Laki-laki bermata biru

“Teeeeetttt!!!” Suara klakson panjang berbunyi nyaring tepat di hadapan Thea.

“Hey! Hati-hati saat menyebrang!” Seru pengemudi truk yang berhasil menghentikan mobilnya dengan jarak beberapa senti saja dari Thea.

Seketika Thea langsung membungkuk, menutup mata dan telinganya dengan kedua tangan. Jantung Thea berdebar sangat kencang. Nyaris saja tubuh kurusnya tergilas truk kontainer bermuatan penuh itu.

“Ma-maaf...” Thea mengangguk sopan pada laki-laki berjenggot tebal itu.

Ia segera melanjutkan langkahnya untuk menyebrang jalan. Di trotoar kini ia berdiri dan mobil truk itu pergi begitu saja, meninggalkan asap yang mengepul yang membuat Thea terbatuk.

Beberapa pasang mata dari orang-orang yang berjalan, menatapnya. Mereka tersenyum dan sesekali berbisik pada temannya. Thea segera melihat penampilannya. Pantas saja, ia sangat berantakan. Thea berlari menuju halte bis dan melihat sosok dirinya sendiri di cermin yang ada di halte bis.

Rambutnya berantakan, bajunya kotor dan robek-robek, wajahnya juga sangat lusuh. Pantas saja orang-orang tertawa dan berbisik saat melihatnya.

“Astaga, ini memalukan.” Ucap Thea pelan.

Ia melihat ke sekelilingnya, suasana yang tidak asing ini begitu di kenal Thea.

“Thea!” Panggil seseorang dari kejauhan.

Thea segera berbalik. Ternyata Ingrid yang memanggilnya. Teman sekaligus bos di coffee shop tempat ia bekerja. Wanita itu berlari menghampiri Thea yang tampak linglung.

“Kamu dari mana saja?” Tanyanya seraya menyelimuti Thea dengan selembar kain bermotif garis-garis.

“Aku,” Thea kebingungan bagaimana ia harus menceritakan kejadian yang dialaminya.

“Sudahlah. Ayo kita masuk saja.” Ajak Ingrid yang membawa Thea masuk ke dalam cafe.

“Mandilah. Mumpung ini masih pagi dan pelanggan belum berdatangan.” Ingrid menyuruh Thea naik ke lantai 2. Tempat yang ia jadikan kamar untuk pegawai.

Di kamar saat ini Thea berada. Ia membuka bajunya lalu masuk ke kamar mandi. Ia mengguyur tubuhnya yang kotor, mencuci setiap lekuk badannya yang terasa lengket. Uap dari air hangat yang membasahi tubuhnya memang sangat nyaman. Seperti membuka seluruh pori-pori di tubuhnya dan memberinya kesempatan untuk bernafas.

Ia juga melihat bekas luka akibat goresan anak panah yang ada di lengan kirinya. Pusat lukanya masih memerah dengan lingkar lebam kebiruan yang lebar. Thea mencucinya dengan perlahan, rasa perih dan nyeri seperti berbaur menjadi satu. Sepertinya Thea harus menutup lukanya dengan perban agar tidak kotor dan bernanah.

Merasa tubuhnya sudah cukup bersih, Thea segera mengenakan handuk yang ia lingkarkan di tubuhnya. Ia berdiri beberapa saat di depan cermin sambil mengobati lukanya dengan salep anti luka dan menutupnya dengan perban berlapis plastik. Rambut lurusnya ia biarkan tergerai dan kering dengan sendirinya.

Thea mengambil baju yang seadanya. Milik ingrid pun jadi karena tubuhnya memang seukuran. Tinggi dan kurus. Saat mengenakan kaos oblong, tanpa sengaja ia melihat ke kalender. Tanggal 20 oktober yang berarti, ia pergi selama sehari semalam ke dunia Xavier.

Ya, Thea lebih suka menyebutnya sebagai dunia Xavier di banding dunia lain. Karena rasanya ia jadi memiliki keterikatan dengan tempat itu dan membuatnya tidak sepenuhnya asing.

Lalu, bagaimana kabar Xavier di sana? Apa saja yang dia lakukan setelah Thea pergi?

Thea tercenung beberapa saat, sambil memandangi bayangan dirinya di cermin. Wajahnya sudah tidak sepucat sebelumnya. Tapi apakah Xavier pun baik-baik saja?

“THEAAA.... Apa sudah selesai?! Turunlah, banyak pelanggan yang datang.” Panggil Ingrid, rekan sekaligus bosnya.

Tidak bisa berpikir lama, Thea pun segera turun setelah merapikan dirinya. Ia mengikat rambutnya ekor kuda walau masih sedikit basah.

*****

Benar yang dikatakan Ingrid, kalau sudah banyak pelanggan yang datang. Mereka rata-rata adalah langganan coffee shop ini yang datang untuk sedekar minum kopi pagi sebelum berangkat kerja.

“Kacamatamu mana?” Tanya Ingrid seraya memberikan apron milik Thea.

“Hilang, saat camping.” Sahut Thea seadanya.

Ia menyalakan mesin pembuat kopi dan bersiap menunggu pesanan yang datang.

“Bagaimana bisa kamu pulang camping dalam keadaan sekotor itu? Apa teman-temanmu mengerjaimu di sana?” Tanya Ingrid yang sibuk membuat omlete di belakang Thea.

Ia sudah tau benar kalau Thea sering kali di ganggu oleh teman-temannya karena merasa Thea pantas di rendahkan. Tapi gadis itu tidak pernah mengeluh. Ia tetap menjadi Thea yang tenang dan menyenangkan.

“Selamat pagi tuan Smith? Mau pesan apa?” Pertanyaan Ingrid terjeda oleh kedatangan pelanggan setia Cafe di meja Thea.

“Seperti biasa, latte yang kamu buat Thea. Tolong jangan terlalu manis, gula darahku sedang naik.” Celoteh laki-laki berkulit gelap itu.

“Baik, satu latte untuk tuan Smith yang penuh semangat.” Thea memasukkan pesanan pada mesin pencatat pesanan.

“Ada yang anda inginkan untuk makanannya?”

“Roti gandum saja. Selainya blueberry nya jangan terlalu banyak.” Laki-laki itu menyodorkan selembar uang pada Thea.

Thea mengambil beberapa koin untuk kembalian dan memberikannya pada tuan Smith.

“Tips untukmu Thea. Karena hari ini kamu terlihat cantik.” Puji tuan Smith.

“Terima kasih tuan Smith. Anda tampak keren dengan kemeja itu.” Thea balas memuji.

Mendengar perbincangan Thea dan Tuan Smith, Ingrid jadi menoleh Thea.

“Benar, hari ini kamu terlihat berbeda Thea.” Pujinya seraya menyikut Thea dengan sengaja.

“Tidak perlu berlebihan untuk sekedar berebut uang tips.” Timpal Thea yang tersenyum kecil.

“Hahahha... Itu bukan uang tips. Itu sogokan untuk gadis yang dia suka.” Ingrid mengedipkan mata kanannya pada Thea.

“Maksudmu?” Thea tidak paham.

Ingrid menarik Thea untuk mendekat lalu berbisik, “Laki-laki itu sedang mencari calon istri. Katanya setelah pensiun hidupnya baru terasa sepi. Barangkali kamu berminat, karena aku lihat dia terus memperhatikanmu.” Gossip Ingrid pagi ini.

“Wah, di usia senjanya dia baru berencana menikah?” Timpal Thea yang ikut tertarik untuk bergosip.

“Ya! Karena dulu dia bisa menikmati hidupnya yang sempurna hanya dengan memperhatikan banyak bokong seksi di kantornya. Tidak perlu terikat tapi dia bisa meniduri wanita yang dia suka sepuasnya. Bukankah sangat hebat?”

“Tidak hebat Ingrid, itu menjijikan. Dia berganti pasangan dengan siapa saja sementara aku masih suci.” Kilah Thea.

“Oh ya? Kau masih suci? Benarkah?” Ingrid menatap Thea dengan ledekan. Ia juga mencolek pinggang Thea dengan isengnya.

“Tentu!”

“Kalau begitu, nanti malam biar aku periksa. Aku ingin membuktikannya sendiri.” Ingrid menjawil bokong Thea yang berisi.

“Sialan! Kamu memang monster Ingrid!” Dengus Thea.

“Hahahaha...” Keduanya tertawa dengan renyah sambil menyiapkan makanan yang di pesan.

“Thea, tambah dua sosis untukku.” Panggil seorang pelanggan yang lainnya.

“Baik, tunggu sebentar.” Sahut Thea.

Ia meletakkan pesanan tuan Smith dengan tambahan sepiring sosis pesanan pelanggan satunya di atas nampan. Lantas menghampiri dua laki-laki itu.

“Selamat menikmati.” Ujar Thea selepas menaruh pesanan Tuan Smith di mejanya.

"Berikan aku nomor ponselmu Thea." Pinta laki-laki paruh baya itu.

"Ponselku rusak saat camping tuan Smith. Kalau perlu layanan antar, anda bisa menghubungi nomor telepon cafe saja." Sahut Thea seraya menunjuk nomor telepon yang tercetak di pintu masuk.

“Baiklah. Terima kasih Thea.” Sambut laki-laki yang sejak tadi  memandangi Thea. Jelas ia sadar kalau ia sudah di tolak.

Thea hanya tersenyum kecil lalu beralih pada meja berikutnya untuk memberikan sepiring sosis.

"Pesanan anda tuan." Ujarnya.

"Terima kasih Thea, kamu yang terbaik."

"Aku tau." Timpal Thea santai.

“Tring!” Suara bell berbunyi, tanda pintu terbuka karena kedatangan tamu, kembali terdengar.

“Selamat datang. Silakan pesan di sebelah sana dan jangan lupa, cuci tangan dulu.” Sambut Thea pada seorang laki-laki bertubuh tegap dengan matanya yang tajam dan hitam pekat.

Laki-laki itu tidak merespon, hanya terus berjalan menuju meja pemesanan.

“Kamu bukan tipenya.” Ucap seorang laki-laki yang menggoda Thea, karena laki-laki itu hanya terdiam tidak merespon.

“Tunggu sebentar, aku akan membuatnya bertekuk lutut.” Canda Thea. Ia berlari kecil meja pemesanan dan tersenyum pada laki-laki itu.

“Selamat pagi, saya Thea. Anda mau memesan apa tuan?” Sapa Thea dengan ramah.

Laki-laki itu tidak lantas menjawab. Mata bulatnya seperti berkeliling melihat sekitaran cafe.

“Hay, saya di sini.” Thea mengibas-ibaskan tangannya di hadapan laki-laki itu.

“Kamu tinggal di sini?” Tanya laki-laki bermata elang tersebut.

“Ya?” Thea bingung sendiri dengan pertanyaan laki-laki itu.

“Dia sedang merayumu Thea. Kamu memang terlihat cantik hari ini.” Bisik Ingrid di belakang.

Thea hanya menggeleng, merespon ujaran Ingrid.

“Di cafe ini kami memiliki espreso terlezat. Omlete kami juga idola para pelanggan. Apa anda ingin mencobanya?” Thea memilih menawari laki-laki itu dengan menu yang ada di cafe.

“Iya.” Hanya itu sahutan laki-laki itu.

Thea segera mencatat pesanan laki-laki yang terus memandanginya. Thea menggaruk dahinya walau sebenarnya tidak gatal, hanya salah tingkah saja.

“Ini untuk bill-nya. Bisa anda bayar sekarang atau setelah selesai bisa tinggalkan di atas meja.” Ujar Thea.

Laki-laki itu tidak menjawab. Ia hanya memberikan dua lembar uang kertas dan berlalu pergi begitu saja menuju meja yang kosong.

“Saya akan mengantarkan kembaliannya bersama pesanan anda.” Ujar Thea yang tidak di tanggapi laki-laki itu.

Mendengar ujaran Thea, Ingrid kembali terkekeh.

“Nanti sore dia akan datang lagi dan mengajakmu tidur. Bersiaplah.” Ledek Ingrid dengan kerlingan mata nakal.

Thea hanya menggelengkan kepalanya, tidak mengerti dengan apa yang terjadi hari ini.

“Pergilah mengantar pesanan, biar aku yang membuat makanan.” Thea menaruh segelas espreso di atas baki juga omlete buatan Ingrid yang sudah jadi.

Diberikannya baki itu pada Ingrid, ia enggan untuk menghampiri laki-laki bermata tajam yang terus menatapnya itu.

“Kamu pengecut.” Ledek Ingrid yang tetap saja menurut mengantarkan makanan.

****

Terpopuler

Comments

elvi yusfijar

elvi yusfijar

jangan2 itu babang xavier yg nyusul thea,,,
ah makin ke sini makin penasaran thor

2023-02-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!