi.

"Ijin?"

"Ya," jawabnya. "Lamashtu bekerja sama dengan Siren untuk menyembunyikan anak-anak yang diculiknya."

Lagi-lagi aku tertegun. Siren adalah makhluk berwujud setengah wanita setengah burung yang menyanyikan lagu pada para pelaut yang lewat. Orang yang mendengar nyanyian mereka akan menjadi tidak sadarkan diri. Sebagian menabrakkan kapal mereka ke batu karang dan sebagian akan menenggelamkan diri ke laut. Sudah tidak terhitung berapa kali aku menghukum kawanan Siren yang gemar mencelakai manusia. Terakhir kali, aku mencabut suara mereka agar tidak ada pelaut atau nelayan yang terpana saat mendengar mereka bernyanyi.

"Datanglah kapan saja kamu mau. Sebagai naga penguasa tanah, tidak sulit kan untuk menemukan tempatku tinggal?" ucapku setelah beberapa saat.

Pria itu hanya mengangguk sebelum aku masuk ke dalam mobil.

"Tolong laporkan padaku jika ada Siren yang kembali berulah. Kamu tau sendiri, aku tidak bisa terlalu lama tinggal di sini," tambahku.

"Tentu saja, jangan khawatir. Hati-hati dalam perjalananmu, Zexlys."

"Terima kasih, Silas," ucapku lirih.

Aku melajukan mobilku pelan dan sempat melihat ke arah spion, di mana Silas masih menatap kepergianku di bawah sinar matahari yang mulai terik.

Terpopuler

Comments

nath_e

nath_e

kereeen...idenya😎😏

2023-01-27

2

Andini Andana

Andini Andana

wow.. jadi ini teh tentang legenda naga 4 elemen? 😍

2023-01-23

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!