Anna duduk di bawah sebuah pohon berdaun rindang untuk memikirkan dan mengingat kembali apa yang dikatakan patung itu sebelumnya. Ini adalah kebiasaan yang dilakukannya hampir setiap hari selama ratusan tahun berada di pulau terpencil itu.
Sementara dia duduk di sana, Anna memandang ke arah matahari yang mulai terbenam. Gadis itu kemudian berbalik menghadap pohon dan menggoreskan jari telunjuknya di batang pohon.
Dia sedang mencatat hari-hari dan tahun-tahun keberadaannya di pulau tersebut. Hanya hari saat dia sadar dan tidak menghitung saat dirinya pingsan setelah usahanya untuk 'menyentuh' pedang, karena dia tidak tahu berapa lama telah pingsan.
“388 tahun...”
Anna menggumamkan jumlah waktu yang terhitung olehnya dalam menghabiskan hari-harinya di pulau.
Setelah mencatatnya, Anna pergi berkeliling pulau. Ini juga sudah menjadi kebiasaannya hampir setiap hari.
Setelah berkeliling pulau itu untuk memeriksa kembali jika ada sesuatu yang terlewat olehnya, kakinya membawanya melangkah pergi menuju pantai.
Anna berhenti beberapa kali untuk memunguti dan membersihkan beberapa dahan pohon dan ranting yang berserakan di tepi pantai.
Dia mengambil sebuah dahan yang agak besar lalu membuang lainnya ke tempatnya biasa mengumpulkan benda yang di anggapnya sebagai sampah yang dia temukan di sekitar pulau.
Anna juga memiliki kebiasaan baru saat berada di tempat ini. Dia suka membuat perabotan seperti gelas, piring, ukiran, dari dahan-dahan pohon yang ditemukannya di tanah dengan hanya menggunakan jari-jemarinya sebagai alat untuk mengukir dan memotong.
Itu adalah salah satu keterampilan yang didapatkannya dari latihannya dari visi yang dilihatnya di dalam benaknya.
Dia meletakkan dahan pohon yang tadi ditemukannya di sebuah lemari besar yang juga buatannya. Anna lalu mengambil salah satu cangkir kayu buatannya dan membawanya pergi ketempatnya biasa menghabiskan sore hari yang indah.
Setiap harinya, gadis itu duduk di tepi pantai di atas sebuah kursi buatannya. Namun, hari ini, tanpa disadarinya, Anna berjalan terus sambil menatap pada 3 bulan yang tampak indah dipandang dari tempatnya.
Bulan-bulan itu memiliki ukuran yang berbeda-beda. Kadang, Anna berpikir, dia merasa bahwa dia sedang berada di sebuah planet asing yang berbeda tata surya dengan dimana Bumi berada.
Sambil terus berjalan, Anna mengingat-ingat kembali perkataan-perkataan dari mannequin yang mungkin pernah membahas tempat keberadaannya, namun dia tidak pernah mengingat mannequin pernah membahasnya.
Kejadian saat itu begitu cepat, hingga Anna tidak terlalu fokus menangkap perkataan mannequin.
Pikirannya tidak kosong, dia hanya berjalan tanpa kesadaran penuh karena sedang mengingat-ingat perkataan mannequin itu. Dan saat akhirnya dia hendak melihat dimana letak kursi yang biasa didudukinya, dia terkejut karena saat ini sedang berdiri di atas air.
“Air? Aku bisa berjalan di atas air?”
Anna menoleh kebelakangnya dan dia ternyata sudah berada cukup jauh dari pulau.
Mengira bahwa mungkin air laut itu adalah halusinasinya, dia pun berjongkok dan memasukkan tangannya ke dalam air. Saat ia menarik kembali tangannya, tangannya basah dan ada tetesan air yang menetes dari ujung-ujung jarinya.
Anna kemudian menciduk air di bawah kakinya menggunakan cangkir di tangannya lalu meminumnya.
“Asin. Ini nyata...” pikir Anna yang kemudian menatap cangkir buatannya dan bergantian ke telapak tangannya yang tidak memegang cangkir itu.
“Aku punya kemampuan yang sedikit diluar nalar ku, tapi aku terjebak di tempat ini... Sungguh sia-sia...”
Sambil mendesah, gadis itu kemudian menyilangkan kakinya dan duduk bersila beralaskan permukaan air laut. Dia khawatir akan menjadi gila jika terus berada dalam keadaannya saat ini. Karena selalu belajar dari visi di dalam benaknya, Anna sangat sering berhalusinasi.
Terkadang, dia membutuhkan waktu selama puluhan tahun untuk keluar dari halusinasinya. Gadis itu bahkan terkadang tidak bisa mengingat apa yang sebenarnya sedang terjadi padanya hingga bisa berakhir di pulau itu.
Dengan kesadaran itu, dia berusaha mengingat kembali apa yang sudah terjadi padanya sejak awal berpindah kedalam ruangan putih.
Dia berharap ada sebuah petunjuk yang pada akhirnya akan dia gunakan untuk pergi dari tempatnya saat ini berada.
Dimulai dari ruangan yang memantul-mantulkan tubuhnya yang entah berlangsung berapa lama.
“Latihan fisik?” Anna mengingat kalimat yang didengarnya sesaat setelah ruangan itu berubah menjadi pegas. “Jadi begitu.” Dia akhirnya menyadari kenapa tubuhnya terasa kuat.
Anna sebenarnya sudah berkali-kali mengingat hal itu namun dia akhirnya lupa lagi.
Dan hal-hal yang terjadi berikutnya adalah, apa yang sudah dilakukannya, diingatnya dan dipikirkannya berulang kali selama ribuan tahun.
Dia mengingat ucapan mannequin tentang menguasai energi Mana.
“Tunggu... waktu itu aku terhempas kedalam laut... Dan tadi tanpa ku sadari aku berjalan di permukaan air... Apakah energi Mana ini belum bisa ku kontrol sepenuhnya?”
Anna kemudian mengingat-ingat kembali apa yang mannequin katakan. Tak lama kemudian gadis itu memejamkan kedua matanya dan berusaha untuk menenangkan pikirannya.
Dia berusaha merasakan energi Mana yang mengalir di dalam tubuhnya. Anehnya, dia benar dapat merasakan sebuah energi halus yang mengalir di sekujur tubuhnya.
Di dalam kepalanya, dia seperti melihat sebuah gerakan-gerakan lembut yang bergerak naik dan turun seperti sebuah gelombang.
Seperti terkoneksi dengan pikirannya, aliran nafasnya mengikuti arah gelombang itu. Saat gelombang itu naik, dia menarik nafasnya. Saat gelombang itu turun, dia menghembuskan nafasnya.
Anna melakukan hal itu terus menerus dan tanpa dia sadari telah melakukannya sampai berhari-hari lamanya.
Latihan pernafasan itu membuat tubuh gadis itu terasa semakin ringan. Saat Anna akhirnya membuka kedua matanya, tubuhnya kini bahkan bisa melayang-layang di udara.
Bersemangat dengan pengalaman barunya itu, Anna sedikit melupakan keberadaan dua buah pedang yang berada di atas bukit batu dan kembali memejamkan kedua matanya dan berlatih dan mengikuti arahan yang muncul di dalam kepalanya.
Entah berapa lama sudah gadis itu melatih pernafasannya bahkan dia sampai tidak pernah makan dan minum karena memang tidak pernah merasakan lapar dan haus lagi sejak dia masih berada di dalam ruangan putih itu.
Sampai akhirnya gambaran itu lenyap dari kepalanya, Anna baru membuka kedua matanya kembali.
Anna yang sudah mengerti mengontrol pernafasannya dengan benar, kini mulai terbang dengan bebas mengelilingi pulau kecil itu dengan menggunakan energi Mana yang berada di dalam tubuhnya.
Pada tahap itulah akhirnya Anna tidak pernah berhalusinasi dan mengulang-ulang lagi kejadian yang sama selama berkali-kali.
Saat dia masih terbang mengelilingi pulau, secara tidak sengaja gadis itu melintas di atas bukit kecil. Yang membuatnya kembali teringat pada pedang yang tampak mengejeknya dari atas bukit.
Anna turun dari udara dan mendarat tepat di depan kedua pedang tersebut.
Anna ingin mencabut kedua pedang itu, namun dia mengurungkan niatnya karena merasa akan gagal lagi dan tidak mau menanggung sengatan listrik yang sangat menyakitkan dari pedang-pedang tersebut.
“Kemampuan terbang tidak ada hubungannya dengan mencabut pedang” pikirnya.
“Tunggu... Aku bisa memegangnya lalu dengan tubuhku yang ringan dan bisa terbang, bukankah aku bisa mencabut pedang-pedang ini?” ide itu melintas di benaknya.
Dengan senyum sumringah, Anna menghampiri pedang itu lebih dekat. Dia kemudian menarik nafasnya dalam-dalam lalu dengan cepat menggerakkan kedua tangannya ke kedua gagang pedang dan...
‘Zraaattt... glarrrrr!!!’
Tubuhnya terpental akibat sambaran petir dari kedua pedang. Gadis itu jatuh berdebum di atas pasir pantai dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
“Sial, aku lupa kalau menyentuhnya saja bisa membuat petir itu menyambar...” gumam Anna sebelum akhirnya pingsan.
•••
Hari-hari berikutnya Anna habiskan dengan mempelajari gambaran yang muncul dalam benaknya saat dia mulai ‘pertapaannya’.
Di sore hari, Anna sudah terbiasa untuk mencatat jumlah hari yang dilaluinya di batang dan dahan pohon yang terdapat di pulau itu sampai seluruh pohon yang berada disana akhirnya penuh dengan goresan dari jarinya.
Dahan pohon yang sudah mendapat tanda dari jarinya, akhirnya di patahkannya. Karena kebetulan, dari pertapaannya akhir-akhir ini, dia mendapat petunjuk untuk mengikuti gerakan bertarung yang menggunakan tongkat, jadi Anna memanfaatkan dahan pohon yang tampak lurus itu.
Tongkat itu akhirnya dipatahkannya menjadi dua tongkat kecil, saat petunjuk berikutnya adalah gerakan bertarung dengan menggunakan dua buah belati.
Setelah menerima petunjuk dalam menggunakan senjata tongkat, belati, tombak, pedang dan dua pedang, pelatihannya berganti lagi dengan menggunakan tangan kosong.
Dalam berlatih penguasaan sebuah senjata, Anna melakukan selama ratusan tahun sampai gambaran pelatihan hilang dari pikirannya yang menandakan latihannya telah mencapai tahap sempurna.
Anna tentu tidak melupakan kedua pedang yang berada di atas bukit batu. Terkadang dia mencoba untuk meraih gagangnya, namun dia selalu pingsan berhari-hari setelahnya.
Saat dia sedang bosan, Anna pernah mencoba berjalan-jalan mengarungi lautan luas. Namun dia terkejut saat akhirnya kembali ke pulau itu lagi dan lagi, setelah berkali-kali mencobanya.
Setiap dia mencoba berkeliling lagi, maka akan berakhir sama. Dia kembali ke pulau.
Planet asing itu hanya berisikan lautan luas dan satu pulau yang tak lain adalah pulau tempat dimana kedua pedang itu berada.
•••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
lina misiantika
😯😯😯😯😯😯😯
2023-05-31
0
Yeyi
tersiksa bgt ya
2023-01-26
6