Bukan Pengantin Terpilih

Bukan Pengantin Terpilih

BAB 1 Pernikahan

“Kenapa kau pergi begitu saja, kakak?"

Nada berseru pada angin sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Helaan nafas panjang kembali terdengar entah sudah berapa kali.

Sorot kesedihan masih sangat terlihat di wajahnya meski tertutup oleh make up. Gita, kakaknya benar-benar tak bertanggung jawab dan pergi begitu saja. Nada terpaksa harus menggantikan posisi kakaknya agar keluarga tak menanggung malu.

Tubuhnya yang di balut baju pengantin terlihat begitu cantik, namun tanpa sadar setetes air mata itu kembali mengalir membasahi pipinya. Terpaksa menelan kenyataan menikah dengan orang yang tidak ia cintai.

Wajah yang serupa malah membuatnya semakin sakit. Lihatlah bahkan tak ada perbedaan sedikit pun di sana. Ukuran bajunya pun sama. Nada sangat terlihat seperti kakaknya, Gita. Sulit di bedakan.

Hatinya sesak dengan fakta kembarannya kabur di hari pernikahan. Padahal Gita orang yang begitu mengerti dirinya.

Nada menunduk dalam dengan kedua tangan menggenggam erat gaun pengantin putih yang dia kenakan. Tak peduli make up wajahnya akan berantakan. Dia tak mengerti harus senang atau sedih dengan pernikahan yang akan berlangsung beberapa menit lagi.

Rasa bimbang, takut, kecewa, sedih, bercampur aduk mengoyak hati. Dia merasa marah sekaligus sedih karena harus menjadi pengantin pengganti dan menikah dengan orang yang mencintai kakaknya. Takdir memang tidak terduga.

Tok. Tok. Tok.

Nada segera menyeka air mata begitu suara ketukan pintu terdengar, berbalik untuk membuka pintu yang sengaja dia kunci. Dia menghela nafas pelan untuk menenangkan diri. Setelah merasa lebih baik dia membuka pintu dengan senyuman tipis di wajah.

“Kamu sudah siap?”

Nada mengangguk kecil sebagai jawaban dari pertanyaan Ervin, ayahnya. Meski wajah ayahnya terlihat tanpa beban namun Nada tahu ayahnya masih sangat terpukul dengan kepergian tiba-tiba Gita.

“Jangan bilang putri ayah habis menangis?!” Ervin mengusap lembut pipi putrinya yang masih terasa basah bekas air mata. Mata kelamnya menatap sendu wajah Nada. Ada kesedihan yang mendalam di sana.

Nada mengulum senyum, meraih menggenggam tangan Ervin erat. “Aku baik-baik saja, ayah tidak perlu cemas” Ucap Nada dengan lirih “Lihatlah mata ayah juga sembab”

“Ayah menangis bahagia, nak” Kilah Ervin mengulum senyum tulus “akhirnya putri ayah menikah juga”

Mata Nada kembali memanas, air di pelupuk matanya meronta ingin keluar. Ayahnya begitu kuat menerima setiap rasa kehilangan yang datang. Pertama kepergian ibu ketika Nada masih di bangku SMP dan sekarang Gita kembarannya yang pergi begitu saja. Hanya Nada yang Ervin punya sekarang. Pria yang mulai menua itu tampak begitu tegar dan kuat.

“Jangan menangis. Kamu terlihat lebih cantik saat menangis” Ervin menyeka air mata yang mengalir di wajah putrinya lembut. Kemudian menggengam tangan Nada "Maaf, karena kamu harus menanggung semuanya"

Nada menggeleng, "Tidak papa ayah. IIni buan salah ayah. Nada juga terima semua dengan lapang"

Ervin mengulum senyum lalu mengangguk. Kemudia ia melipat tangan bersiap menggandeng putrinya. “Ayo, calon suamimu sudah menunggu”

Nada menatap ayahnya ragu sampai sebuah anggukan kecil ayahnya membuat nada merasa sedikit tenang. Dia menghela nafas pelan lalu menyambut, mengaitkan tangan pada gandengan ayahnya. Detak jantung Nada meningkat ketika pintu utama terbuka membuat riak-riuh tamu undangan bersautan.

Pandangan Nada terkunci begitu melihat pria dengan setelan jas hitam berdiri gagah di depan sana. Tentu saja itu Daffa, pria bertubuh tinggi dengan wajah di atas rata-rata, tak lupa ada senyuman manis tercipta. Seketika tubuh Nada menjadi panas dingin. Apa benar senyuman itu untuknya?

“Tenanglah” lirih Ervin sadar putrinya di landa rasa gugup.

Nada mengangguk kecil, mengikuti setiap langkah Ervin membawanya. Tubuhnya membatu begitu sampai di hadapan orang yang akan menjadi suami. Ervin mengulum senyum memberikan tangan putrinya pada Daffa.

“Tolong cintai dan sayangi dia sebagaimana kamu mencintai Gita” Seru Ervin sungguh-sungguh “Ayah percayakan Nada padamu. Jaga dia dengan baik”

Daffa mengulum senyum sambil mengangguk kecil, menarik Nada untuk berdiri di sampingnya. Tanpa sadar Nada menghela nafas berkali-kali karena gugup, memaksa tersenyum ketika sumpah pernikahan berlangsung.

“Silahkan bertukar cincin”

Nada tersentak ketika Daffa meraih tangan. Ia memasangkan cincin di jari manis Nada. Detik berikutnya berganti jadi Nada memasangkan cincin pada jari manis Daffa. Ada sedikit rasa takut ketika matanya tak sengaja bertemu dengan mata Daffa yang menyorotkan rasa tak suka. Lagi-lagi Nada memaksa tersenyum saat suara tepuk tangan memenuhi gedung.

“Cium….Cium….Cium”

Tubuh Nada menegang seketika mendegar sorakan tamu undangan. Astaga apa mereka gila? Nada saja baru dua kali bertemu dengan Daffa. Pertemuan pertama itu pun hanya sekedar saling menyapa saat Gita mengenalkan Daffa padanya dan kedua ya saat ini. Kami tidak sedekat itu sehingga bisa berciuman. Oh ayolah, meski sekarang Daffa suaminya, tetap saja canggung.

Nada tak berkutik ketika Daffa membalikan tubuh menghadap dirinya. Matanya tak berkedip sama sekali ketika Daffa mulai mendekatkan wajah. Tanpa sadar Nada memejamkan mata dengan kedua tangan meremas gaun pengantin dengan kuat.

Cup.

Rasa takut itu seketika mereda ketika Nada merasakan sesuatu yang lembut menyentuh dahinya. Ternyata Daffa mencium di dahi dan bukan di bibir.

“Jangan harap aku akan menciummu, bibirku hanya milik Gita” bisik Daffa dingin tepat di telinga Nada.

Nada cukup tau diri untuk tidak meminta Daffa mencintainya karena ia tahu cinta Daffa masih untuk Gita kembarannya. Meski hati Nada hancur menerima kenyataan bahwa dia menikah dengan laki-laki yang tak mencintainya. Tapi ia juga ingat sejak awal dia hanya sebagai pengganti.

Nada tersenyum miris, meruntuk dalam hati, “Sadarlah Nada kamu hanya pengganti”

Lagi-lagi Nada memaksa tersenyum ketika suara tepuk tangan tamu memenuhi gedung. Mata Nada melirik sang Ayah yang tampak menangis bahagia sambil bertepuk tangan. Dia ingin berlari memeluk ayahnya erat, menangis mengadu bahwa Daffa tak menginginkannya.

Bahkan Nada ragu bisa mempertahankan pernikahannya nanti. Hidup satu atap dengan orang yang jelas-jelas tak ingin dirinya mungkin akan sangat melelahkan. Masih sambil menatap sang ayah setetes air mata itu tanpa sadar lolos membasahi pipi.

...----------------...

Senyuman Nada tak pernah luncur ketika tamu berdatangan menyalami, memberi selamat. Sejujurnya dia lelah terus berdiri, belum lagi sepatu high heels yang dia kenakan lumayan tinggi. Daffa yang melihat kegelisahan Nada menoleh hendak membuka suara, namun suara lain menghentikannya.

“Selamat atas pernikahannya, Daffa” Seru Pria seumuran Daffa dengan satu tangan di masukan ke dalam saku celana. Dia tersenyum miring sambil melirik Nada “Ah, bukannya calon istrimu bernama Gita kenapa berubah menjadi Nada”

Pria itu terkikik senang melihat wajah kesal Daffa. Rahang Daffa mengeras dengan kedua tangan mengepal menahan amarah. Perlahan Nada menggenggam tangan Daffa berniat menenangkan dan berhasil. Daffa sedikit melunak menoleh menatap Nada lembut.

“Maaf, anda menghambat tamu lain” Tegur Nada “Tak baik orang terhormat menggangu hanya karena ingin mencela. Terima kasih telah memberi selamat”

Nada tersenyum tipis, ketika pria itu memalingkan muka berjalan cepat menjauh dari sana. Tatapan Nada beralih pada Daffa yang juga menatapnya, repleks Nada melepas gengaman tangan.

“Maaf karena lancang memegang tanganmu” Lirih Nada sambil mengalihkan padangan kembali ke depan “Itu gerakan spontan”

Daffa tak menyahut atau menanggapi, dia hanya terdiam seolah tak terjadi apa-apa.

Suasana canggung semakin mendominasi sampai suara teriakan mengalihkan atensi Nada. Melihat Clara berjalan menghampirinya, Nada spontan menutup wajah dengan kedua tangan, malu. Punya sahabat ko se-bobrok itu. Gak tau kondisi main teriak-teriak aja.

“Nada, selamat atas pernikahannya!”

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

baru mampir thor lanjut

2023-10-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!