Pelayan Dokter Amnesia

Pelayan Dokter Amnesia

Bab.1

"Juan membuka mata, juan sadar!" Seorang wanita paruh baya terlihat berteriak histeris saat melihat putranya yang telah koma selama satu bulan akhirnya terbuka mata.

Pria itu terlihat menatap lurus kearah langit-langit kamar dengan bingung. Tubuh yang masih lemas membuat dia tak berdaya kecuali kedua bola mata yang terus memastikan dimana dia sekarang.

Seorang pria yang kira-kira berusia 55 tahun berhambur masuk dan langsung menghampiri Juan. "Juan, ini Papa. Apa yang kamu rasakan, Nak. Papa sangat bersyukur akhirnya kamu sadar."

Juan yang masih terlihat bingung hanya bisa mengedipkan matanya, sementara bibir begetar tak mampu mengucap meski satu kata.

Tak selang berapa lama, tim dokter yang menangani Juan, tiba. Seorang dokter pria mendekat dan langsung memeriksa pupil mata hingga denyut nadi Juan. "Ini sebuah keajaiban, Dokter Juan telah kembali."

Semua orang yang ada di ruangan itu diselimuti rasa haru setelah satu bulan hidup dalam ketegangan, antara pasrah dan tak rela dokter muda itu meregang nyawa.

Ya, Juan Imanuel. Seorang dokter spesialis bedah sekaligus putra tunggal pemilik rumah sakit tempat dia dirawat saat ini. Mimpinya yang baru saja dimulai, harus dia tunda sementara waktu.

Kecelakaan hari itu masih ditangani oleh pihak kepolisian tanpa ada titik terang tentang penyebab kecelakaan tersebut. Banyak yang berasumsi Juan menyetir dalam keadaan mengantuk.

Ada pula rumor yang mengatakan bahwa Juan dicelakai oleh seseorang. Untuk sementara waktu, semua hanyalah asumsi. Namun yang mengetahui semua secara jelas hanyalah Juan sendiri.

Beberapa saat tenggelam dalam kebahagiaan, dokter itu kembali fokus kepada Juan yang terlihat kebingungan dengan situasi saat ini. Hal mendebarkan pun kembali terjadi, karena sebelumnya kemungkinan terburuk sudah diprediksi oleh dokter itu.

"Juan, apa kamu ingat saya, ingat?" tanya dokter itu dengan hati-hati. Dia harap Juan masih mengingatnya karena mereka sudah saling mengenal dua bulan belakangan ini, karena bekerja dirumah sakit yang sama.

Juan nampak terdiam, melihat pria yang menatapnya dengan lekat. Selang beberapa saat dia mengerakkan kepalanya, menoleh melihat kedua orangtuanya yang berdiri di sisi kiri brankar rumah sakit. "Di-dia si-siapa, Ma, Pa?"

Sontak dokter bernama Rian itu langsung tertunduk lemas, hal yang dia takutkan benar-benar terjadi. "Sesuai hasil CT scan, Juan benar-benar kehilangan separuh ingatannya."

Mama Juan yang nampak syok mulai lemas sampai ditahan oleh sang suami. "Tidak, tidak mungkin. Bagaimana bisa Juan kehilangan ingatannya. Dia seorang dokter cerdas!"

"Sabar, Ma. Juan pasti akan mendapatkan ingatannya kembali," ucap Papa Juan yang mencoba untuk menguatkan meski dia sendiri mulai berderai air mata.

Juan yang tidak masih bingung dengan kondisinya hanya bisa terdiam sambil memandangi kedua orangtuanya yang menangis histeris meratapi nasibnya yang saat ini menjadi, Dokter Amnesia.

Aku baru saja terbangun dari tidur panjang, saat membuka mata kenapa aku merasa asing dengan semua yang ada disekelilingku, cahaya lampu, aroma apa ini, dan siapa mereka semua dan sebenarnya apa yang terjadi kepadaku, batin Juan.

***

Dua bulan berlalu, Juan yang semakin menunjukkan perkembangan, akhirnya bisa berjalan-jalan santai di taman belakang kediaman mewah milik keluarganya.

Selama dua bulan ini, dia benar-benar banyak berubah. Tidak ada lagi Juan Imanuel yang dulu begitu ramah dan murah senyum kepada siapapun. Sekarang dia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menyendiri.

"Juan, Mama boleh duduk disini?" Mariana, Mama Juan. Wanita berumur limapuluhan tahun itu, hampir setiap hari mengajak anaknya untuk mengobrol tentang banyak hal, dia juga terus menceritakan beberapa hal yang hilang dari ingatan Juan.

Juan menoleh sebentar kemudian kembali menatap langit biru siang ini. "Apa setiap hari Mama harus minta izin untuk duduk di sampingku?"

"Mama tidak mau mengganggu ketengan kamu, sudah dua bulan ini Mama kehilangan sosok Juan yang dulu." Mariana segera duduk lalu menyadarkan kepalanya di pundak Juan. "Kamu pasti sembuh sayang, Mama yakin."

"That's okay." Juan mengangkat kedua telapak tangannya kedepan. "Jangan memperlakukan aku seperti orang sakit terus, Ma. Aku yakin bisa memulihkan ingatanku, khususnya ingatan saat kecelakaan hari itu."

Orang dengan amnesia retrograde dapat kehilangan keseluruhan ingatan atau hanya sebagian dari ingatannya. Kondisi tersebut tergantung pada bagaimana tingkat kerusakan otak yang dialaminya.

Dari hasil pemeriksaan berkala selama dua bulan belakangan ini, Dokter menyimpulkan bahwa Juan kehilangan memori 4 tahun belakangan. Ingatan Juan hanya sampai disaat dia baru saja masuk kuliah kedokteran.

Sementara pada kenyataannya sekarang dia sudah lulus kuliah, dia bahkan sudah bekerja di rumah sakit milik papanya dan seharusnya saat ini dia sudah mengambil alih posisi sang Papa sebagai kepala rumah sakit.

Bukan hanya itu, kasus kecelakaan yang dia alami saat ini telah ditutup karena tidak ada ada bukti yang mengarah ke kejahatan yang direncanakan seseorang, akhirnya kasus kecelakaan itu dianggap sebagai kecelakaan tunggal.

Setelah beberapa saat tenggelam dalam keheningan, Mariana mengangkat kepalanya, menatap sang putra. "Maafkan Mama. Setiap mengingat kecelakaan hari itu, rasanya ... ah sudahlah, oh iya lusa akan ada seorang pelayan baru yang bertugas untuk membantu kamu dalam berkegiatan, mau itu dirumah, atau saat kamu jalan-jalan ke luar."

Juan menoleh dengan kening mengkerut. "Why? Masih ada Mina kenapa harus ada pelayan baru?"

Mariana menghela napas panjang. "Mina mengundurkan diri kemarin sore dan dia adalah orang ke empat dalam dua bulan belakangan ini yang menyerah untuk menjadi pelayan pribadi kamu, Mama sampai tidak habis pikir, sebenarnya apa yang kamu lakukan kepada mereka?"

"Intinya mereka bekerja tidak sesuai dengan peraturanku. Jika Mama lelah, sebaiknya berhenti saja, aku bisa mengurus diriku sendiri." Juan bediri dari posisi duduknya lalu melangkah pergi dari tempat itu.

"Huuft, Tuhan kembalikan putraku seperti dulu," ucap Mariana sambil memandangi kepergian sang putra.

***

"Kyaaa!" pekik seorang wanita, saat melihat selembar surat, dia sangat syok sampai kedua tangan dan kakinya ikut bergetar. "Di pecat, saya dipecat?"

"Maaf Maudy, perusahaan sedang tidak baik-baik saja jadi kami harus memberhentikan kamu dan beberapa staf lain," ucap seorang pria berkepala plontos dengan nada suara yang terdengar datar.

Seketika isi kepala wanita bernama Maudy itu dipenuhi dengan cicilan motor, tagihan listrik, dan cicilan panci Ibunya yang masih menggunung. "Pak, tolong berikan saya kesempatan, saya ini karyawati paling rajin--"

"Paling rajin kasbon?" tanya pria itu memotong ucapan Maudy. "Sudah kamu keluar sana, saya juga lagi pusing ini, sana keluar."

Maudy yang tidak tahu harus bagaimana lagi, hanya bisa tertunduk lemas seraya mela melangkah keluar dari ruangan itu.

***

Pukul satu siang, Maudy duduk termenung disebuah halte bus. Seharusnya siang hari seperti ini dia sedang duduk santai di kantin perusahaan, menikmati makan siangnya.

"Apes apes!" Maudy kembali memekik tidak jelas. "Langit oh langit, bisakah kau turunkan seorang pangeran untukku?"

Krik krikk.

Langit bahkan tak mau menanggapi permintaan seorang pengangguran. "Oh baiklah." Maudy berdiri dari posisinya dengan semangat. "Lihat saja, aku akan merubah takdirku, aku akan mendapatkan pekerjaan baru, menjadi wanita karir yang sukses tanpa hutang!"

Terpopuler

Comments

Nurlaela

Nurlaela

nyimak dulu

2023-02-27

0

Tatik R

Tatik R

absen dulu

2023-02-08

0

lineg boboo

lineg boboo

permulaan yang bagus thor , aku lanjut
🤭

mampir juga ya thor, aku tunggu

2023-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!