Sementara itu di dalam kamar, Anna duduk termenung dipinggir ranjang. Dia akhirnya mengingat kembali kehidupan masa lalunya yang, seingatnya, sudah selama ribuan tahun berlalu, walaupun di bumi hanya berlangsung selama 15 hari saja.
“Lima belas ribu tahun? Tapi siapa yang tadi berbicara padaku? Patung itu?” pikirnya.
Yang tidak mungkin dilupakannya selama 15.000 tahun ini adalah mannequin itu. Tapi saat mengingat suaranya berbeda, Anna tidak lagi memberikan tuduhan pada mannequin yang bersuara tenor tersebut.
Anna kemudian mengingat pedang kembar yang selama ini menemaninya di planet asing itu yang, seingatnya, berada digenggamannya beberapa saat lalu sebelum dia kembali ke Bumi.
Anna menoleh ke sekelilingnya, mencari-cari siapa tahu kedua pedang itu terpental ke suatu tempat didalam kamar itu.
Dia tidak melakukan banyak usaha hingga harus berkeliling kamar dan membongkar seluruh isi kamar untuk mencari pedang-pedang tersebut, karena dia sebenarnya tahu kedua pedang itu tidak berada disana.
Anna sama sekali tidak dapat merasakan energi sihir apapun di dalam kamar tersebut, terutama energi sihir unik seperti yang selama ini dia rasakan dari kedua pedang itu.
Dia hanya melihat sekeliling untuk sedikit memastikannya.
“Apakah mereka tetap tinggal disana?” Pikir Anna kemudian.
Dia tahu kedua pedang itu nyata.
Bagaimana tidak, dia sudah ratusan kali 'berhubungan' dengan energi sihir yang terdapat di dalam pedang saat dia berusaha menyentuhnya dan akhirnya pingsan.
Pedang dengan bilah berwarna merah memiliki hawa panas yang menyengat dan mengerikan, yang seakan dapat membakar siapapun yang berada di dekatnya.
Sedangkan pedang dengan bilah berwarna biru memiliki hawa yang sangat dingin menusuk tulang, yang seakan dapat membuat tubuh siapapun membeku jika berada di dekatnya.
Hanya karena Anna memiliki energi Mana yang lebih kuat dibandingkan kedua pedang itu, maka dia baik-baik saja berada disekitarnya. Hal itu Anna ketahui saat melihat bagian akhir dari petunjuk yang didapatkannya dari dalam benaknya dan gadis itu menyadari bahwa pemilik kedua pedang itu sebelumnya pasti orang yang sangat kuat.
Anna Lloyd akhirnya beranjak dari tempat tidur dan berjalan-jalan di sekeliling kamar. Melihat-lihat furniture dan perabotan yang berada di sana dan mengagumi indahnya dekorasi kamar tersebut.
Setelah puas melihat-lihat berbagai koleksi miniatur lucu yang berada di dalam lemari kaca, gadis itu akhirnya pergi menuju kamar mandi yang menurutnya cukup mewah, tak kalah dengan yang dimilikinya dikamarnya.
Kamar mandinya luas dan bahkan juga memiliki sebuah bathtub berukuran besar. Hal itu membuat hatinya senang hingga wajahnya berseri.
Saat dia baru melangkahkan kakinya menuju bathtub tersebut, bayangan seseorang muncul di sebelahnya. Dengan cepat dia menoleh ke arah bayangan itu dan dapat melihat pantulan dirinya di dalam sebuah cermin besar yang memuat seluruh bagian tubuhnya.
Dia menyangka ada orang lain disana dan mengira mungkin itu adalah pemilik suara tadi yang bisa menyembunyikan energi Mana-nya.
Anna sedikit tersipu saat mengetahui itu hanyalah sebuah cermin.
"Yah, sudah lama aku tidak melihat cerimin."
Anna perlahan mendekati cermin tersebut. Melihat wajahnya sendiri yang sudah sangat lama tidak dilihatnya secara benar dalam sebuah cermin.
Ada sedikit perubahan pada wajah dan tubuhnya dari yang diingatnya. Kulitnya tampak lebih terang, bahkan sekilas tampak bersinar keemasan. Kulitnya juga tampak lebih mulus dan kencang dibanding sebelumnya yang sebenarnya juga sangat bagus mengingat usianya masih 18 tahun.
Rambutnya juga berubah. Warna hitam rambutnya menjadi lebih gelap dan lebih berkilau. Anna melepaskan ikatan rambutnya lalu mengibar-ngibarkannya dan takjub setelahnya.
“Sejak kapan rambut ku jadi sehalus ini?”
Walaupun dia berasal dari keluarga kaya, namun Anna belum pernah melakukan perawatan rambut atau tubuhnya ke salon seperti yang sering dilakukan Cassey Lloyd dan Joana Nankins. Jadi, seingatnya, walaupun rambutnya memang bagus, namun tidak seindah saat ini.
Dia kemudian berpaling dari cermin saat tiba-tiba teringat pada Cassey Lloyd yang telah mencelakainya. Perasaannya yang beberapa saat lalu sangat tenang dan sedikit gembira seakan lenyap dan digantikan kebencian yang mendalam.
Anna Lloyd berusaha menyingkirkan ingatan akan siksaan brutal saudari tirinya itu dengan kembali menatap bak mandi luas yang siap menyambut kehadirannya.
Sambil menirukan sebuah gerakan dansa, gadis itu berjalan perlahan mendekati bathtub tersebut.
Dengan gerakan yang penuh hikmat seakan hendak menyentuh sebuah harta yang sangat berharga, dia menekan tombol keran dengan sangat lembut.
Anna kemudian melihat-lihat botol sabun aroma terapi yang berjejer rapi di lemari kecil dan mengendus setiap aroma yang keluar dari dalam botol dengan kedua mata terpejam dan sudut bibirnya yang melengkung keatas.
Setelah menemukan aroma yang disukainya, Anna menuangkan isinya ke dalam bak mandi, lalu mengaduk-aduknya bersama air di dalamnya dan kemudian bermain-main dengan busa-busa yang dihasilkan dari campuran sabun dan air tersebut.
Sudah tidak sabar menunggu bak itu terisi penuh, dia akhirnya masuk ke dalamnya bersama dengan perasaannya yang sangat gembira.
“Setelah ribuan tahun... akhirnya aku bisa berendam dengan benar.” Gumamnya dengan keceriaan di wajahnya dan melupakan kekesalannya yang selama ribuan tahun ini hanya mandi air laut.
Anna masih bermain-main dengan busa di dalam bak, dan baru berhenti melakukannya saat air yang mengalir dari keran itu akhirnya berhenti otomatis saat bak itu sudah terisi penuh.
Dia menyandarkan kepalanya di ujung bak sambil meluruskan posisi tubuhnya.
Sambil memejamkan kedua matanya, dia mengambil kembali potongan-potongan ingatannya dan berusaha menyusunnya kembali secara berurutan.
Yang pertama diingatnya adalah Morgan Lloyd, kakeknya dan kebiasaannya meminum secangkir kopi di setiap kesempatan santai yang dimilikinya.
“Ah… jadi karena melihat kakek, aku jadi ingin merasakan rasa secangkir kopi.” Gumam Anna yang kemudian tersenyum.
Dia juga mengingat bagaimana kakeknya itu sangat menyayanginya dan...
Anna Lloyd langsung menegakkan tubuhnya saat mengingat uang yang diberikan kakeknya dan juga 2% saham Guild Black Diamond yang juga diberikan kakeknya padanya.
Lalu dia teringat pada Miyuki Nakano yang pasti sudah menunggunya dan itu membuatnya memukul dahinya dengan tangannya.
"Sial, dia mungkin mengira aku membohonginya.” Pikir Anna. “Aku berharap Miyu tidak berpikiran buruk, toh aku sudah berinvestasi lumayan banyak pada proyek itu.”
Setelah berusaha untuk berpikir positif mengenai tanggapan rekan bisnisnya itu, Anna kembali menyandarkan tubuhnya di dinding bak mandi.
Anna kini penasaran dengan apa yang sedang terjadi dalam keluarganya sejak hari itu. Apakah keluarganya tahu Cassey berusaha membunuhnya? Atau apakah Cassey memiliki sebuah skenario di balik kejadian itu.
Namun saat Anna mengingat sikap Cassey, sepertinya hal buruk tidak mungkin berada di dalam pikiran kakak tirinya itu. Dalam ingatannya, Cassey Lloyd adalah seorang gadis yang sangat lembut, ramah, dan semua orang menyukainya.
“Tapi… apakah itu hanya topengnya? Kalau tidak salah, terakhir kali dia mengatakan kalau sudah bosan bersikap mengalah padaku?” pikirnya sambil mengingat-ingat kembali kejadian di restoran Asian Soul.
Anna masih berada di dalam bak mandi itu sampai dua jam kemudian. Dengan kenyamanan yang sudah lama tidak dirasakannya itu, dia bahkan sampai tertidur disana.
Anna baru keluar lagi dari kamar saat dia mencium aroma masakan yang membuat air liurnya menetes. Sudah sangat lama semenjak lidahnya merasakan rasa dari sebuah masakan dan dia tiba-tiba ingin makan sebuah masakan.
•••••••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
ina meyida
apa karena mandi air laut? 😅
2023-05-24
2
Ayano
Keknya rada gak percaya ya ternyta seperti menggunakan topeng dan wajah palsu 😓
2023-05-12
1
Ayano
Kok aku ngebayanginnya seger banget ya ☺☺☺
Relax
2023-05-12
1