Bab 5. Tabrakan

Baik Wilia maupun Alice keduanya berusaha lari secepat mungkin. Seakan-akan sedang mengikuti kompetisi lari tingkat kota.

"Ayo, Alice! Cepat..!" Wilia berteriak keras memanggil Alice saat menyadari temannya yang lari seperti siput. Dia sedikit geram melihat gerakan Alice, beginilah kalau tubuh terlalu berat membuat nya sulit berlari. Bukan berat karena gendut, tetapi ukuran dada Alice yang besarnya melebihi normal membuat nya kesulitan berlari. Sedangkan Wilia, kini dirinya menjadi tak fokus sebab terus memperhatikan pergerakan temannya yang tak kunjung menyusul. Dia berlari namun arah pandang nya ke belakang menatap Alice. Hingga...

Brukk.

Aw. Wilia menjerit keras saat tubuhnya seperti menabrak benda keras hingga dahinya terasa sakit, dan di detik berikutnya tubuh Wilia justru limbung hingga terjatuh ke lantai.

Dalam sepersekian detik, tubuh Wilia membeku berusaha menyadarkan pikiran nya. Seharusnya dia merasa sakit karena terjatuh ke lantai, tapi kenapa justru dia merasa empuk?

Padahal tadi sudah pasrah saat tubuhnya terjatuh ke lantai dan pastinya sangat sakit. Tapi kenapa ini tidak? Apa dia sudah mati dan masuk ke surga sampai-sampai merasakan sakit?

"Kenapa tidak sakit?" Gumam nya pada diri sendiri dengan tangan nya berusaha meraba-raba bagian bawah tubuh yang menjadi tumpuan nya. Dan saat tangan nya menyadari ada sesuatu yang menghalangi tubuh nya ke lantai, perlahan Wilia membuka mata.

Dan betapa terkejutnya saat melihat siapa ada di bawahnya. Manusia yang sangat ingin dihindari, bahkan rela meninggalkan mata kuliah yang jelas-jelas orang tuanya sudah membayar mahal untuk itu. Tapi saat ini? Dia bahkan berada di atas tubuh laki-laki itu. Wilia benar-benar tak bisa berkata-kata, mulutnya terbuka dengan kedua bola mata terbelalak lebar.

"Apa kau tak ingin turun dari tubuh ku?" Suara berat itu berhasil mengembalikan kesadaran Wilia.

"Shitt!" Wilia mengumpat dalam hati saat menyadari tubuhnya masih berada tepat di atas tubuh Mr. Davio. Bahkan kini Wilia membelalakkan matanya saat menyadari sesuatu yang keras tampak menusuk perutnya. "Oh astaga... dia tegang!" Ingin sekali Wilia tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan me sum dosen nya ini, sayangnya Wilia tak seberani itu.

Dan sebelum turun dari tubuh Mr. Davio, Wilia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menggoda Dosen me sum nya.

"Ini yang keras di bawah perut saya apa ya, pak?" Tanya nya pura-pura tidak tahu sembari menggoyang-goyangkan tubuhnya. Sebenarnya Wilia tak ingin melakukan nya, tapi berhubung dosen ini sangat tampan, dan Wilia sedang khilaf jadi lebih baik menggoda sebentar tidak apa-apa mungkin. Pikirnya.

"Oh shitt!!" Kali ini giliran Davio yang mengumpat pada dirinya sendiri. Sial! Baru saja bersentuhan dengan wanita di atas nya, tubuh nya langsung terasa panas membuat sesuatu di balik celana itu menegang. Jiwa play boy Davio memang seperti nya sudah mendarah daging. Apalagi saat melihat wajah cantik wanita diatas nya membuat Davio kembali mengingat tubuh polos wanita yang foto nya dikirimkan kepada nya.

Lalu apa ini? Tak sengaja Davio melihat ke arah dada wanita itu yang saat ini benar-benar terlihat sempurna dari bawah, semakin membuat nya tak kuat menahan nya.

Seketika otak liar nya berkelana menyelami samudera. Oh Shitt! Bahkan tubuh nya semakin memanas, lihatlah pipinya sudah memerah karena menahan sesak di bagian bawah perutnya.

"Oh, jadi kau mahasiswa yang ingin menggoda ku, hm? Mengirim foto tanpa busana? Lalu apa ini? Kau bahkan berusaha menggoda dengan tidur dibawah saya?" Davio tersenyum sinis sembari membisikkan kata-kata itu. Suaranya jelas terdengar serak karena menahan gairah, tetapi dia tetap berusaha normal agar mahasiswa ini tak mengetahui.

Davio sengaja tak menjawab pertanyaan gadis di atasnya karena ingin sedikit membuat nya malu setelah berhasil membuat nya bergairah. Pembalasan yang setimpal menurut nya sih.

Dan lihatlah! Wajah Wilia seketika merah padam, dia sangat malu! Oh astaga ... apa yang harus dia jawab? Jika bisa, rasanya dia ingin menenggelamkan dirinya di dasar laut sekalian agar tak bisa kembali.

Bukan karena saat ini dia berada di atas tubuh Davio atau berusaha menggoda nya, tetapi Wilia malu karena Mr. Davio masih mengingat dia salah mengirim foto itu.

"Dan sepertinya apa yang saya duga benar. Kau memang berniat menggoda ku. Buktinya kau sangat nyaman berada di atas saya bukan?" Tanya nya semakin menyeringai lebar.

Wilia pun terkesiap mendengar perkataan itu.

"Sorry, ..." Wilia bangkit dari posisi nya sembari mengatakan maaf. Dia benar-benar kehilangan kata-kata. Entah apa yang harus dia jawab jika ditanya tentang foto itu.

Perlahan Wilia menjauh dari Mr. Davio yang sedang pura-pura berdiri. Dan dengan kurang ajar nya, Wilia berlari dari sana tanpa menghiraukan Alice yang sejak tadi melihat mereka dari kejauhan, atau pun Mr. Davio yang sedang bangkit dari posisinya.

"Pak, Anda baik-baik saja? Apa ada yang sakit? Biar saya bantu." Setidaknya Alice ini lebih normal dan lebih berperikemanusiaan. Dia berusaha membantu dosen tampan nya ini yang baru saja bangkit dan mengambil satu buku tebal yang dibawa Mr Davio yang tergeletak tak jauh darinya. Sebenarnya bukan tanpa alasan Alice membantu nya, tentu saja karena Mr. Davio ini tampan makannya Alice tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mendekati. Siapa tahu nanti malam bisa di ajak kencan, mungkin? Ah ... Kalau memang iya, tentu saja Alice tak akan menolak! Dia bahkan sangat mengidam-idamkan bisa berada di bawah kungkungan tubuh kekar itu. Apalagi otot-otot ditangannya, uuhhhh ... membuat pikiran kotor nya melayang ke antah berantah.

Alice menatap wajah Dosen tampan nya itu yang kini pipinya sedang memerah seperti sedang menahan berak, membuat hati nya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia kesakitan sampai membuat pipi nya merah?

"Ya, saya baik-baik saja." Sahutnya datar seraya mengambil alih buku di tangan Alice itu dengan kasar. "Terimakasih." Katanya lagi.

Dan di detik berikutnya Mr. Davio berlalu begitu saja, meninggalkan Alice yang masih terheran-heran dengan wajah Dosen nya yang sangat merah, apalagi cara berjalan nya sedikit tidak enak dilihat. Oke, fix! Alice tahu, pasti bagian tubuh Mr. Davio ada yang sakit. Huh! sangat disayangkan, seharusnya Mr. Davio menerima bantuan mahasiswa bahenol nya ini untuk mengobati sakit nya agar cepat sembuh, bukan nya menolak.

Ah, sudahlah. Sebaiknya Alice segera masuk ruangan. Aaa...! Dia baru ingat seharusnya sejak tadi sudah masuk, tapi akibat kejadian tak terduga membuat nya lupa.

Dan di detik berikutnya Alice berlari mengikuti Mr. Davio yang sedang berjalan menuju kelasnya dengan langkah pelan namun pasti.

Jantung Alice berdetak kencang seperti baru saja lari maraton, eh! bukan kah dia memang baru saja berlari?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!