Bab 9. Menerima Tawaran

Gubrak ...! Gubrak ...! Gubrak...!

Wilia membalikkan meja dan kursi yang ada di ruangan itu, bahkan buku-buku yang tersusun rapi di rak sudah berhamburan tak karuan seperti isi barang-barang yang ada di kapal Titanic saat tenggelam yang kebetulan saat tenggelam Wilia ada didalam nya. Hah?

Tapi semua itu hanya pikiran Wilia yang ingin sekali meluluhlantakkan seluruh isi ruangan di sini. Nyatanya saat ini dia bahkan tak bisa berkutik mendengarkan ceramah dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote.

Ya, setelah dirinya dibuat malu tak berkesudahan, dengan suasana buruk seburuk rupa si buruk rupa. Wilia bahkan kembali dibuat semakin bad mood oleh ceramah Davio atas kelakuan nya yang tak pernah berangkat kuliah namun masih protes ingin meminta nilai seperti yang lain.

Davio bahkan terlihat meluapkan seluruh lahar selama satu semester yang telah dia pendam atas ketidakhadiran nya di jam mata kuliah nya. Ternyata laki-laki ini walau pendiam nyatanya memendam benci. Dan Wilia tentu saja tak akan membiarkan begitu saja. Awas saja! Dia akan membalas dengan yang lebih jika memiliki kesempatan suatu saat.

Dan yang lebih menyebalkan lagi, Wilia harus membersihkan apartemen selama liburan semester jika ingin nilai nya diperbaiki.

Kenapa harus membersihkan apartemen coba? Sudah Wilia bilang kan, dosen yang satu ini sangat tidak profesional! Meksi dia mendapat julukan profesor nyatanya tak membuat nya bersikap profesional.

Ck, menyebalkan! Umpatnya dalam hati.

"Saya tahu kau pasti bertanya-tanya kenapa justru saya memberikan tugas yang tak ada sangkut pautnya dengan materi pembelajaran?" Katanya sedikit membungkuk agar bisa menyejajarkan tubuh nya dengan Wilia yang masih setia di kursi ternyaman nya ini.

"Tentu saja! Kenapa Anda mencampur adukkan kehidupan pribadi dengan kampus? Itu namanya tidak profesional! Seharusnya kalau ingin memberikan tugas tambahan ya berarti berikan tugas kampus seperti biasa, resum materi atau apa lah. Yang penting masih berkaitan dengan mata kuliah Anda." Sahutnya cepat, lantang, dan begitu berani, seakan lupa dengan apa yang baru saja terjadi yang membuat nya begitu malu bahkan sampai ingin menenggelamkan diri ke laut merah andai laut merah nya ada dihadapannya saat ini juga. Dia sangat tidak terima pastinya mendapatkan tugas yang menurut nya sangat tak jelas.

"Ck! Sayangnya otak saya lebih pintar dari otak mu yang hanya sejengkal ini." Sahut Davio seraya menekan dahi Wilia dengan satu jari.

"Jika saya memberikan tugas tambahan yang seperti itu, saya yakin sepenuhnya bukan kamu yang mengerjakan." Wilia menelan saliva nya susah payah. Ternyata dosen nya ini sudah bisa menebak isi otaknya. "Dan jika sampai kamu yang mengerjakan, maka saya tidak yakin!"

Buahahaha ... Ternyata si Davio, dosen super bengek nya ini bisa melawak juga. Ingin sekali Wilia tertawa dengan perkataan Davio tapi langsung ia urungkan karena menurut nya tak ada yang lucu. Ck!

"Ck! Kenapa harus membersihkan apartemen? Apa tak ada tugas lain? Jika seperti itu maka Anda sangat diuntungkan tapi saya sangat dirugikan!" Protes nya kesal seraya mengerucutkan bibir membuat Davio kembali mengumpat dalam hati karena lagi-lagi bibir itu membuat khilaf.

Sebenarnya tadi saat Davio memajukan wajah, dia benar-benar ingin mencium bibir wanita itu yang begitu sangat menggoda. Tetapi saat melihat Wilia memejamkan mata dia jadi mengubah niatnya. Meskipun dia sangat tergiur dengan bibir itu yang pastinya sangat manis dan dengan berat hati dianggarkan begitu saja, tapi setidaknya dia puas karena telah membuat wanita di depan nya ini malu bukan kepalang.

Bahkan tadi tatapan Wilia seperti seekor mangsa yang ingin sekali mencabik-cabik tubuh nya untuk dijadikan santapan. Hiiiii ... ngeri sekali rasanya ... Untung lah, itu semua hanya prasangka Davio karena buktinya dia masih sehat wal afiat sampai sekarang. Bahkan kuku-kuku panjang Wilia tak sedikit pun menggores kulit nya karena memang sejak tadi Wilia diam saja, hanya tatapan nya lah yang seperti ingin menerkam.

"Kau tahu? Membersihkan apartemen juga termasuk kategori penilaian terhadap mata kuliah yang saya ampu. Jika kamu rajin dan disiplin maka saya akan memberikan nilai lebih karena itu berarti kau aktif dalam mengerjakan tugas."

"Aktif bergerak maksudnya?"

"Nah, itu kau tahu." Katanya seraya terkekeh membuat Wilia ingin sekali menonjok wajah tampan nya itu.

Mana ada membersihkan apartemen itu termasuk kategori keaktifan kalau bukan aktif bergerak membersihkan seluruh ruangan?

"Ini tidak lucu!" Sungut nya dengan hidung kembang kempis seperti anak kecil yang tak dibelikan es krim dan hampir menangis.

"Saya juga tidak sedang berusaha melucu." Jawab nya santai.

Davio kembali duduk di posisi sebelum nya, melipat kaki kanannya dibawah kaki kiri seraya menatap Wilia dengan pandangan tak bisa di artikan.

"Tapi Anda keterlaluan!"

"Itu terserah kau, sebagai seorang Dosen saya masih berbaik hati untuk memberikan pilihan perbaikan nilai dari pada harus mengulang satu semester untuk mata kuliah saya." Jelas nya yang berarti tak ada pilihan lain selain mengiyakan perintah dosen nya.

"Tapi jangan membersihkan apartemen, kan masih banyak tugas lain selalu bersih-bersih." Tawarnya dengan nada frustasi. Wilia benar-benar hampir menyerah membujuk dosen nya itu.

"Saya tidak menyuruh kau harus perbaikan nilai. Jadi, kau bisa menolak nya jika tak setuju." Sahut nya masih santai.

"Kalau saya menyuruh orang lain yang membersihkan bisa kan, Mr?" Tanya Wilia. Dia yakin seribu persen bahwa profesornya menyuruh membersihkan apartemen karena tak ada yang membersihkan apartemen. Jadi, sepertinya akan sama saja mau dia yang membersihkan atau bukan. Asalkan, apartemen itu bersih.

"Itu berarti nilainya untuk orang yang membersihkan apartemen saya."

Mata Wilia membeliak lebar, dia tak tahu harus berkata apalagi jika sudah seperti ini. Dia jadi merutuki dirinya sendiri karena terlalu bodoh dengan mengatakan niat itu pada Davio. Seharusnya tak perlu bertanya, dan mengiyakan begitu saja suruhan Davio. Dengan begitu Wilia akan menyuruh orang lain membersihkan apartemen dengan memberi upah tanpa diketahui Davio. Ah bodoh nya dia ...

"Tidak perlu mencoba berpikir curang karena di setiap sudut apartemen saya sudah ada cctv." Jelasnya seraya melirik jam tangan mewah nya yang melingkar di pergelangan kiri.

"Saya sudah tidak memiliki waktu lagi untuk berdebat. Jika tak menerima penawaran saya tidak masalah, itu berarti kau tak boleh protes dengan nilai yang kau peroleh." Jelasnya lagi seraya bangkit dari tempat duduk dengan tangan nya yang lincah menata buku-buku dan menata nya menjadi satu tumpukan.

Melihat Mr. Davio yang akan pergi membuat Wilia panik. Dia bingung harus bagaimana, menerima tawaran atau menolak?

"Saya ingin pergi, jika kau masih disini tidak apa-apa. Tapi jangan salahkan saya bila terjebak di ruangan karena akan saya kunci." Usir nya dengan sang halus sehalus sutera yang setrika 5 kali lebaran monyet.

Dan setelah mengatakan hal itu, Davio benar-benar beranjak dari tempat nya. Membuat Wilia benar-benar dilandasi kepanikan.

"Tunggu!" Cegah nya keras seraya bangkit dari tempat duduk, mengikuti Davio.

Davio menampilkan seringai tipis dibibir nya. Sangat tipis bahkan hingga tak akan ada yang melihat jika ada yang menatap nya.

"Saya mau membersihkan apartemen." Katanya seraya memejamkan mata. Dia berharap semoga bisa melalui penderitaan selama dua bulan ini. Bersih-bersih merupakan sebuah penderitaan yang tak terkira menurut Wilia. Mengingat, sepanjang hidup nya belum pernah sekalipun Wilia memegang sapu apalagi menggunakan alat itu sebagaimana mesti kegunaannya.

Terpopuler

Comments

Wirda Wati

Wirda Wati

😂😂😂😂😂
Belajar mandiri wilia

2023-06-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!