Bab.3

Jangan pernah lupa jika apapun yang kita lakukan harus dan wajib mendapatkan restu orang tua, namun bagaimana jika hal yang akan kita lakukan adalah sebuah larangan?

Maudy menelan saliva sekuat tenaga dan tangannya mulai bergerak tidak jelas karena panik. "A-anu ... itu si Loly butuh batuan, Maudy. Sambil nyari lowongan kerja, lumayan 'kan buat bayar cicilan panci anti lengket, anti kempot yang baru Ibu beli itu, haha."

Ibu masih saja memicingkan matanya. "Di toko bunga punya orang tuanya itu?" Lagi-lagi pandangan Ibu mengarah ke penampilan sang putri, yang mengenakan rok span dan kemeja putih. "Ya sudah sana, asal jangan jadi pembantu, boleh saja. Semangat ya."

Ibu menepuk pundak sang putri lalu melanjutkan langkahnya masuk kedalam rumah.

Tuh kan, belum jujur saja sudah di kasih SP1, gimana kalau aku bilang mau jadi pelayan, otw di coret dari KK, batin Maudy.

***

Gedung IMB Hospital.

Juan baru menyelesaikan terapi okupasi yang di bimbing langsung oleh Dokter Rian. Terapi okupasi yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh informasi baru dan menggantikan ingatan yang hilang.

Terapi okupasi juga dilakukan untuk membimbing pasien amnesia agar dapat mengingat dan berpikir seperti semula. Selain itu, terapi ini juga menggunakan ingatan yang ada atau masih tersimpan untuk menggali informasi baru.

Namun sejauh ini, belum ada perkembangan yang signifikan. Ingatan yang mulai bermunculan terlihat samar-samar, seperti cahaya matahari yang menyilaukan, hingga kabut asap yang menghalangi pandangan.

Meski begitu, Dokter Rian tak patah arang, dalam waktu dekat jika sesuai jadwal Juan akan terbang ke Singapura untuk menjalani terapi dengan teknologi medis yang lebih baik.

"Apa harus di sana? Aku lebih nyaman menjalani terapi disini," ujar Juan yang masih berbaring di brankar rumah sakit, yang ada di ruangan Dokter Rian.

Mendengar pertanyaan itu, Dokter Rian malah bedecak. Dia menoleh, menatap pasien VVIPnya itu. "Juan, kamu juga seorang dokter, kamu menempuh pendidikan kedokteran di sana, jadi kamu pasti tahu bagaimana bagusnya rumah sakit di negara itu. Pokoknya ikuti saja saranku."

"Ya setidaknya aku ingat tujuanku kuliah disana waktu itu. Tapi sekarang aku hanyalah seorang Dokter Amnesia yang tidak berguna." Juan mengangkat kedua telapak tangannya kedepan. "Apa tangan ini benar-benar sudah pernah menyetuh pisau bedah?"

Penyesalan terbesar Juan adalah, tidak ada satupun memori dalam ingatannya saat dia menangani pasien, padahal hal itu adalah mimpi terbesarnya. Sekarang setiap menyentuh peralatan medis, kedua tangan itu tremor seperti orang mengalami trauma.

Rian mendekati Juan dengan tangan yang sudah memegang alat suntik. "Tentu saja, kamu adalah Dokter spesialis bedah syaraf yang berpotensi, dan semua itu adalah bakat dari lahir, karena kamu adalah putra dari Sandi Imanuel pemilik IMB Hospital."

"Ck, entahlah aku rasa sekarang Papa sedang menyesal karena hanya punya satu anak," ucap Juan.

***

"Jadi kamu bekerja di sini, dari jam satu siang sampai jam delapan malam, jika lembur saya akan tambah uang lembur. Peraturannya hanya kamu harus sabar dan cekatan saja. Jika kamu setuju, kamu harus tanda tangan kontrak selama 6 bulan, selama dikontrak, kamu tidak boleh mengundurkan diri," jelas seorang pria paruh baya kepala pelayan kediaman keluarga Imanuel.

Ya, selama kurang dari dua bulan terakhir, sudah banyak pelayan yang mengundurkan diri menjadi pelayan pribadi Juan, untuk itu kepala pelayan memutuskan untuk mengubah peraturan dengan sistem kontrak kerja.

Mendengar hal itu, Maudy hanya mengangguk paham, padahal otakknya sedang bertranformasi menjadi kalkulator untuk menghitung jumlah gaji yang bisa dia dapatkan.

Ternyata besar juga, jauh sekali dari gaji ku saat bekerja sebagai staf di perusahaan swasta, batin Maudy.

"Bagaimana, Maudy apa ada pertanyaan?" tanya pria paruh baya itu lagi.

Tanpa membuang waktu, Maudy langsung mengulurkan tangannya. "Saya setuju. Jadi saya harus tanda tangan sekarang?"

Begitulah Maudy, saat dia yakin dengan apa yang dijalani, dia tidak perduli dengan resiko dan semua rintangan. Karena baginya kesempatan baik harus dicoba, jika gagal maka harus berdiri lagi, coba lagi. Tidak ada kata menyerah pada keadaan selama kaki masih berpijak di bumi.

***

Matahari hampir tenggelam di bawah garis cakrawala, sebelah barat. Cahaya jingga yang menyilaukan mata, membuat Juan menetap sejenak, bediri di depan teras rumah seraya menegadah.

Ada apa dengan senja? Hingga ketika waktu itu tiba, Juan begitu betah berdiri menunggu hingga cahaya senja hilang di telan pekatnya malam. Semua orang yang bertugas mengawalnya pun ikut berdiri meski merasa bosan.

"Tuan, hari mulai gelap. Apa anda masih ingin berdiri disini?" tanya seorang pengawal bertubuh kekar.

Juan hanya melirik sebentar kemudian kembali memandang kearah langit sore. "Sedikit lagi, satu... dua... tiga."

Kini cahaya jingga itu benar-benar hilang, dan detik itu juga Juan berbalik masuk kedalam rumah. Hari ini dia banyak menghabiskan waktu di rumah sakit, untuk mengingat kembali memory tentang profesinya sebagai seorang dokter.

Langkah demi langkah dia tapaki saat naik kelantai dua hingga akhirnya sampai di depan pintu kamar. Sebelum masuk, dia menoleh kearah balkon utama. "Tumben jendela balkon sudah tertutup, apa Mina sudah kembali ...."

Tak ingin ambil pusing, Juan segera melanjutkan langkahnya masuk kedalam kamar. Rasanya dia ingin segera berdendam di bathtub dengan air hangat, tubuhnya terasa pegal karena bepergian seharian.

Dia membuka baju yang menutupi tubuh atletisnya, hingga celana katunnya ikut dia lepaskan juga. Kini yang tersisa dari tubuhnya hanyalah celana pendek diatas paha.

Sambil memijat tekuk leher yang terasa pegal, Juan meraih handel pintu kamar mandi dan segera masuk. Namun seketika langkahnya terhenti, saat melihat seorang wanita asing berada didalam bathtub. "Si-siapa kamu?"

Ya, siapa lagi kalau bukan Maudy. Dia langsung ditugaskan untuk membersihkan kamar mandi sebelum Juan pulang.

Mendengar suara seseorang dia segera berbalik, tiba-tiba mata Maudy langsung terbelalak, melihat pria setengah polos bediri dibelakangnya. "Huaaaa!!!!"

Merasa syok karena untuk pertama kali mata suci itu melihat pria setengah polos, membuat Maudy panik, dia berdiri dan hendak turun dari bathtub, tapi kakinya malah tersandung.

"Aak!"

Juan membulatkan matanya saat seorang gadis asing hendak jatuh kearahnya, entah kenapa tubuhnya menjadi kaku, seolah tak mampu untuk menghindar. Hingga akhirnya--

Bug.

Kiss...

Maudy jatuh tepat dipelukan Juan, namun sialnya bibir mereka juga menyatu tanpa sengaja.

Waktu seakan berhenti, saat tubuh keduanya membeku. Disaat bersamaan tiba-tiba pandangan Juan menjadi buram, kepalanya sakit dan dia mendengar suara tabrakan yang sangat keras.

Dalam hitungan detik matanya terbelalak, karena tiba-tiba saja potongan memory saat dia mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu terputar di kepalanya.

Bersambung 💕

Terpopuler

Comments

Nurlaela

Nurlaela

dramatis sekali🤣🤣🤣si gadis ceroboh..Maudy haduh apes tapi ada untungnya si Juan mulai mengingat wlo sedikit kemajuan nih😁

2023-02-27

1

shebina putri

shebina putri

awal yg bagus 🤭🤭

2023-01-27

0

Ayna Adam

Ayna Adam

ditunggu updatenya kak

2023-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!