BAB 8 Honey Moon

“Aku tidak mau!”

Nada memekik histeris pada benda pipih yang menempel di telinganya. Dia sedang bertelpon dengan Clara, mencurahkan keluh karena kejadian semalam. Dan Clara malah menyuruh Nada minta maaf duluan pada Daffa, tentu saja Nada menolak keras.

“Udah aku kasih saran malah gak mau!” Clara bersuara.

Nada berdecak “Dia itu mabuk! Mana inget kejadian semalam!”

“Terus gimana? Bukankah kau bilang sifat Daffa dingin? Maka untuk itu cobalah mengakrabkan diri lebih dulu”

“Bicara memang mudah, realisasinya yang susah!”

Terdengar suara tawa Clara di sebrang sana “Baiklah, lalu kau mau apa sekarang?”

“Entahlah, aku juga tak tahu. Lagian tuan es itu berada di bawah pengaruh alkohol tadi malam. Jadi bukan salah dia juga kan?”

“Betul juga. Ya udah aku tutup telponnya ya. Ada operasi 10 menit lagi”

“Ok, bye”

“Bye”

Helaan nafas tercipta. Nada menghempaskan tubuh ke sofa bersandar sambil memejamkan mata. Memikirkan hubungannya dengan Daffa yang lebih rumit daripada ujian kedokteran.

Rasanya lebih baik jadi istri dari pisau bedah daripada menjadi istri dari seorang Daffa yang dinginnya gak ketulungan. Pikir Nada.

Satu tangan Nada bergerak memijat pangkal hidung. Ia merasa pusing sendiri memikirkan masalah yang mungkin tidak di pikirkan oleh orang si pembuat masalah. Beruntung hari ini ia masuk kerja shift malam. Setidaknya ia beristirahat sebentar sebelum pergi ke rumah sakit.

5 menit, Nada tak bergerak dalam posisi.

Hampir saja Nada menjemput alam mimpi, sampai suara nyaring bel rumah membuatnya spontan bangun. Ia terdiam sejenak menetralkan rasa terkejut.

Ting. Tong.

Nada akhirnya bangun, berjalan menuju pintu. Ia agak kurang suka ketika waktu istirahatnya tergganggu.

“Sia__” Ucapan Nada tertahan terganti senyuman tipis. “Mama, papa!”

“Hai sayang” Nia menyungging senyum, memeluk sang menantu sekilas. Sementara Ramon hanya mengusap puncak kepala sang menantu lembut.

“Ayo masuk” Ajak Nada sambil tersenyum sumringah.

Sepasang suami istri itu menggangguk, melangkah masuk mengikuti sang menantu. Sampai di ruang tamu, Nada mempersilahkan mertuanya duduk. Kemudian ia pergi membuatkan minum di dapur.

Tiga menit ia habiskan untuk membuat minum. Nada menghampiri mertuanya sambil membawa nampan berisi minuman. Terlihat Ramon sang papa mertua sedang berjalan melihat isi rumah. Sedangkan Nia nampak asik melihat album foto yang bahkan Nada tak tahu keberadaannya.

“Ma, pa minum dulu” Tegur Nada sambil meletakan dua gelas teh di atas meja.

“Daffa belum pulang?” Celetuk Ramon sambil berjalan menghampiri, lalu duduk di bangku sofa sebelah kanan.

“Belum, pa” Nada menyahut dengan kening mengerut heran. Pasalnya ini masih jam kantor dan papa mertua menanyakan Daffa.

Ramon menyeruput teh pelan, lalu berseru “Padahal papa minta dia pulang cepat hari ini”

Kerutan di dahi Nada makin menjadi, ia beranjak duduk di samping Nia. Menatap sang papa mertua penuh rasa penasaran, “Loh, memangnya ada apa? Kenapa papa minta Daffa pulang cepat?”

“Ah, itu rahasia” Kali ini Nia yang menyahut dengan di sertai kikikan kecil. Hal itu semakin membuat rasa penasaran Nada membesar, mulutnya terbuka ingin kembali bertanya namun seruan Nia menghentikannya.

“Lihatlah, Daffa lucu sekali bukan?” Pekik Nia tangannya menunjuk foto Daffa kecil yang terlihat sedang menangis. Tanpa sadar Nada menyungging senyum, mengusap foto Daffa kecil.

Di sana Daffa terlihat manis sekali, tidak seperti sekarang. Berwajah datar tanpa ekspresi, berbicara hanya seperlunya, dan aura sifat dingin begitu kuat.

“Lucu sekali, ma” Ucap Nada dengan kikikan kecil “Tapi darimana mama menemukan album foto ini?”

“Ahh, ini mama tata di lemari bawah televisi sana” Nia menunjuk lemari yang di maksud membuat sorot mata Nada spontan mengikuti arah telunjuk Nia.

“Kamu bisa melihat foto kecil dan masa sekolah Daffa di sana. Mama memang sengaja menata di sana biar rapi” Lanjutnya.

Nada menyungging senyum tipis, mengganguk mengerti.

“Kamu tidak pergi ke rumah sakit?” Tanya Ramon

“Kebetulan Nada bagian jaga malam, pa”

“Besok, minta liburlah” Tegur Nia matanya melirik sang suami sekilas lalu mengusap lembut surai hitam Nada “Karena papa dan mama punya hadiah untukmu”

Nada mengernyit “Hadiah?”

“Iya, kamu dan Daffa akan pergi un_”

“Mama, papa!”

Perkataan Nia tertahan begitu suara berat nan tegas itu terdengar, membuat ketiga orang yang sedang berbincang itu menoleh. Terlihat Daffa berdiri di ambang pintu dengan jas yang masih rapi.

Dengan raut wajah wibawa juga dingin, ia berjalan menghampiri kedua orang tuanya. Menjabat salam lalu duduk di samping sang ayah.

“Sudah lama?”Tanyanya.

“Tidak, kami baru saja sampai” Sahut Ramon yang di balas anggukan oleh Daffa. Ramon menyungging senyum tipis lalu kembali bertanya “Gimana keadaan kantor baik-baik saja?”

“Baik-baik saja” Daffa menyahut datar. Detik berikutnya dahinya mengerut “Kenapa?”

“Tidak apa-apa. Papa hanya ingin tahu saja” Ucap sang Ayah tangannya bergerak meraih gelas teh kemudian meminumnya.

“Besok pergilah Honey moon” Celetuk Nia dengan santainya.

“HONEY MOON?!” Pekik Daffa dan Nada berbarengan.

Nia terkekeh melihat reaksi berlebihan keduanya “Astaga, kenapa kalian histeris sekali?” mata Nia memincing curiga kemudian berdesis “Ah, kalian pasti belum melakukannya kan?”

“Mama!” Tegur Daffa sambil melonggarkan dasi, merasa udara sekitar mendadak menjadi panas “Tolong jangan terlalu membahas hal intim”

“Baiklah-baiklah”Nia manggut-manggut, matanya lurus menatap Daffa “Maka dari itu kalian harus pergi honey moon”

“Tapi, Nada ha_”

“Eits, tidak ada tapi-tapi” lagi-lagi ucapan Nada terpotong oleh Nia. Ibu mertua itu mendekatkan wajah lalu berbisik pada Nada “Mama sudah ingin menimang cucu, jadi buatkan satu”

Pipi Nada seketika terasa panas. Mendengar saja sudah membuatnya malu apalagi-ah bahkan dia tak berani membayangkannya. Berbeda dengan Nada yang nampak gelisah mencari alasan agar di batalkan. Daffa malah terlihat santai dengan wajah tanpa ekspresi.

Pasrah sekali, pikir Nada.

“Daffa, ini papa sudah beli 2 tiket ke swiss untuk bulan madu kalian” Ramon menyerahkan dua tiket pesawat pada putranya “urusan kantor biar papa yang urus untuk beberapa hari kedepan”

Daffa tak menyahut, ia hanya menggangguk patuh. Barulah dia bangkit dari duduk begitu melihat sang Ayah juga bangkit dari duduk. Ramon menepuk bahu putra semata wayangnya “Mama dan papa pamit pulang”

Nia menyunggingkan senyum “Have fun sayang”

...****************...

Acara pemberangkatan ke Swiss benar-benar terjadi. Kemarin, tanpa berkata apapun Daffa langsung berlalu begitu saja ke kamar. Keduanya hanya bertemu saat makan malam dan itu pun hanya di isi keheningan.

Jadi Nada pikir Daffa menyetujuinya dan sekarang di pagi buta mereka sudah bersiap dengan pakaian rapi. Bersiap untuk berangkat ke bandara. Nada keluar kamar lebih dulu sambil menyeret koper.

“Aku pikir tuan es sudah siap. Ternyata belum” Nada berguman sendiri di ruang tamu. Merasa masih punya banyak waktu karena Daffa belum muncul, dia berjalan ke dapur ingin makan buah apel.

Di bukanya kulkas, mengambil satu buah apel merah segar. Dengan tersenyum senang dia duduk di bangku meja makan, mengambil pisau lalu mengupas apel. Dia punya trauma kecil, tak bisa makan apel dengan kulitnya. Baginya itu mengerikan.

“Kau sedang apa?”

Nada terperenjat kaget membuat pisau yang di pegangnya melesat melukai jari manisnya.

“Akhh”

Daffa buru-buru menghampiri Nada, menyesap darah yang keluar dari jari telunjuk Nada. Tubuh Nada membeku, menatap pria di hadapannya. Debaran jantung semakin kencang begitu matanya bertemu dengan mata Daffa.

Luka di jari telunjuk tak seberapa. Tapi kenapa jantungnya begitu berdebar hebat?

“Kau ini kenapa bisa terluka?” Tanya Daffa dengan tangan sibuk menempelkan plester di jari Nada.

“A-aku__”

“Sudah, segera bersiap kita bisa ketinggalan pesawat”

Nada terdiam di tempat menatap punggung Daffa yang perlahan menjauh. Helaan nafas tercipta, menatap jari telunjuk yang sudah terlapis plaster.

“Tuan es itu selain berwajah datar ternyata juga tidak sopan. Memotong ucapan orang begitu saja. huh, dasar es batu!”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!