Anna melihat jam di smartphone nya. Ia menjadi sangat tidak bersemangat saat mengetahui bahwa waktu untuk bertemu calon suaminya semakin dekat.
Walaupun demikan, Anna tetap langsung bersiap untuk berangkat. Kebiasaannya untuk datang tepat waktu saat ia memiliki sebuah janji, membuatnya merasa tidak nyaman jika sampai terlambat.
Anna kemudian mengambil tas tangan dari atas meja riasnya dan memasukkan smartphone nya kedalam tas tangan tersebut.
Sebelum pergi meninggalkan kamarnya, Anna sekali lagi menatap pada cermin rias hanya untuk melihat penampilannya sekali lagi.
Dia tidak bermaksud terlalu percaya diri. Tapi, wajahnya yang telah dirias oleh salah satu tenaga rias profesional di Kota C, tampak sangat cantik. Hal itu menjadi sangat bertolak belakang dengan apa yang dia inginkan dan rencanakan kemarin malam saat hendak pergi dengan berdandan menor.
Tatapannya kemudian beralih pada sepatu high heels yang baru saja diberikan Joana padanya. Tanpa di duga, ibu tirinya bahkan menyediakan sepatu dan gaun baru berwarna biru pastel yang sangat indah untuknya. Tentu saja, Anna sama sekali tidak bisa untuk tidak mengenakan barang-barang pemberian yang memang di khususkan untuk pertemuannya dengan Reinhard Bern hari ini.
Seluruh pakaian beserta asesori yang melekat di tubuhnya saat ini adalah barang mewah terbaru yang dihadiahkan Joana Nankins padanya.
“Ini adalah hari baik, ayo kita buat calon suamimu benar-benar terpesona.” Ucap Joana Nankins sambil menyuruh pelayan membawa masuk semua barang itu ke dalam kamar Anna, tadi pagi.
Bahkan Joana sampai memanggil dan menjadwalkan seorang penata rias khusus untuknya sejak siang hari, agar dapat merias wajahnya dengan baik.
Setelah 30 menit berlalu, penata rias yang sejak tadi sibuk melakukan gerakan-gerakan menyapu pada wajah Anna dengan peralatan-peralatan rias, yang jemarinya pergunakan dengan sangat lincah, akhirnya menyelesaikan pekerjaannya.
Penata rias itu menatap wajah yang berada di dalam cermin di hadapannya dan hampir tidak memercayai hasil karya yang baru saja dia ciptakan.
Wajah halus bersinar di dalam cermin itu bagaikan sebuah karya seni indah yang dilukis oleh seorang seniman mahir kelas dunia.
Setelah mengagumi karyanya agak lama, penata rias itu akhirnya meminta Anna untuk membuka kedua matanya saat dia dengan bangga mengatakan bahwa pekerjaannya telah selesai dilakukan.
Dengan perlahan, Anna membuka kedua matanya. Pemandangan yang kemudian muncul di hadapannya membuatnya sangat terkejut.
Sebuah lukisan wajah wanita cantik berada di hadapannya.
Sebuah lukisan indah yang kemudian bergerak dan perlahan-lahan membuka mulutnya.
Itu adalah pantulan wajahnya sendiri yang berada di dalam cermin rias.
Dengan wajah takjub dan mulut yang sedikit terbuka, Anna menoleh pada wanita yang berdiri di sampingnya.
Tampak senyuman lebar penuh kebanggan menghiasi bibir wanita itu. Dia adalah seniman yang baru saja menciptakan karya indah yang berada di dalam cermin yang baru saja Anna lihat dan kagumi.
Setelah tersadar dan merasa berlebihan dengan rasa bangganya, penata rias kemudian berdehem karena merasa malu dengan rasa bangga berlebihnya.
“Anda benar-benar sangat cantik, nona Anna," puji wanita itu yang kemudian kembali menatap cermin di hadapan mereka dan kembali mengagumi kecantikan yang berada di dalamnya.
Anna sedikit tersipu, lalu mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya tersadar bahwa ini bukanlah rencana yang dia inginkan.
'Sial, bukan ini yang aku mau.'
Anna menoleh dan menatap penata riasnya, “Apakah ini tidak berlebihan, nyonya?” tanya Anna pada wanita itu.
Wanita itu menggelengkan kepalanya. “Saya hanya memerlukan sedikit bahan dari peralatan rias. Sudah saya katakan sejak awal, Anda memiliki bentuk wajah dan kulit yang sempurna dan hanya memerlukan sedikit sentuhan untuk membuatnya tampak sangat indah.” Wanita itu mengatakan hal yang sebenarnya, hingga dia tadi merasa bahwa rasa bangga dirinya terlalu berlebihan.
Anna memang sudah sangat cantik walau tanpa riasan apa pun yang melekat di wajahnya.
Kulit putih pucatnya yang seperti porselen, berpadu indah dengan warna kulit khas wanita Asia Timur yang dia dapatkan dari ibunya, yang merupakan keturunan Asia Timur.
Kemudian, kedua manik matanya yang berwarna biru, yang dia dapatkan dari ayahnya yang berdarah Eropa, tampak sangat indah berpadu secara unik dengan warna kulit dan bentuk matanya, yang kemudian menghasilkan kecantikan yang anggun seperti yang dimiliki putri-putri cantik dalam cerita-cerita novel kerajaan.
“Entah aku harus bersyukur atau menyesalinya," pikir Anna yang kemudian menatap wajah cantik dan anggun di dalam cermin itu dengan tersenyum pahit.
•••
Anna akhirnya pergi meninggalkan kamarnya.
Seperti kebiasaannya selama ini yang tidak menyukai keterlambatan, dia pergi 1 jam lebih cepat dari waktu pertemuan yang telah disepakati kedua keluarga.
Beberapa pelayan yang tidak sengaja bertemu dengannya di sepanjang perjalanannya menuju lantai satu dan saat berjalan menuju pintu keluar kediaman putri, tampak terpesona dengan penampilan dan kecantikan yang tampak seperti seorang bidadari yang baru turun dari khayangan.
“Anda sangat cantik, nona Anna.” Puji salah satu pelayan dengan tatapan mata yang berbinar.
“Anda seperti bidadari yang turun dari khayangan,” puji pelayan yang lain.
“Ya…, aku baru saja turun dari lantai dua.” Sahut Anna dengan malas, namun tetap tersenyum lembut pada pelayan itu.
Saat ia baru keluar dari pintu utama kediaman putri Lloyd, seorang pria yang berusia dua tahun lebih tua dari Anna, yang adalah supir pribadinya, langsung menghampiri Anna saat melihat nona mudanya itu keluar dari pintu.
Dengan perasaan bersalah, pria itu menundukkan kepala seraya berbicara pada Anna.
“N-nona Anna, maafkan saya…”
Kalimat pertamanya itu membuat Anna mengerutkan keningnya.
'Apa yang terjadi?'
Anna menegakkan tubuhnya, lalu bertanya, “Ada apa, Bimo?”
Bimo Gandri terdiam beberapa detik saat dia baru saja mengangkat kepalanya dan menatap wajah nona nya itu.
Pria itu memang sudah terpesona sejak dulu pada Anna, sejak pertama kali mereka bertemu.
Namun, kecantikan nona mudanya saat sedang mengenakan riasan di wajah, membuat wajah cantik itu jauh lebih cantik lagi, hingga membuat Bimo mau tak mau terpesona sampai hampir tidak mengedipkan matanya.
“Bimo?” tanya Anna yang belum juga mendapat jawaban dari pria itu.
“H-hah? I-itu…,” Dengan sedikit tergagap, Bimo menatap sekelilingnya dan dia lupa apa yang baru saja hendak dikatakannya.
Saat sudah mengingat kembali apa yang ingin disampaikannya, Bimo menoleh ke arah garasi mobil yang berada kurang lebih 20 meter dari tempat mereka berada.
“M-mobil Anda saat ini sedang tidak bisa dikendarai, nona."
Anna mengikuti arah tatapan Bimo. “Apa yang terjadi?”
“M-mesin mobil Anda tidak bisa menyala.”
Anna mengerutkan keningnya lagi. “Bukankah kemarin mobil itu baik-baik saja?”
Anna tahu itu karena dia mengendarai mobilnya sendiri kemarin.
“Kalau begitu ayo kita gunakan mobil lain.” Ucap Anna yang kemudian menoleh pada Bimo lagi.
“Mobil lainnya sedang dipinjam anggota keluarga sejak tadi malam, nona.” Sahut Bimo yang akhirnya bisa berbicara normal kembali dengan tidak tergagap.
Dia sebenarnya cukup akrab dengan Anna yang sangat bersikap baik dan ramah padanya selama ini. Dia tadi tergagap hanya karena terkejut melihat nona mudanya itu yang tampak seperti bidadari.
“Apakah aku tidak jadi pergi saja dengan alasan ini?” pikir Anna, yang kemudian tersenyum licik.
“Tapi…, saya sudah memanggilkan taksi untuk Anda, nona.” Ucap Bimo, yang berhasil membuat senyuman Anna lenyap seketika.
“Dari mana kau mendapatkan ide itu?” tanya Anna sambil menatap Bimo dengan tatapan malas.
“Nona Cassey tadi menyuruh saya untuk melakukannya.”
“Cassey?”
'Apakah itu bentuk perhatiannya? Tapi kenapa dia tidak kelihatan seharian ini?'
Anna melihat ke arah garasi dan tidak melihat mobil Cassey disana.
"Apakah Cassey pergi?”
“Ya nona. Nona Cassey sepertinya ada jadwal pelatihan karena tadi pergi dengan membawa perlengkapan raidnya.”
Anna merasa aneh saat mengingat kakak tiri yang biasanya menjadi teman ngobrolnya saat berada di rumah, sama sekali tidak terlihat sejak setelah makan malam. Bahkan, hari ini Cassey tidak sarapan dan makan siang bersamanya.
Anna mengangguk. “Kalau begitu, tolong periksa mobilku. Aku akan menunggu taksinya.”
"Ya, nona."
Bimo kemudian mengatakan bahwa dia akan segera memperbaiki mobil Anna dan akan menjemput nona mudanya itu nanti.
Setelah membungkuk dengan sopan, Bimo pamit untuk kembali ke garasi mobil.
•••••••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
Nika
✅
2023-05-12
0
🥀⃞Scarletta✅
aku mampir pelan pelan ya Thor ..
2023-04-21
1
𝐋𝐲𝐟𝐟 「On Hiatus」
pelan-pelan aja ya aku bacanya.. novel sebagus ini harus menghayati bacanya.
2023-03-08
4