Wujud asli

Menjelang senja, Xavier dan Thea tiba d Goa. Xavier dibiarkan beristirahat sementara Thea mulai mengolah rusa lalu memanggangnya. tidak banyak yang ia lakukan selain membersihkannya, mengulitinya dan membuang beberapa bagian tubuh rusa yang tidak bisa dimakan.

Di tempatnya, Xavier masih memperhatikan nyala api sambil berpikir siapa sebenarnya yang tadi menyerang mereka. Setelah sekian lama tidak ada yang menyerangnya, baru sekarang lagi ada yang menyerang Xavier dan Xavier tidak mengetahui siapa pelakunya.

Biasanya ia akan melihat langsung suku mana yang menghadang dan menyerangnya lengkap dengan ancaman-ancama untuk menyerahkan dirinya.

“Apa kamu selalu di buru?” Tanya Thea di sela aktivitasnya membalik rusa yang sedang ia panggang. Rupanya tidak hanya Xavier yang sedang memikirkan serangan tadi, melainkan juga Thea.

“Beberapa kali saja. Dan baru sekarang mereka menyerang lagi.” Ungkap Xavier seraya membaringkan tubuhnya yang lelah lagi sakit penuh luka.

“Kalau pernah beberapa kali di buru, kenapa kamu masih tinggal di Godland suku tanah? Kenapa tidak berpindah ke suku lain. Mungkin saja di sana kamu lebih aman.” Thea masih dengan rasa penasarannya yang besar.

Xavier terdiam, ia memandangi nyala api yang sesekali membesar saat minyak dari rusa itu berjatuhan di atas api.

“Dimana pun aku berada, suku mana pun akan memburuku.” Ucap Xavier pelan, namun Thea masih mendengarnya.

“Apa karena kamu suka mencuri makanan mereka?” kali ini Thea menatap Xavier.

Xavier hanya memalingkan wajahnya dari Thea lalu menempatkannya di atas kedua tangan yang saling bertumpu.

“Ya aku paham. Kamu tidak memiliki pilihan lain selain mengambil makanan dari mereka tapi sepertinya kamu sidah tidak bisa melakukannya lagi. Ini demi keselamatanmu. Jadi mulai sekarang, berhentilah mengambil makanan mereka, agar mereka tidak terus memburumu.” Thea berusaha bijak.

Xavier hanya tersenyum kecil, rupanya Thea mengira Xavier diburu karena sering mengambil makanan. Padahal bukan semata-mata karena itu.

“Apa kamu akan selalu menyediakan makanan untukku? Kamu tidak ingin pulang?” Xavier merasa penasaran. Kali ini ia menatap Thea.

“Hem, aku tidak punya pilihan lain bukan? Tempat ini asing, tapi sepertinya aku bisa memulai hidup baru di sini. Toh aku juga tidak tahu bagaimana cara aku keluar dari tempat ini.” Ucap Thea dengan tenang. Ia melihat kesekelilingnya yang mulai gelap karena malam menjelang.

“Tapi, karena aku tidak mungkin berumur sepanjang serigala sepertimu, sebaiknya kamu mulai belajar membuat makananmu sendiri. Atau, belajarlah makan buah-buahan supaya kamu tidak perlu memasak makananmu.” Lanjutnya walau ia tahu itu tidak mungkin.

Xavier hanya terpekur memikirkan ucapan Thea. Seperti gadis ini memberitahunya cara bertahan saat nanti mereka berpisah.

“Rusanya sudah matang. Kita makan dulu.” Thea mengangkat rusa itu dari panggangan. Wanginya yang enak benar-benar mengundang selera makan Xavier.

“Kemarilah.” Ajak Thea.

Xavierpun mendekat dengan ringkih sambil menahan rasa sakit dari lukanya. Ia sudah sangat sering terluka seperti ini, namun ia tidak selalu terbiasa. Terlebih sepertinya anak panah yang mengenai tubuhnya kali ini memiliki racun yang membuat lukanya seperti tidak mau mengering dan aliran darahnya tidak mau mengering.

“Ini makanlah. Terima kasih karena membawaku kabur dari para pemburu itu.” Ucap Thea sembari memberikan bagian rusa bakar yang paling besar untuk Xavier.

Xavier hanya tersenyum dalam hati, harusnya ia yang meminta maaf karena membawa Thea dalam bahaya.

Sesi makan mereka nikmati begitu saja. Rasa daging rusa yang gurih benar-benar diluar dugaan Thea. Ia begitu menikmati rasa daging dari binatang yang selama ini hanya bisa ia pandangi karena kecantikan dan kelangkaannya.

“Baru kali ini aku makan daging rusa. Ternyata rasanya sangat enak.” Ungkap Thea dengan mulut penuh makanan. Matanya berbinar merasakan nikmatnya daging rusa.

“Oh ya? Apa di duniamu tidak ada rusa?” Xavier balas bertanya.

“Ada. Tapi diduniaku rusa ini salah satu binatang yang dilindungi karena keberadaannya hampiir punah. Astaga, apa aku akan menjadi penyebab musnahnya rusa di duniamu?” Tiba-tiba saja Thea menghentikan kunyahannya. Wajahnya terlihat merasa bersalah.

“Rusa di sini berumur pendek. Tanpa kamu memakannya pun mereka akan tetap mati. Pikirmu sebesar apa perutmu sampai akan menghabiskan persediaan rusa di dunia ini?” Xavier berdecik. Ada-ada saja pikiran Thea.

“Iya juga yaa, semoga saja. Aku tidak mau menjadi bagian dari sejarah Godland dan malah dikenal sebagai orang yang menyebabkan kepunahan rusa di Godland ini.” Timpal Thea seraya melanjutkan makannya dengan kembali bersemangat.

Melihat tingkah Thea, Xavier tersenyum kecil. Entah mengapa ia mulai sering tersenyum karena manusia satu ini.

Selesai makan, Thea dan Xavier sama-sama pergi ke tepi sungai. Mereka minum di sana. Namun hal aneh kembali terjadi saat kemudian air sungai yang mengalir itu mendadak beriak saat di sentuh Thea. Tidak hanya sedikit tapi riakannya sangat banyak.

“Apa air di Godland ini selalu seperti ini?” tanya Thea penasaran.

“Kenapa?” Xavier balas bertanya.

“Mereka menyembuhkan Lukaku.” Ucap Thea seraya memandangi telapak tangannya yang tidak lagi menyisakan luka akibat ketidakhati-hatiannya saat mengambil bambu.

Xavier yang penasaran ikut memandangi telapak tangan Thea yang terlihat mungil.

“Lukamu benar-benar sembuh?” Xavier ikut penasaran.

Thea mengangguk kecil. Iapun masih tidak habis pikir.

“Kamu pernah mandi?” berganti Xavier yang kini di tatap Thea penuh selidik.

“Apa maksudmu?” Xavier tidak suka dengan pertanyaan Thea barusan.

“Maksudku, kalau kamu coba mandi, mungkin saja lukamu bisa cepat sembuh sepertiku.” Pikiran itu melintas begitu saja di benak Thea.

“Mandi? Untuk menyembuhkan luka? Tidak!” Xavier memilih berjalan lebih dulu meninggalkan Thea dan kembali ke  Goa. Sejak menjadi serigala ia selalu merasa kedinginan walau memiliki bulu yang tebal, mana mungkin ia masuk ke dalam air untuk mandi.

“Di duniaku, mandi itu salah satu cara untuk membersihkan tubuh dari kuman dan kotoran. Kalau kamu punya luka lalu mencucinya, lukanya akan segera sembuh.” Terang Thea seraya membawa air di dalam wadah kecil beserta beberapa helai daun tanaman yang dipetiknya di pinggir sungai. Ia mengenali obat-obat ini sebagai penyembuh luka.

“Itu di duniamu, tidak berlaku diduniaku.” Tolak Xavier.

“Ucap serigala yang malas mandi.” Ledek Thea dengan melanjutkan kalimat Xavier.

Xavier hanya berdecik, bisa saja manusia ini meledeknya.

Sambil terkekeh geli melihat respon Xavier, Thea menumbuk beberapa lembar daun di atas batu. Memberinya sedikit air hingga daun-daun itu halus dan seperti bubur.

“Kemarilah, aku akan mengobatimu.” Ucap Thea.

“Tidak perlu, luka ini akan sembuh dengan sendirinya.” Tolak Xavier yang keras kepala.

“Kamu memang keras kepala. Makanya luka di tubuhmu juga ikut keras kepala tidak mau sembuh.” Ledek Thea seraya mendekat menghampiri Xavier. Ia bisa melihat luka Xavier yang terus mengeluarkan darah meski Thea sudah membebatnya.

Xavier akhirnya menyerah saat Thea menghampirinya. Thea membersihkan luka Xavier dengan hati-hati. Mencucinya dengan air hingga sisa-sisa darah mulai memudar.

“Aauuuu….” Xavier melolong saat luka yang dibersihkan Thea cukup sakit dan tidak bisa di tahannya.

“Bertahanlah sebentar.” Thea bisa membayangkan bagaimana sakitnya luka Xavier hingga ia melolong tidak tertahan. Dan ngomong-ngomong, baru sekarang Thea mendengar seperti apa lolongan Xavier. Penuh kesakitan.

Luka yang dibersihkan Thea semakin lama terasa semakin membaik. Xavier merasakan dinginnya air yang semula membasuh lukanya, kini mendadak hangat saat bertemu diusapkan oleh tangan Thea. Seperti air-air itu masuk ke dalam tubuhnya dan membuat aliran darahnya menghangat.

“Aaauuuu….” Xavier kembali melolong tapi bukan karena sakit.

“Menyingkirlah!” Xavier sedikit mendorong tubuh Thea menjauh saat ia merasakan sesuatu yang tidak biasa terjadi didakam tubuhnya.

Tubuhnya menghangat dengan tiba-tiba, seperti nyala api yang sempat padam selama ratusan tahun itu kini menyala kembali.

“Ada apa Xavier?” Tanya Thea yang terkejut. Ia hendak mendekat namun tiba-tiba ia melihat mata Xavier yang memerah.

“Aaauuuu….” Lagi-lagi Xavier melolong.

“Akh sial, ada apa dengan tubuhku.” Ucap Xavier yang meringis kesakitan.

Cakar-cakar dikukunya keluar dan ia mengejang lalu bangkit dengan sendirinya. Thea terhenyak kaget. ia mematung di tempatnya melihat perubahan yang terjadi pada tubuh Xavier.

“Aaaauuuuuuuuu….” Sebuah lolongan panjang keluar dari mulutnya sesaat sebelum tiba-tiba bulu-bulu di tubuhnya perlahan menghilang sedikit demi sedikit.

Postur tubuhnya pun berubah dan wajahnya yang semula menyeringai menakutkan perlahan berubah menjadi wajah sesosok manusia.

Tidak hanya itu, tubuhnya diliputi api yang menyala-nyala menutupi tubuhnya sementara matanya memerah.

Dalam beberapa saat, Xavier berubah. Ia bukan lagi seekor serigala melainkan sesuatu yang berwujud manusia dengan nyala api yang mengelilingi tubuhnya.

Thea yang kaget melihat kejadian itu, segera menjauh ia bersembunyi dibelakang sebuah batu besar dan memperhatikan dengan seksama apa yang terjadi pada Xavier.

Tunggu, apa ini wujud asli seorang Xavier? Seorang manusia kah?

*****

Terpopuler

Comments

Jama Sari

Jama Sari

mulane mandi

2023-01-24

2

Imas Karmasih

Imas Karmasih

karna sentuhan teakah

2023-01-24

1

Andiyani

Andiyani

😱gara2 kena airnya atau karna d obati Thea?🤔 lanjut kak...seru ini mah👍👍

2023-01-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!