Bab. 17 Bertemu Kolega Bisnis

"Sudah dulu ya, mom. Bye, I love you."

Tutt.

David mengakhiri panggilan dengan perasaan campur aduk. Sesuatu yang tak pernah ingin dia lihat akhirnya terlihat juga. Dimana dia melihat kemesraan keluarga kecil Ana dan Dave yang kini sudah di karuniai seorang putra dan akan bertambah satu lagi karena Ana kembali mengandung.

Entah perasaan apa yang bisa dijabarkan, ada rasa bahagia ketika melihat kakak nya dan wanita yang dicintainya begitu bahagia. Tapi dia juga masih merasakan perih yang teramat, entah lah kenapa dia masih merasa sakit seperti ini.

Setahun berlalu, ternyata tak bisa menghapus rasa sakit hati nya. Ini bukan perkara cinta yang tak terbalas atau cemburu, sama sekali bukan seperti itu. Tapi dia mengingat pengorbanan nya saat Dave terbaring koma hingga sembilan bulan lama nya, dan hanya dia lah yang mengurus Ana siang malam. Bahkan saat Ana mengidam, apapun yang menjadi keinginan nya selalu berusaha Davio wujudkan meksi itu hal konyol sekali pun. Dia benar-benar merasa menjadi laki-laki bodoh yang berhasil dimanfaatkan oleh seorang wanita, jahat sekali memang. Hahaha jahat? Apakah Ana memang wanita jahat yang memanfaatkan rasa cinta nya untuk mengurus dia?

Tidak! Ana sama sekali bukan wanita seperti, bahkan secuil pun dia tak memiliki niat seperti itu. Dari awal Ana memang sudah menolak perhatian Davio, tapi sifat keras kepala Davio lah yang tak berhenti berjuang untuk memperjuangkan dia.

Saat itu Davio berfikir bahwa kakak nya sudah tak memiliki kesempatan hidup, ternyata takdir Tuhan benar-benar indah, bahkan ketika di saat kritis- kritis nya Ana melahirkan dan hampir tak tertolong, di saat itu pula Dave terbangun dari koma panjang nya. Jika ingatan nya mundur di masa itu, dia kembali sedih bagaimana perjuangan dua manusia itu. Seharusnya Davio tak bisa memiliki rasa iri akan kebahagiaan kakak nya.

Dave memang selalu lebih unggul dari nya jika di bidang akademik nya terutama di bidang bisnis, tapi bukan kah dia juga memiliki kemampuan yang tak diragukan lagi di bidang otomotif? Seharusnya Davio memang tak boleh berkecil hati, ini sudah waktunya dia menata hati dan membuka lembaran baru untuk memulai hidup yang lebih baik. Dia harus berhenti memikirkan Ana. Sudah lah, ini hanya soal waktu, mungkin satu tahun memang belum terlalu lama bagi seseorang untuk bisa melupakan cinta nya.

"Aku harus bisa menata kembali hidup ku, aku tidak bisa seperti ini." Gumam Davio, lalu dia bangkit dari ranjang untuk ke kamar mandi.

Dan tanoa disadari nya, ternyata sudah siang hari dan dia bahkan belum bersiap-siap mengecek usaha otomotif nya yang ada di sini. Padahal, usaha nya itu sedang membutuhkan nya karena ada beberapa masalah kemarin yang dilakukan salah satu karyawan nya.

Saat ini memang usaha otomotif Davio di sini belum terlalu besar karena baru membuka usaha beberapa bulan lagi. Tapi bukan berarti usaha nya tak maju. Davio bahkan sudah merencanakan untuk membangun pabrik mesin penggiling dan pabrik mobil di sini. Tetapi karena masih kekurangan kolega serta persiapan yang belum matang, Davio masih harus merancang banyak persiapan untuk bisa launching nanti.

Memang untuk saat ini waktu Davio banyak tersita di kampus karena mendadak dia mendapat job mengajar yang lumayan banyak. Dan seharusnya, waktu liburan ini lah waktu yang akan dia maksimal kan untuk mengelola bisnis serta membangun bisnis lagi.

Dan saat ini rencana nya dia akan bertemu salah satu kolega yang kemarin datang ke kantor, akan tetapi karena kecerobohan salah satu karyawan nya mendadak kolega bisnis nya memutuskan kerja sama.

Dan setelah Davio berusaha membujuk, akhirnya kolega itu berhasil menyetujui untuk bertemu sekali lagi dengan perusahaan Davio. Karena tak ingin membuat keputusan yang salah, lebih baik Davio sendiri yang akan datang.

"****, sudah jam segini. Kenapa Wilia belum. juga datang?" Davio mengambil ponsel nya untuk menghubungi Willia, dia ingin gadis itu membantu nya bersiap-siap sedangkan dirinya saat ini ingin memanfaatkan waktu nya untuk mempersiapkan berkas-berkas serta materi yang akan di ajukan kepada koleganya.

"Halo,"

"Kenapa kau belum juga datang kesini? Aku tidak mau tahu dalam waktu sepuluh menit kau harus sampai ke sini jika tak ingin masa kerja mu di perpanjang menjadi 3 bulan."

Tutt

Davio tak membutuhkan jawaban dari Wilia, oleh karena itu lebih baik dia langsung mematikan ponsel karena tak ingin mendengar protes dari mahasiswa nya. Dari pada mendengarkan suara cempreng Wilia lebih baik waktu nya digunakan untuk menyusun materi.

Davio membuka laptop dan menyalakan, jari-jari nya begitu lincah menari di atas keyboard. Entah apa yang sedang dikerjakan Davio, tapi ketika laki-laki itu terlihat se serius ini membuat nya berkali-kali lipat lebih tampan. Apalagi sat ini dia belum menggunakan pakaian. Karena terlalu banyak pikiran dan pekerjaan yang mengantri untuk dikerjakan, membuat nya tak konsentrasi dan memilih langsung mengerjakan tugas kantor dibanding mengenakan pakaian terlebih dahulu.

Lagian di kamar nya tak ada siapapun, jika ada siapa-siapa pun sebenarnya tidak masalah karena Davio sudah memakai celana. Hanya saja roti sobek nya itu yang begitu menggoda iman tak tertutupi apapun. Apalagi di tambah dengan air di rambut nya yang terus menerus karena belum sempat di keringkan setelah mandi tadi membuat nya semakin sekksi.

Entah bagaimana reaksi Wilia nanti saat melihat Davio yang dalam keadaan seperti ini.

Sudah lebih dari lima menit, tapi belum juga ada tanda-tanda Wilia muncul di area apartemen. Dengan sedikit gelisah Davio berulang kali melihat jam, lalu setelah nya kembali fokus mengotak-atik laptop.

Dilihat dari gerak-gerik nya, seperti nya memang Davio sedang gelisah. Maklum, ini adalah proyek besar, jika kembali gagal maka tamatlah riwayat nya. Tak tahu Davio akan makan apa setelah ini jika dia gagal membangun bisnis nya disini.

Eh, tunggu-tunggu, bukan kah Davio memiliki perusahaan yang lumayan besar di negara nya? Bahkan cabang nya sudah ada di mana-mana yang setiap kota nya ada. Lalu, mana mungkin dia takut miskin?

Sungguh mustahil! Tapi memang jiwa bisnis itu tak kenal menyerah. Dia tak akan menyerah meski sudah jatuh berkali-kali sebelum nafas terputus dari tenggorokan. Itu lah sebabnya para pebisnis lebih kuat mental. Seperti kuat nya mental Davio saat wanita tercinta nya menikah dengan kakak nya sendiri. Ini adalah tragedi tragis yang sangat menyakitkan. Bahkan tingkat kesakitan nya sudah tak bisa diukur menggunakan level sakit karena terlalu sakit. Oh astagaaa, ngeri sekali rupanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!