Ketika fatir duduk termenung kebingungan berpikir harus menggunakan apa agar dirinya bisa membawa air dari telaga sutra itu. Maka muncullah asap tebal berwarna kehitaman didepannya.
Fatir pun terkejut melihat hal itu. Apakah gerangan yang muncul dihadapannya. Asap itu perlahan lahan berkumpul menjadi satu dan menjelma menjadi seorang laki laki yang berbadan kekar.
Laki laki itu berkata "Aku bersedia membantumu membawa air ini?" Ucap laki laki jelmaan asap itu.
Fatir pun berkata "siapa kau? Knp kau mau membantu ku?" Ucap fatir agak sedikit ketakutan.
Laki laki itu menjawab "hahaha kau tidak perlu tahu siapa aku!!! Yang pasti aku akan membantumu namun dengan satu syarat?" Ucap laki laki itu pada fatir.
Fatir pun bertanya "apa yang kau inginkan dariku?" Tanya fatir. Laki laki itu berkata "berikan tasbihmu yang diberi kakek amin maka akan ku bantu kau membawa air dari telaga sutra ini" ucap laki laki itu.
Fatir pun berfikir dan berkata dalam hatinya "darimana dia tahu tasbih pemberian kakek amin dan untuk apa pula dirinya meminta tasbih itu." Ucap fatir dalam hati.
kemudian ia teringat perkataan kakek agar selalu memohon pertolongan Allah dan agar berhati hati untuk tidak tertipu oleh tipu daya jin seperti digubuk waktu itu.
Kemudian fatir pun berkata "Enyahlah kau iblis laknatullah, aku tidak akan meminta bantuanmu, karena aku punya Allah yang maha kuasa segala galanya. Aku tidak akan memberikan tasbih ku kepadamu Segeralah kau pergi dari hadapanku." Ucap fatir emosi.
Kemudian laki laki itu tertawa dengan keras "HAHAHAHAHA. aku tidak akan pergi sebelum kau memberikan tasbih itu kepadaku,HAHAHA" Ucap laki laki itu.
Fatir pun terdiam dan menutup matanya, kemudian ia memohon didalam hatinya dan berkata "Ya Allah Maafkan atas kemarahan yang ada pada hatiku. Aku adalah hambamu yang lemah ya Allah. Tiada kekuatan dan daya upaya dariku. Semuanya terjadi atas kehendakmu ya Allah. Bantulah hamba untuk mengalahkan jin yang terkutuk ini ya Allah. Hanya engkaulah yang mampu ya Allah. Bantulah hamba ya Allah." Ucap fatir didalam hati sambil meneteskan air mata.
Kemudian ia berucap "Atas izin Allah pergilah kau dari sini" ucap fatir kepada laki laki itu.
Kemudian laki laki itu berteriak kesakitan dan berubah menjadi gumpalan asap hingga terbang keatas kemudian menghilang tanpa bekas.
Kemudian fatir pun mengucap syukur atas pertolongan Allah kepadanya. Saat itu juga pikiran fatir seperti terbuka ia teringat jikalau kakek berkata untuk selalu meminta pertolongan kepada Allah.
Ia pun kembali mengambil salah satu gentong keramik tanah yang masih tersisa disitu. Kemudian ia pun mengangkat tangannya seraya berdoa "Ya Allah aku memohon kepadamu semoga atas izin engkau air telaga sutra yang panas dan mendidih ini kau jadikan dingin untuk hamba bawa airnya" ucap fatir.
Kemudian fatir mencelupkan gentong yang terbuat dari keramik tanah itu sekali lagi kedalam air telaga sutra dan sambil mengucap basmalah. Ternyata hal ajaib terjadi ketika gentong itu diangkat, gentong itu tetap dalam keadaan utuh dan air yang didalam gentong itu hanya seperti air biasa saja tidak panas dan tidak pula mendidih.
Fatir pun mengucapkan syukur "Alhamdulillah pertolongan Allah telah datang" ucap fatir dengan mata berkaca kaca.
Kemudian ia pun bergegas keluar untuk kembali ketempat latihan dan mengisi gentong yang diperintahkan kakek.
Ketika fatir berjalan dan membawa gentong berisi air itu kakek pun melihat dari atas pohon sambil tersenyum dan berkata "ternyata ia telah bisa melewati panasnya telaga sutra" ucap kakek sambil tersenyum.
Fatir pun terus berulang ulang kembali mengambil air ditelaga sutra dengan cara yang sama hingga satu persatu gentong yang diminta kakek penuh diisinya.
Terlihat keringat bercucuran ditubuh fatir yang disebabkan hawa panas telaga sutra dan juga lelah mengangkat dan membawa air itu.
Namun fatir terus saja bolak balik tidak berhenti untuk mengambil air dari telaga sutra itu hingga tak terasa 4 gentong telah terisi penuh dan menyisakan 3 gentong lagi untuk menyelesaikan latihannya.
Tak henti hentinya fatir terus sisa gentong dan ia mengisi gentong yang kelima, keenam dan ketujuh hingga penuh semuanya.
Ketika tersisa satu gentong lagi untuk diisi penuh. Fatir pun membawa air yang terakhir untuk diisi. Setelah fatir selesai menuangkan air ke gentong terakhir hingga penuh badan fatir pun lemas hingga terjatuh.
Namun belum sempat fatir terjatuh ketanah, kakek yang dari tadi memantau latihannya langsung dengan sigap menangkap tubuh fatir yang telah lemas.
Kemudian kakek pun berkata "Nampaknya kau sudah berada diujung batas fatir, mari istirahat dulu" ucap kakek.
Fatir pun terengah engah dan hanya bisa tersenyum kepada kakek yang sedang memegangi badannya yang lemas. Kemudian fatir direbahkan kakek disamping pohon besar tadi.
Kemudian kakek berkata "sekarang kau harus beristirahat dulu untuk mengembalikan staminamu fatir, dan sekarang sudah saatnya untuk kakek berangkat menyelinap melihat keadaan ayahmu" ucap kakek.
Fatir pun berkata sambil terengah engah "aa a ku iii kut kek" ucap fatir memaksakan. Kakek pun tersenyum "bagaimana caranya kau mau ikut sedangkan dirimu untuk berkata kata saja begitu susahnya, kau istirahat saja percayakan pada kakek dan doakan saja kakek agar selamat" ucap kakek tersenyum kepada fatir.
Saat itu kakek pun bersegera berangkat menuju tempat pasukan bambu kuning dan fatir pun hanya bisa memandang kakek dalam keadaan lemas.
Ayah fatir yang masih menjaga jaka yang sedang terbaring pun hanya menyaksikan dan mendengarkan perkumpulan pasukan bambu kuning yang bersiap siap ingin menyerang pesantren Al Amin besok pagi.
Mereka pun menyiapkan segala barang bawaan para pasukan yang akan disiapkan untuk menyerang besok pagi. Mulai dari senjata, kuda, dan segala persiapan yang akan digunakan untuk menyerang besok pagi.
Kakek amin pun telah sampai kemarkas dengan sembunyi sembunyi dari para pasukan bambu kuning yang tengah bersiap siap untuk penyerangan besok.
Kemudian kakek amin pun melihat kesekeliling markas dan kakek Amin pun melihat seseorang yang tengah menjaga seseorang pula yang sedang terbaring dan berbalut rempah rempah obat dipunggungnya.
Kakek Amin pun melihat orang yang menjaga itu seperti ciri ciri yang dikatakan ibu fatir kepadanya. Ibu fatir sebelumnya mengatakan jikalau ciri ciri suaminya ialah memiliki tahi lalat dipipi sebelah kanannya dan menggunakan kalung besi bermatakan Senjata Mandau.
Nampaknya ciri ciri itu sudah benar adanya. Namun kakek Amin melihat tangan orang itu juga terluka dilengannya.
Ketika itu kakek amin masih memandangi orang itu, tak sengaja kakek Amin mendengar pembicaraan dari para pasukan bambu kuning yang berkata kalau mereka akan menyerang pesantren Al Amin besok pagi dikarenakan ditemukannya jarum ditubuh pasukan bambu kuning yang pingsan sebelumnya oleh jarum kakek amin yang dilemparkan kepada pasukan bambu kuning itu.
Kakek Amin pun terkejut dan langsung bergegas untuk menuju pesantren Al Amin lebih dahulu dari para pasukan bambu kuning agar semua yang berada dipesantren Al Amin dapat bersiap siap mulai dari malam ini. Maka bergegaslah kakek amin pergi menuju pesantren Al Amin mulai saat itu juga.
Episode 11
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments