Terlihat Sean remaja yang pulang membawa 2 potong roti. Sean berjalan ke arah wanita kurus yang merupakan ibunya.
"Bu.. Makanlah. Sean mendapatkan 2 potong roti hari ini." Ucap Sean sembari menyerahkan roti tersebut kepada ibunya.
"Uhuk.. uhuk.. Dari mana kamu mendapatkan 2 potong roti ini Sean? Apakah kamu mencuri lagi di pasar?" tanya ibunya.
"Mmm.. Mmm... Tapi saya hanya mengambil 2 potong roti bu. Saya tidak mengambil barang yang lain." kata Sean membela diri.
"Itu tetap sama saja mencuri Sean. Jangan mencuri lagi. Ibu takut suatu hari nanti kamu akan tertangkap. Ibu tidak mau kamu celaka. Uhukk.." nasehat ibu kepada Sean.
"Baiklah bu." jawab Sean yang mencoba menuruti ibunya.
"Apakah ibu sudah minum obat?" tanya Sean lagi.
"Belum.. Uhukkk.. Sean tolong kamu masak obat ya." kata ibu dengan suara napas yang sesak.
"Ba.. Baik bu." jawab Sean sambil beranjak dan menuju belakang rumah.
Terdapat sebuah tungku yang besar. Dibawah tungku terdapat perapian untuk memasak menggunakan kayu bakar. Sean mengambil sebuah keranjang kecil dengan tutup yang tergantung di sudut dinding gubuk tersebut. Dia membuka tutup keranjang. Terlihat terdapat beberapa tumpuk obat herbal yang menyerupai rumput kering.
"Obat itu akan habis. Bagaimana ini? Saya sudah kehabisan uang untuk membeli obat ibu." gumam Sean.
"Besok saya akan berusaha lagi mencari pekerjaan." pikir Sean.
Setelah selesai memasak obat. Sean memberikan obat ke ibu. Setelah itu mereka pun beristirahat.
Keesokan paginya.
"Critt.." bunyi suara pintu reot ketika dibuka oleh Sean.
"Aduh.. Dasar pintu rusak. Ibu bisa terbangun jika seperti ini." keluh Sean.
"Sean? Kamu mau kemana pagi-pagi begini?" Tanya ibu yang terbangun dan melihat Sean hendak keluar rumah.
"Ehh ibu... He.. He.. Maaf bu telah membangunkan ibu. pagi ini saya akan pergi ke kota untuk mencoba mencari pekerjaan bu." jawab Sean yang sudah bersiap untuk pergi.
Sean sampai di kota.
"Dimana ya saya bisa mendapatkan kerja?" gumam Sean.
Lalu terdengar suara. "Mari kawan... Mari kawan... Siapa yang mau bergabung?"
Sean melihat asal suara tersebut. Ada keramaian dari asal suara tersebut. Sean pun datang menghampiri tempat tersebut. Terlihat seorang pria membagikan secarik kertas. di atas kertas tertulis "Siapa yang butuh pekerjaan?Bergabunglah dengan kami di pelabuhan sore ini."
"Nak, kamu mau bergabung? Sepertinya kamu butuh pekerjaan?" tanya pria yang membagikan kertas seperti brosur tersebut.
"Tentu saja saya mau." jawab Sean dengan semangat.
"Datanglah sore ini ke pelabuhan. Akan ada banyak pekerjaan disana." ajak pria tersebut.
Sean pun pulang dengan gembira.
"Bu.. Ibu... Lihatlah." ujar Sean berlari menghampiri ibu dengan menunjukkan kertas pekerjaan tersebut.
"Apa itu Sean?" tanya ibu yang kebinggungan.
"Lihatlah bu. Saya sudah mendapat pekerjaan. Sore ini saya akan ke pelabuhan untuk bekerja." kata Sean penuh harapan kepada ibu.
"Baguslah nak. Semoga kamu dapat pekerjaan yang baik." doa ibu Sean.
Sore pun tiba. Sean pergi ke pelabuhan sesuai yang tertulis di kertas. Terdapat sekitar 30 orang yang juga datang ke pelabuhan tersebut.
"Ternyata lumayan banyak yang datang." gumam Sean setelah melihat banyak yang berbaris menunggu.
"Halo semua." ujar seorang pria memakai topi panjang seperti pesulap.
"Perkenalkan nama saya Joy. Saya yang akan memberi pekerjaan kepasa kalian semua." ujar pria tersebut.
"Apa pekerjaan kami pak?" tanya salah satu orang yang menunggu di pelabuhan bersama Sean dan lainnya.
"Cukup mudah. Saya hanya ingin kalian memindahkan peti-peti kayu yang ada di gudang ke dalam kapal." jawab pria yang bernama Joy tersebut sambil menunjuk ke sebuah gudang.
"Kalian semua akan bekerja selama 10 hari. Setelah selesai, saya akan membayar penuh kalian." ucap Joy sambil melempar kantong berisi uang ke Sean beserta lainnya.
"Itu adalah uang muka untuk kalian. Ayo sekarang mulai bekerja semuanya." perintah Joy kepada semuanya.
Semua bersedia bekerja. Satu per satu peti dipindahkan dari gudang ke kapal. Malam pun tiba. Sean yang pulang membawa uang segera membeli obat dan makanan untuk sang ibu.
"Ibu, Sean pulang." sapa Sean.
Ketika membuka pintu. Sean melihat ibunya terbaring di lantai.
"Oh tidak. Ibu.. Ibu.. Apa yang terjadi?" tanya Sean yang langsung menghampiri tubuh ibunya yang terbaring di lantai.
Sean memeriksa tubuh ibu. lalu dia mengendong ibu ke tempat tidur. Ibu Sean perlahan-lahan tersadar.
"Sean.. Uhuk.. Uhuk.." sahut ibu.
"Ibu.. Apa yang terjadi? Kenapa ibu bisa terbaring di tanah?" tanya Sean.
"Tidak apa-apa Sean. Ibu ingin mengambil air. Tetapi tubuh ibu tadi terasa lemah sehingga ibu jatuh di lantai." jelas Ibu.
"Ibu. Maafkan Sean bu. Sean janji akan mengobati penyakit ibu. Sean akan mencari uang yang banyak bu." Ujar Sean yang berlinang air mata.
"Anak baik.. Anak baik.. Sudah tidak apa-apa. Ibu senang kamu sudah pulang. Ayo pergi istirahat Sean." ujar ibu.
Sean segera membersihkan diri dan memasak makanan serta obat untuk ibu. mereka lalu makan bersama.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini Sean?" tanya ibu sambil makan.
"Saya bekerja memindahkan barang dari gudang ke kapal bu." jelas Sean
"Tadi boss telah memberikan kami semua uang muka. pekerjaan akan diselesaikan dalam 10 hari. Jika sudah selesai kami akan dibayar penuh." jelas Sean.
Hari demi hari berlalu. Sean telah bekerja selama 7 hari. Semua baik-baik saja sampai suatu hal terjadi.
"BRUAKK" suara peti terjatuh dan tutupnya terbuka. Terlihat senjata api keluar dari dalam peti dengan berantakan. Salah satu orang yang bekerja memindahkan barang tidak berhati-hati dan menjatuhkan peti tersebut.
"Sen..senjata api?" Sean terkejut melihatnya. tidak hanya Sean, semua yang ada di tempat itu juga terkejut melihat isi peti tersebut. Tak beberapa lama kemudian Joy datang.
"Ho... Rupanya ada yang tidak berhati-hati merusak barangku." kata Joy.
"Tuan. Bukankah memiliki senjata api itu tindakan ilegal. Apalagi sekarang tuan hendak mengirimkannya ke tempat lain." Jelas Sean.
"Iya, saya tau bocah. Tapi itu bukan urusanmu. Ha.. Ha.. Kalian semua akan aman dan tetap saya bayar jika kalian meneruskan pekerjaan kalian dan tutup mulut." jelas Joy.
"Jika kalian ada yang berani melapor kepada Polisi. maka kalian semua akan MATI." ancam Joy kepada semuanya.
Sean tidak punya pilihan selain meneruskan pekerjaannya. Dia memikirkan ibunya yang sedang sakit. Semua juga meneruskan pekerjaan seperti tidak terjadi apa-apa. Hari kesepuluh pun tiba. Semua peti telah dipindahkan ke kapal. Kini Sean dan lainnya menunggu di gudang untuk dibayar. Seorang pria datang dan bertanya :" tuan bagaimana gaji mereka semua."
"BUNUH MEREKA SEMUA!!!" jawab Joy.
Bersambung...
Ayo teman-teman. Semakin seru cerita HAI.. MALAIKAT MAUTKU. Ikuti terus ceritanya ya. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Indah Batam
cemungut Thor 💪🥰🥰
2023-02-19
2