BAB 9 Pria Genit!

Setelah memakan waktu 17 jam penerbangan Nada dan Daffa telah tiba di Swiss. Tak ada yang menyenangkan di perjalanan karena Daffa sepanjang perjalanan sibuk dengan laptopnya.

Mengacuhkan Nada yang mati kebosanan dan berakhir mengisi perjalannnya dengan tidur.

Dengan malas Nada mengekor langkah Daffa masuk ke dalam area hotel. Tidur lama di pesawat membuat tubuh malah terasa sakit. Jika saja tidak malu Nada ingin meminta Daffa untuk menggendongnya.

Sayang itu hanya sebuah ilusi. Bertatap muka dengan raut wajah dingin Daffa saja sudah membuat nyali ciut.

“Sayang, tidak apa-apa memesan suite room?”

Seruan perempuan yang berdiri di samping Daffa mengalihkan atensi Nada. Tak menyangka saja bisa bertemu dengan orang dari Negara yang sama. Perempuan itu tak sendiri tapi bersama seorang laki-laki yang berdiri di belakangnya.

“Hm, pesanlah sesukamu” Seru si pria.

Hati Nada menceos begitu melihat perlakuan manis pria itu pada perempuan bersurai sebahu. Dirinya sih boro-boro begitu yang ada di acuhkan sepanjang perjalanan. Nada yakin liburan akan sangat menbosankan.

Pandangan Nada beralih menatap punggung tegap Daffa. Orang yang menyandang status suaminya itu masih sibuk berbicara membahas kamar hotel dengan pegawai resepsionis. Entah apa yang di bicarakan. Satu yang pasti, kaki Nada mulai merasa pegal karena terus berdiri.

Lamunan Nada buyar ketika merasa ada yang memperhatikan. Benar saja, laki-laki yang berdiri di samping Nada menatapnya intens. Tidak masalah jika sekedar menatap, tapi laki-laki itu menatap Nada sambil memainkan bibir menggoda dengan mengedipkan mata genit.

Bugh.

Mata Nada membulat dengan mulut menganga karena terkejut. Baru saja dia akan melepas sepatu untuk menghajar kelancangan laki-laki itu. Daffa sudah lebih dulu meninju wajah pelaku sampe tersungkur ke lantai. Menarik atensi para pengunjung hotel.

“SHE IS MY WIFE!” Teriak Daffa dengan begitu tegas.

Tak lama tubuh Daffa berbalik menatap Nada yang mematung mencoba mencerna situasi. Mata Nada mengejap menatap Daffa linglung, lalu dalam sekali tarikan tubuh Nada sudah ada dalam dekapan.

...----------------...

“Terima kasih”

Nada menyungging senyum menanggapi, kedua tangannya sibuk membereskan peralatan p3k. Tak lama kepalanya spontan menoleh begitu dengusan kasar Daffa terdengar. Suaminya itu terlihat kesal sejak Nada bersuka rela mengobati orang yang Daffa Hajar.

Tapi, di sisi lain Nada tak bisa mengabaikan orang yang terluka mengingat dirinya adalah seorang dokter. Lagian sepasang suami istri yang bernama Lia dan Andri tidak seburuk dugaan. Ya, walau memang Andri kegenitan dan senang menggoda.

“Sekali lagi maaf atas sikap kurang ajar suami saya” Lia berseru lirih dengan raut wajah penuh sesal.

“Ajari suami anda sopan santun” Celetuk Daffa dengan wajah datarnya.

Nada menyungging senyum kaku, menggenggam lengan suaminya. Dia merasa tak enak hati karena sejak tadi Daffa terus saja menyindir, bertutur pedas tentang Andri. Padahal pria itu sudah memohon maaf berkali-kali. Bahkan hampir saja bersujud di depan kaki Nada.

Merasa suasana menjadi begitu dingin, Nada bangkit dari duduk “Memar di pipinya tidak terlalu parah, dua atau tiga hari akan sembuh. Kami permisi”

“Tunggu” Cegah Lia buru-buru berdiri meraih paper bag coklat di sampingnya “Karena kamu tidak mau menerima uang. Terimalah ini sebagai permintaan maaf”

Nada melirik sang suami meminta persetujuan. Namun, melihat Daffa tak bergeming dapat Nada simpulkan sebagai persetujuan.

“Terima kasih” Nada berseru ramah menerima paper bag coklat.

“Sama-sama” Sahut Lia dengan senang hati. “Saya sungguh menyesal atas perbuatan suami saya. Sekali lagi saya mohon maaf”

“Sudah saya maafkan. Kalo begitu kami permisi”

Nada menarik Daffa keluar kamar hotel Lia dan Andri sebelum suaminya kembali melontarkan omongan pedas.

Mereka berjalan dalam keheningan menyusuri koridor hotel. Kamar mereka hanya terpaut jarak dua kamar dari kamar Lia dan Andri.

Klik.

Pintu kamar terbuka setelah Daffa memasukan kartu. Nada lebih dulu berjalan masuk ke dalam kamar di sertai helaan nafas lega. Di hempaskan tubuh ke kasur king size yang terasa begitu empuk.

Nada begitu nyaman rebahan di kasur sampai rasa kantuk itu menyerah. Matanya hampir saja terpejam penuh sebelum tiba-tiba suara tegas terdengar.

“Bersihkan dirimu sebelum tidur! Kau ini dokter tap_”

“Aku tidak tidur!” Nada menyela ucapan Daffa lalu merubah posisi menjadi duduk di sisi ranjang. “A-aku hanya memeriksa kasurnya empuk atau tidak”

Daffa berdecak “Jelas sekali kau mengantuk, matamu merah. Sana bersihkan diri”

Nada tak mendebat, dia bangkit dari duduk berjalan ke sisi lain kamar. Ada sebuah meja kecil dan sopa di sana. Dengan acuh dia duduk di sopa mengabaikan tatapan tajam Daffa. Tanganya bergerak lincah memeriksa isi paper bag coklat yang baru saja di terima.

“Woah” Nada mengangkat satu kotak makanan menunjukan pada sang suami. “Daffa, isinya rendang!” Nada memekik heboh mendapati dua kotak rendang di dalam paper bag.

“Jangan bersikap kampungan. Ada banyak makanan enak di Swiss” Sahut Daffa remeh.

“Tapi tidak ada rendang di swiss, ini tuh lebih enak dari makanan Swiss” timpal Nada dengan raut wajah kesal.

Daffa melepas mantel kemudian mendecih remeh “Terserah kau saja. Lagian saya tidak suka rendang!”

Lagian siapa yang menawari? Aku hanya memberitahu bukan niat berbagi. Batin Nada.

Daripada meladeni tuan es batu, Nada membuka satu kotak rendang di sana. Binar senang terpatri begitu wangi khas rendang menyeruak. Sesaat dia berdecak takjub dengan rupa rendang yang benar-benar kering membuatnya bisa tahan lama. Mungkin sekitar 2 minggu.

“Lia, benar-benar sangat niat membawa rendang ke Swiss” lirih Nada dengan di akhiri kekehan kecil. Nada meraih garpuh bersiap melahap sepotong rendang yang terlihat begitu menggiurkan.

“Nada!”

Tubuh Nada melemas dengan ******* nafas menatap Daffa kesal. “Apa?”

“Mandi!” Dinginnya.

“Nanti, aku ingin makan dulu” Bantah Nada “Jika kau ingin mandi, sana duluan saja!”

“Saya harus menyelesaikan tugas kantor dulu”

Diam-diam Nada mengeluh dalam hati. Meruntuk sikap Daffa yang begitu mementingkan perkerjaan. Jika memang hanya akan sibuk dengan tugas kantor lebih baik tidak usah liburan sama sekali. Setidaknya Nada akan sibuk juga di rumah sakit, bukan liburan tapi penuh dengan rasa bosan.

“Mandi sana!”

Nada mendengus begitu intrupsi Daffa kembali terdengar. Tubuhnya bahkan masih wangi. Tetapi Daffa terus saja menyuruhnya mandi. Sebenarnya apa mau tuan es itu?

“Pergi mandi atau…”

“APA?”

Daffa menyerigai berjalan mendekati Nada lalu berbisik “Mandi berdua dengan saya”

Tubuh Nada spontan bangkit, berjalan cepat ke dalam kamar mandi. Menutup kamar mandi lalu menguncinya. Kedua tangannya repleks menangkup kedua pipi yang terasa begitu panas.

“Apa katanya? Apa dia gila? Astaga pipiku panas sekali, aku malu”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!