Tak ada suara atau sapaan yang keluar dari mulut Arumi, wanita itu masih merasakan sakit hati, wanita itu masih merasakan perasaan yang begitu bercampur aduk. nanti tolong persiapkan untuk Arjuna semuanya karena mungkin hari ini Arjuna tidak kembali ke sini atau mungkin pulangnya malam nanti tolong Kamu urus semuanya ucap Satya.
"Hemm..,"
hanya jawaban itu yang dikeluarkan oleh si mbok, wanita itu wanita tua itu juga merasa kesal dengan semua yang dilakukan oleh Satya. wanita itu benar-benar ingin sekali menghajar Satya dengan begitu keras, namun tadi pagi dia sudah memukuli Satya dengan pentungan. toh terasa si mbok belum lega dengan semua yang sudah dia lakukan.
"Oh ya mbok, nanti bersihkan kamarku. ganti sprei dan semuanya. ganti semua dengan yang baru." pinta Satya.
"Hemm..,"
masih dengan jawaban yang sama, si mbok hanya mengatakan kata hem.
"Apa gigimu sakit, mbok?" tanya Satya.
tetap saja jawaban Si mbok hanya mengeluarkan sebuah kalimat, hem. Satya tahu wanita tua itu sedang marah dengannya, tatapan mata Satya kemudian menatap Arumi. wanita itu tidak menatap dirinya, tidak menyapanya tidak mengatakan apapun padanya.
"Kalian kira kalian melakukan hal ini Lalu aku akan takut atau aku akan mengatakan sesuatu? dengarkan Aku baik-baik, aku tidak peduli, ini semuanya adalah kehidupanku. ini semuanya adalah jalan yang sudah aku tempuh, aku bebas bersama siapapun, aku bebas tidur dengan siapapun." ucap Satya dengan begitu ringan.
Arumi yang Mendengar hal itu tentu saja wanita itu hanya bisa menahan sakit di dadanya, wanita itu hanya bisa menahan sesak yang begitu luar biasa. tak berselang lama terlihat Farida sudah keluar dari kamar kemudian duduk di ruang makan.
"Sayang." Panggil Farida.
Satya menoleh kemudian memberikan senyum kepada Faridah, sedangkan Arumi yang melihat hal itu nampak dia enggan untuk mengatakan apapun, pagi itu terasa Arumi sudah diberi racun yang sangat banyak. dia tidak akan membiarkan hidupnya hancur, dia tidak akan membiarkan Semuanya berakhir seperti itu.
"Sayang, nanti aku akan ke perusahaanmu ya. lagi pula perusahaanku kan ada acara bersama perusahaanmu." ucap Farida.
"Hari ini aku tidak ada di perusahaan, aku akan keluar mungkin aku pulang malam. Jika kamu mau ke perusahaanku kamu ke sana saja, lagi pula kamu sudah tahu kan di mana tempatku." jawab Satya.
Terlihat Satya sedikit melirik Arumi, wanita itu tidak menunjukkan ekspresi apapun, wanita itu tidak menunjukkan kemarahan, kekesalan atau ingin mengatakan sesuatu.
"Ayo Arumi, kita harus menyelesaikan pekerjaan kita. lagi pula di sini adalah tempat bagi orang-orang yang tidak punya martabat." ucap si mbok yang kemudian mengajak Arumi pergi ke belakang.
Satya merasa kalau Arumi tiba-tiba begitu berbeda, mungkin sakit yang dia rasakan ketika melihat suaminya bersama wanita lain.
"Sayang." Panggil Farida.
"Sudah diam, setelah ini kamu pergi dari rumahku. aku tidak ingin kamu membuat keributan di rumahku." perintah Satya.
Setelah meminum kopi dan mengambil roti Satya langsung pergi meninggalkan Farida sendiri, pria itu bergegas menuju tempat yang sudah diberitahu oleh salah satu anak buahnya. kebenaran mengenai rahasia yang selama ini tersembunyi.
"Enggar." Panggil Satya.
"Ya, tuan." jawab Enggar.
"Ayo kita berangkat." pinta Satya.
Langkah kaki Satya sudah meninggalkan rumah, sedangkan Arumi terasa hatinya benar-benar begitu gelap, segelap pemandangan yang tadi dia lihat.
Satya meminta Enggar melajukan mobilnya menuju tempat yang sudah dikatakan oleh salah satu anak buahnya, pria itu melaju dengan begitu kencang untuk segera mendapatkan keberadaan pria itu. setelah satu jam kemudian Satya sudah berada di salah satu tempat.
"Apakah kamu yakin ini tempatnya?" tanya Satya.
"Saya yakin, Tuan. anak buah kita sudah mengatakannya." jawab Enggar.
"Baiklah kalau begitu, aku mau menunggu di sini saja. lagi pula aku ingin tahu bagaimana mereka mendapatkan pria itu." jawab Satya.
Dengan begitu sabar namun terasa Satya benar-benar ingin menangkap sendiri orang itu, terlihat pria itu harus menahan amarahnya. salah satu tangannya dia tepuk-tepuk kan di kursi, terasa amarahnya harus tertahan karena dia belum mendapatkan sosok pria itu.
Sekitar 10 menit kemudian beberapa anak buahnya sudah mendapatkan informasi mengenai keberadaan pria yang dia maksud.
"Tuan, mereka sudah menangkapnya. mereka sudah mendapatkan keberadaan pria itu." ucap Enggar.
Setelah mendapatkan informasi seperti itu Satya meminta Enggar untuk melajukan mobilnya.
"Di mana tempatnya, Enggar?" tanya Satya.
"Di gedung depan Itu, Tuan." jawab Enggar.
Setelah sampai di tempat itu Satya keluar dari mobilnya, Dia menatap bangunan terbengkalai tersebut.
"Apa kamu yakin mereka ada di sini?" tanya Satya.
"Saya yakin, Tuan. jawab Enggar.
Satya keluar dari mobilnya, Dia membenarkan jasnya kemudian menatap bangunan terbengkalai tersebut.
"Kita masuk, Enggar." ucap Satya.
"Baik, Tuan." jawab Enggar.
Di salah satu ruangan gedung terbengkalai itu salah satu saksi pembunuhan itu bersembunyi. Satya harus mencari tahu mengenai kebenaran itu, dia harus mengetahui mengenai semua yang terjadi.
"Tuan." Panggil salah satu anak buah Satya.
"Di mana pria itu?" tanya Satya.
"Dia ada di dalam bersama keluarganya, Tuan." jawab anak buah Satya.
"Baiklah kalau begitu, tapi kalian tidak melakukan sesuatu kepada keluarganya, kan?" tanya Satya.
"Tidak, Tuan." jawab anak buah Satya.
Pintu kusam tersebut dibuka, di sana terlihat pemandangan seorang wanita tua bersama anak-anak kecil yang mungkin itu adalah cucu dari si pria. tatapan mata pria yang bernama Choirul tersebut menatap Satya, pria itu masih ingat dengan putra dari Fathoni, putra dari temannya juga teman ayah Arumi.
"Selamat pagi, tuan Choirul. bukankah kau adalah tuan Choirul sahabat dari Ayahku dulu?" tanya Satya yang sudah berada di tempat itu.
Istri dan cucu Tuan Choirul nampak menatap seorang pria yang sudah masuk ke sana.
"Takut...,kakek takut..," ucap dua cucu tuan Choirul.
"Bawa mereka masuk dahulu, jangan biarkan mereka melihat apa yang akan aku lakukan." pinta Satya.
Mendengar perkataan seperti itu istri Tuan Choirul nampak memohon untuk melepaskan mereka semuanya.
"Tuan, apa salah kami? Kenapa Tuan ingin melakukan sesuatu kepada kami?" tanya istri Tuan Choirul.
"Tidak ada apa-apa, Nyonya. kamu tenang saja, Aku hanya ingin bertanya kepada suamimu. aku jamin aku tidak akan melakukan apapun kok." jawab Satya.
"Masuklah, istriku. aku akan baik-baik saja, kamu tenang saja." ucap tuan Choirul.
istri dan cucu tuan Choirul masuk ke salah satu ruangan, sedangkan tuan Choirul nampak menatap putra dari Fathoni temannya dahulu.
"Bolehkah aku menanyakan sesuatu, Paman?" tanya Satya.
"Ada apa?" tanya Tuan Choirul.
"Apakah ada sebuah kebenaran yang harus aku dengarkan?" tanya Satya.
"Apa maksudmu?" tanya balik Tuan Choirul yang pura-pura tidak mengetahui apapun.
"Kamu tidak usah berpura-pura seperti itu, aku tanya sekali lagi padamu. Apakah ada sesuatu yang harus aku ketahui?" tanya Satya yang membuat Tuan Choirul langsung terdiam.
** Bersambung **
Mohon dukungannya di novel baruku, dan jangan lupa dukung novelku yang lain.
- Isteri kesayangan tuan besar
- ku balas pengkhianatanmu
- Gairah cinta isteri muda
- One night stand with mister William
- Gairah terlarang
- Isteri bayaran tuan Presdir
- aku mencintai isteri yang ku benci
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
lovely
gua stop baca klo c Arumi masih bodohhh mau aja nma s Satya ga punya harga diri cinta harus pke akal sehattt
2023-01-23
2