*KEESOKAN PAGI*
"Mbok, kopinya." pinta Satya.
tanpa menjawab si mbok memberikan apa yang diminta oleh Satya. sesaat kemudian Satya mulai meminum kopi yang dibuat oleh si mbok.
"Kok rasanya beda, mbok? Siapa yang buat kopi ini?" tanya Satya.
"Mbok, yang bikin itu mbok." jawab si mbok.
"Lalu, kopi yang biasanya aku minum dibuatkan siapa. kok rasanya beda sama ini?" tanya Satya.
"Biasanya yang bikin itu Arumi." jawab mbok.
"Kenapa wanita itu yang membuatkan aku kopi, mbok. aku sudah bilang Kan kalau aku tidak suka semua yang dia buatkan." Satya yang mulai kesal.
"Ya sudah kalau begitu, Kamu tidak usah marah-marah minum saja kopinya." jawab kesal mbok dengan raut wajah yang bisa dilihat oleh Satya.
"Lalu, kemana wanita itu? Kenapa dia tidak membersihkan rumah?" tanya Satya.
"Dia sedang sakit." jawab singkat mbok.
"Aku tidak mau tahu, minta wanita itu untuk membersihkan rumah. aku tidak mau menghidupi orang yang tidak melakukan apapun." ucap Satya dengan kata-kata yang pedas.
si mbok yang Mendengar hal itu nampak wanita itu menahan emosinya.
"Cepat suruh wanita itu bekerja, mbok!" perintah Satya.
BRAKK..
seketika mbok langsung menggebrak meja makan itu dengan salah satu mangkok yang ada di tangannya.
"Kamu ini manusia apa tidak sih! mbok kan sudah bilang kalau wanita itu sedang sakit, kenapa kamu selalu memaksa dia untuk bekerja. dia itu manusia dia bukan hewan, Walaupun dia hewan dia masih mempunyai hak untuk hidup!!" seru si mbok dengan kekesalan yang sangat luar biasa.
Satya yang melihat hal itu, pria itu langsung tersedak ketika dia hendak minum kopi.
UHUKK..
UHUKK..
Satya tersedak ketika mendengar mbok Sri marah.
"Kenapa mesti marah sih mbok?" tanya Satya.
"Bagaimana mbok tidak marah, kamu ini tidak mempunyai hati sama sekali. kamu selalu menyiksa wanita itu, dia itu manusia bukan binatang. kamu ini mempunyai hati tidak sih!!" seru si mbok.
"Aku tidak akan mempunyai hati kepada wanita itu, mbok. mbok tahu sendiri kan kalau Ayahnya sudah membunuh ayahku, Aku tidak akan membuat pemikiranku ini berubah. akan kubuat Dia menderita." jawab Satya.
"Apa kamu yakin kalau ayah dari wanita itu yang membunuhnya, Kalau benar ayahnya sudah membunuh ayahmu lalu apa kesalahannya? Kenapa kamu melimpahkan semua kesalahan ayahnya kepada dia, dia tidak ikut membunuh ayahmu. Bahkan dia tidak tahu apapun!" teriak si mbok.
"Aku tidak peduli mbok, aku pasti akan membuat wanita itu tersiksa." jawab Satya.
"Semoga saja kebenaran akan terbuka, jika memang benar ayah dari Arumi yang membunuh ayahmu lalu apa kesalahan wanita itu? tapi jika ayah dari Arumi bukan yang membunuh ayahmu, Lalu bagaimana kamu akan bertanggung jawab. Lalu, andai kata jika suatu saat kamu jatuh cinta kepada wanita itu, aku berdoa agar Arumi tidak pernah memiliki perasaan padamu. agar wanita itu tidak memiliki hati untuk orang brengsek sepertimu!" seru si mbok dengan kekesalan yang sangat luar biasa.
Setelah mengatakan itu si mbok langsung pergi meninggalkan Satya, wanita tua itu benar-benar tidak bisa menahan amarahnya. dia meluapkan segala kekesalannya kepada Satya.
"Aku tidak akan pernah jatuh hati kepada wanita itu, Aku tidak akan pernah memiliki perasaan kepada wanita itu. andaikata aku menemukan kebenaran pasti kebenaran itu seperti yang sudah aku ketahui, aku yakin ayah dari Wanita itu sudah membunuh Ayahku." ucap Satya yang kemudian memakan makanan yang sudah dimasak oleh si mbok.
Arumivsendiri yang berada di kamar nampak wanita itu sedang tidak enak badan, tubuhnya sedikit menggigil dengan semua perasaan yang bercampur aduk.
"Kenapa tubuhmu panas seperti ini, Arumi?" tanya Rina.
"Tidak tahu Mbak." jawab Arumi.
"Ya sudah, kamu minum obat dulu setelah itu istirahat ya." pinta Rani.
"Iya Arumi, kamu istirahat dulu nanti kalau kamu sakit malah kamu tidak mempunyai pertahanan untuk melawan wanita itu." ucap Enggar.
"Terkadang aku berharap aku mati saja Mas, aku sudah tidak kuasa aku melihat dengan kedua bola mataku ini saat suamiku bersama dengan wanita itu. mereka masuk ke dalam kamar itu, Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan." ucap Arumi.
"Apa kamu masih menganggap pria itu suamimu, Arumi? Buat apa kamu menganggap dia suamimu, dia itu tidak akan pernah mencintaimu." Rani yang benar-benar kesal.
"Aku tidak tahu Mbak, secara agama dan negara Aku ini adalah istri mas Satya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan." jawab Arumi.
"Mas Enggar hanya berharap kalau kamu baik-baik saja, kamu harus menjaga dirimu. minum obat agar kamu cepat sehat." pinta Enggar.
"Iya mas, terima kasih ya." jawab Arumi.
semangkuk bubur sudah dibuatkan oleh Rani, wanita itu nampak begitu perhatian kepada Arumi. Rani dulu bernasib sama sebelum bertemu dengan Enggar, dulu kekasihnya selalu kasar kepada Rani. bahkan Rani sering sekali dipukul, Enggar membawa Rani pergi dari kekasihnya. menikahi wanita itu dan pindah dari desa Rani.
"Ya sudah Mas, kamu berangkat kerja sana nanti malah pria itu kemari, kalau nanti pria itu kemari dia bisa marah-marah kalau melihat Arumi tiduran seperti ini." ucap Rani.
"Ya sudah, Mas pergi dulu ya. assalamualaikum." pamit Enggar.
"Waalaikumsalam." jawab Arumi dan Rani.
"Kamu makan dulu ya, Arumi. Mbak mau membersihkan dapur dahulu." ucap Rani.
"Maaf ya Mbak, aku tidak bisa membantumu." Arumi yang merasa bersalah.
"Kamu Jangan pikirkan itu, nanti kalau kamu sudah sembuh kamu kan bisa bekerja lagi. sekarang kamu istirahat, besok pagi biar kamu sehat. apalagi wajahmu itu sedikit melepuh karena disiram sup oleh wanita itu." ucap Rani.
"Terima kasih ya Mbak." jawab Arumi yang kemudian beristirahat.
Pagi itu Satya akhirnya Pergi Tanpa marah kepada Arumi ataupun mencari keberadaan wanita itu.
"Si mbok Itu benar-benar menyebalkan, Kenapa dia harus marah padaku." gerutu Satya.
"Memangnya ada apa, Tuan?" tanya Enggar.
"Itu tuh, si mbok marah kepadaku karena aku menanyakan keberadaan wanita tidak tahu diri itu." jawab Satya.
Mendengar perkataan Satya Enggar tidak mengatakan apapun, dia takut kalau dia berbicara Satya akan mencari Arumi dan memberikan pelajaran kepada wanita itu.
"Apa kita ke perusahaan, tuan?" tanya Enggar.
"Tentu saja kita ke perusahaan, Enggar. Memangnya mau ke mana." jawab Satya.
Sekitar beberapa menit kemudian wanita tidak tahu diri, wanita pelakor dan wanita super duper berhati gelap itu menelpon Satya.
"Tuan, Mbak Farida menelpon." ucap Enggar.
"Biarkan saja Enggar, Aku capek melihat wanita itu." jawab Satya.
Mendengar jawaban seperti itu Enggar langsung terdiam, ternyata benar apa yang ada di pikiran Enggar mengenai keberadaan Farida.
"Jadi tuan Satya masih tidak menyukai wanita itu, keberadaan wanita itu hanya untuk menyakiti Arumi." ucap Enggar dalam hati yang kemudian melajukan mobilnya.
** Bersambung **
Mohon dukungannya di novel baruku, dan jangan lupa dukung novelku yang lain.
- Isteri kesayangan tuan besar
- ku balas pengkhianatanmu
- Gairah cinta isteri muda
- One night stand with mister William
- Gairah terlarang
- Isteri bayaran tuan Presdir
- aku mencintai isteri yang aku benci
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments