Bab 4

...Guys mohon supportnya ya, semoga karya ini bisa menghibur kalian...

...****************...

Saat ini Wirmi dan Liam sedang berada di dalam kamar. Karena Wirmi yang merasa bosan sehingga mengajak Liam untuk menemaninya mengobrol bareng.

"Liam apakah disini ada pantai?" tanya Wirmi yang ingin mengetahui tentang wilayah saat ini. "ada tapi itu sangat jauh, kata ayah dahulu" ucap Liam.

"Liam apakah kamu tidak cape hidup seperti ini". "cape pasti, tapi mau bagaimana lagi" ucap Liam dengan pasrah. "apakah jika aku membuatmu hidup mapan kamu akan bahagia?" tanya Wirmi yang hanya iseng.

"Ingin, namun aku takut banyak yang akan membenci kita, istriku" ucap Liam penuh kesedihan yang langsung dimengerti oleh Wirmi. Didesa ini jika kamu merupakan orang miskin tiba tiba kaya akan membuat perhatian warga tertuju padamu sehingga banyak orang yang akan membenci mu dan hidup disekitar mereka seakan hidup di neraka.

"Hm.... Liam bisakah kita bangun lebih pagi besok, aku ingin memulai menanam ditanah kita jadi seandainya sudah tumbuh kita tak perlu lagi mencari makanan di hutan lagi".

"Siap, kita akan bangun lebih pagi sesuai mau mu, istriku" ucap Liam penuh semangat dan mereka tidur bersama.

.

"Engghh.... Hoammmm..." lenguhan Wirmi yang mulai sadar dari mimpi indahnya. Saat Wirmi sudah membuka mata Wirmi melihat sekitar dan begitu kagetnya Wirmi saat melihat sang suami sedang memeluknya.

.

'Hufft laki laki kalo ada kesempatan nemplok aja kerjaannya' gumam Wirmi yang berusaha menyingkirkan Liam. Dengan postur tubuh tak jauh beda sehingga memudahkan Wirmi.

"Liam.... Liam.... Ayo bangun" ucap Wirmi yang langsung di respon anggukan oleh Liam. Wirmi yang sudah merasa bahwa sang suami sudah bangun lantas pergi menuju dapur untuk mengambil air.

.

"Liam, ibu ini minum dulu, cuaca dingin ini sebaiknya minum yang anget anget" ucap Wirmi yang baru dateng membawa gelas bambu untuk ibu dan suaminya. "terima kasih Wirmi" ucap ibu Jiali yang langsung mengambil segelas minuman tersebut.

"Wah istriku ini sangat nikmat dan terasa hangat di tubuhku" ucap Liam yang kaget dengan apa yang di rasakan dalam tubuhnya. "iya, ini minuman apa Wirmi?".

"Ini hanya rebusan air jahe" ucap Wirmi. "apakah di hutan kamu mendapatkan banyak rempah?". "iya ibu aku mendapatkan banyak, jadi sekarang aku dan Liam akan mencoba menanamnya ditanah kosong kita" ucap Wirmi yang diangguki oleh ibu Jiali.

Karena acara minum minum bersama sudah beres kali ini Liam dan Wirmi pergi ke halaman belakang dengan membawa alat alat seadanya.

Saat ini Wirmi tengah membayangkan apa yang akan ia kerjakan sekarang sedangkan Liam kebingungan dengan sang istri yang malah diam.

Wirmi kini mengetahui jarak antara sungai dan rumahnya yang lumayan. Ia mulai berfikir jika musim kemarau dan rumah ini yang tak memiliki cadangan air maka akan sangat sulit bertahan hidup sehingga Wirmi berfikir untuk membuat lobang besar di samping rumah yang berfungsi menampung air.

"Liam apakah kamu punya cangkul?" tanya Wirmi karena jika ingin membuat kolam atau lobang besar memerlukan cangkul. "ada istriku, sebentar biar ku ambil dahulu" ucap Liam yang langsung berlari masuk ke rumah.

"Ini dia" ucap Liam yang membawa 2 cangkul yang berbeda ukuran. "oke berikan aku satu" ucap Wirmi yang mendapatkan cangkul kecil. Wirmi lantas berjalan ke samping rumah dan membuat sebuah persegi panjang yang cukup besar, sekitar panjang 4 meter dan lebar 2,5 meter.

"Liam ayo kita gali tanah yang aku garisi dan kita akan membuat sebuah lobang" ucap Wirmi yang mendapat penolakan. "kamu tak perku ikut menggali istriku, biar aku saja aku tak ingin kamu kelelahan" ucap Liam yang berusaha merebut cangkulnya kembali.

"Tidak Liam, kalau kamu sendiri yang mengerjakan akan memakan waktu lama jadi lebih baik kita melakukannya sama sama" ucap Wirmi yang mau tak mau disetujui oleh Liam.

Dan saat ini mereka sedang menggali di tanah yang tak terlalu keras sehingga tidak terlalu menghabiskan tenaga banyak. Waktu demi waktu terus berjalan dan karena tak ada jam, Wirmi menebak sekarang sudah jam 6 saat melihat posisi matahari. Berarti Wirmi dan Liam sudah menggali sekitar 1,5 jam lebih.

"Liam sudah sampai sini aja, ini sudah lebih dari cukup menampung air yang kita butuhkan selama 6 bulan" ucap Wirmi karena mereka sudah menggali dengan kedalaman 2 meter.

"Baiklah, sekarang kamu naik" ucap Liam melihat Wirmi akan kesusahan naik sendiri. "baiklah" ucap Wirmi yang berdiri di atas bahu Liam dan segera keluar dari lobang.

Setelah itu Liam juga ikut keluar dari lobang itu. "Liam bisakah kamu mencarikan ku 30 batang bambu yang besar dan kulit pohon" ucap Wirmi. "baiklah aku akan mencarikannya untuk mu" ucap Liam yang siap untuk pergi ke hutan.

Setelah Liam pergi untuk mencari bambu dan kulit pohon yang diminta Wirmi. Wirmi juga bergegas menuju ke dalam rumah untuk menemui ibu Jiali.

"Ibu apakah kau ada di dalam?" tanya Wirmi setelah berada di depan kamar ibu Jiali. "iya, ada apa Wirmi?" tanya ibu Jiali yang ikut menghampiri menantunya.

"Ibu apakah kau tau tanah atau apapun itu yang tidak dapat tembus dari air seperti atap rumah ini?" tanya Wirmi yang kurang tau tentang hal bangunan.

"Hm.... Sepertinya ibu tau tapi ibu tak yakin karena ayahnya Liam yang pernah bilang ingin melapisi tembok rumah ini dengan tanah disana" ucap ibu Jiali yang membuat harapan Wirmi akan berhasil.

Wirmi yang sangat semangat lantas membawa mertuanya untuk menunjukannya tak lupa juga Wirmi membawa keranjang yang sudah dilapisi daun.

"Kalau tidak salah disini ayahnya Liam bilang" ucap ibu Jiali yang langsung Wirmi cek tekstur tanahnya. walau Wirmi kurang pandai dalam hal ini namun dengan tekstur tanah yang basah dan saling melekat sehingga dapat di pastikan tanah ini bisa digunakan.

"Benar ibu, tanah ini bisa di gunakan menjadi pelapis tembok rumah kita" ucap Wirmi yang langsung mencakul tanah itu hingga full di keranjang yang ia bawa.

(Sekedar info keranjang yang dimiliki oleh Liam ada dua macam satu keranjang tas atau yang bisa digendong dan keranjang tarik yang lumayan sangat besar dimana itu bisa ditarik)

Setelah full, Wirmi pulang dan kembali lagi seorang diri.

.

Saat ini matahari telah berada disamping kepala dan sang suami, Liam baru selesai membawa barang permintaan istrinya "istriku ini sudah siap semua" ucap Liam yang menghampiri Wirmi. Saat Liam menghampiri Wirmi ia melihat ada banyak tumpukan tanah yang berbeda.

"Baiklah kalau sudah siap, bisakah kamu kemari" ucap Wirmi yang menuju ke lobang dengan menginjak tumpukan kayu yang sudah disusun menyerupai tangga.

"Liam bantu aku melumuri semua bagian lobang dengan tanah ini"ucap Wirmi. Liam dan Wirmipun melumuri semua tembok dengan tanah itu.

Tak sampai disana Wirmi juga menyuruh Liam untuk menempelkan dinding dengan bambu yang sudah terbagi menjadi dua.

Menghabiskan waktu yang lumayan, mereka akhrinya mengistirahatkan diri dengan meminum segelas air. "Liam apakah kamu lapar?" tanya Wirmi yang langsung diangguki Liam. "ayo kita pergi ke sungai kemarin" ucap Wirmi yang langsung beranjak menuju sungai.

.

Sampai disungai Wirmi melihat jebakan yang kemarin ia pasang masih ada ditempatnya. "LIAM LIHAT INI, kita mendapatkan ikan yang cukup banyak" ucap Wirmi dengan gembira sedangkan sang suami hanya diam karena terlalu kaget.

Karena sudah kelaparan membuat mereka tak berlama lama disungai. Wirmi hanya menaruh lagi perangkap yang sudah diisi cacing kembali.

.

Wirmi yang sedang memasak ikan hanya membuat ikan kuah dengan daun kemangi dan ubi bakar sehingga tak memakan waktu lama. Melihat sang istri masak dengan kelelahan membuat Liam ingin membantu sehingga pekerjaan memasak kali ini cukup cepat.

.

"Wirmi kenapa kamu masak semua, ibu takut malamnya kalian kelaparan karena kelelahan" ucap ibu Jiali setelah mendengar anaknya bercerita. "tidak perlu khawatir bu, kita masih mempunyai makanan sampai besok" ucap Wirmi yang membuat ibu Jiali sangat bahagia.

Mereka yang merasa bahagia membuat makanan habis tanpa tersisa, mereka sangat merasakan perubahan hidup ketahap lebih baik setelah kedatangan menantunya.

Kalau sudah selesai bisakah kita langsung meneruskan pekerjaan tadi aku tak ingin menundanya terlalu lama" ucap Wirmi dan diangguki oleh sang suami.

Sehingga kini mereka kembali untuk memasang bambu itu, mereka membagi tugas dimana Wirmi bertugas untuk memasang bambu dan Liam yang mendorong kayu agar merekat dengan tanah sehingga pekerjaan mereka lebih efektif.

"Akhirnya selesai tapi kita perlu menunggu satu hari agar bisa menampung air, jadi mari kita lanjut memasang bambu dilubang untuk ikan" ucap Wirmi yang tadi sempat meminta sang suami untuk membuat lubang berukuran 2×2 meter dengan kedalaman 1 meter untuk ditempati oleh ikan.

Wirmi berfikir dengan menampung ikan yang ada disungai akan memudahkan ia dalam menanam karena air yang dihasilkan bisa menjadi pupuk dan tak perlu jauh jauh untuk mengambil air lagi.

"AYO!!" ucap Liam penuh semangat dan menuju kesamping tanah kosong. Dan Wirmi juga tak lupa membuat penutup untuk lobang di samping rumahnya agar tetap bersih dan tak ada yang terjatuh disana.

Wirmi dan sang suami meneruskan pekerjaan mereka yang memakan waktu hanya 2 jam karena ukuran yang tidak terlalu besar.

"Istriku, berikutnya apa yang sekarang kita lakukan" ucap Liam yang sudah bersantai santai menikmati hasil karya mereka. "sekarang mungkin kita tidak akan melakukan apapun lagi" ucap Wirmi yang diangguki oleh Liam dan mereka menikmati sore hari dengan tidur tiduran dibawah rumput dan mereka merasa sagat bahagia.

...****************...

...Terima kasih yang udah baca sampai ini, mohon bantuannya untuk komen dan juga beri tanda suka untuk setiap babnya untuk mensupport saya. saya mohon maaf kalau cerita ini banyak kurangnya...

Terpopuler

Comments

Yuma Sembiring

Yuma Sembiring

ok gays

2023-03-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!