BAB 19 Gosip!

“Bukankah mantanmu itu namanya Aldi? Lalu Kenan itu siapa?”

Nada yang baru saja menyelesaikan operasi di sambut pertanyaan yang sudah ke 5 kalinya Clara tanyakan dan sikap Nada tetap sama.

Memilih bungkam, mengabaikan ocehan Clara. Rasa sakit di masa lalu rasanya kembali terasa dengan keberadaan Kenan. Di tambah lagi professor tak mengijinkannya undur dalam membimbing koas.

“Nada jawab aku”

Nada menghembuskan nafas kasar, meletakan papan pemeriksaan di atas meja resepsionis. Dia sedang berada di lobi meminta data pasien yang harus di periksa. Tapi Clara terus saja mengoceh.

“Clara bisakah kau tenang satu hari saja. aku sedang tidak ingin bercerita” Nada berseru kesal, meraih papa pemeriksaan lalu berjalan pergi.

Clara bersilang dada dengan wajah cemberut, “aku kan hanya bertanya”

“Kurasa kau terlalu banyak bicara, dia jadi kesal” Desis Dewi suster penjaga lobi yang berdiri di balik meja.

“Sepertinya” Clara mengedik bahu.

Detik berikutnya Clara menempelkan tubuh pada meja, tertarik ikut bergosip dengan para perawat.

“Bukankah dokter muda yang bernama Kenan itu tampan?” Serunya.

Dua perawat yang bernama Dewi dan Tia itu menoleh serentak. “Dia memang tampan” Suster Dewi menyahut heboh dengan wajah sumringah.

“Apa benar dia pernah mempunyai hubungan dengan dokter Nada?” Tanya Suster Tia mulai penasaran dengan kabar hangat yang baru beredar.

Clara mendengus, “Makanya aku tadi mengoceh. Nada belum menjelaskan apapun padaku. Tapi sepertinya hubungan mereka lebih dari teman. Mengingat sikap keras Nada pada Kenan saat di UGD tadi. Seakan menjelaskan bahwa mereka sempat punya hubungan dan Kenan punya kesan buruk yang membekas. Sepertinya"

“Aku iri dengan dokter Nada ” Celetuk suster Dewi “Dia selalu di kelilingi pria tampan”

"Tidak heran sih" Timpal Tia “Dokter Nada cantik dan luar biasa. Sementara kita apa?”

Suster Dewi menghembuskan nafas, “Benar juga. Apalah aku yang hanya sebuah kentang burik”

“Ehh, kalian tahu tidak suami Dokter Nada juga sangat tampan" Ucap Clara "Aku saja sampai ingin menjadi pelakor melihat kegantengannya"

"Tentu saja aku tahu" Dewi menimpali "Suaminya sering mondar mandir di berita bisnis. Tapi..."

Dewi melirik sekitar, mencondongkan tubuh untuk berbisik. "Apa benar mereka menikah karena kembaran dokter Nada kabur di hari pernikahan?"

"Rumor yang aku dengar mereka terpaksa menikah agar keluarga tak menanggung malu" Seru Tia menambahi "Aku merasa kasian pada dokter Nada jika itu benar"

Clara ikut mencondongkan tubuh berbisik, "Kisah di balik pernikahan dokter Nada sudah menjadi rahasia. Aku dengar orang yang bergosip tentang pernikahan mereka akan hilang dan besoknya sudah tinggal mayat"

"Benarkah!" Dewi dan Tia memekik takut berbarengan.

Clara mengebrak meja agar semakin menyakinkan dengan gurauannya. "Tentu saja! Makanya jangan bergosip yang tidak-tidak!"

"Memangnya kalian menggosipkan siapa?"

Ketiganya menoleh serentak dan mendapati Kenan berdiri di samping sedang meminta rekam medis.

"Eeh, dokter Kenan"

...----------------...

“Memangnya kenapa?”

Anak laki-laki yang bernama Rendi menggaruk tekuk tak gatal, mendengar pertanyaan Nada. Sementara Nada kembali sibuk memeriksa luka bekas operasi usus buntu kronis di perut Rendi. Setelah selesai Nada mendongak beralih memeriksa cairan infuse.

Karena Rendi tak kunjung bersuara Nada kembali bertanya, “Kenapa adik manis ini bertanya dokter sudah punya pacar atau belum hm?”

Nada bisa melihat Ibu Rendi yang duduk di bangku samping ranjang, menegur sang anak dengan lembut. Mungkin merasa tak enak pada Nada karena sang anak bertanya hal pribadi.

Ibu Rendi tersenyum canggung, “Maaf, dok. Dia memang suka asal bertanya”

“Tidak papa bu” Nada mengulum senyum tipis, mengusap surai hitam Rendi lembut “Kamu ingin mengenalkan dokter dengan seseorang?”

Rendi mengangguk kecil sebagai jawaban.

Nada tersenyum tipis, “Siapa?”

Pasien berumur 13 tahun itu tersenyum cerah, “Kakakku! Dia pria yang tampan dan baik. Aku tidak mau dia di sakiti pacarnya terus. Dan karena dokter baik aku ingin kalian bertemu”

“Memangnya kakakmu di apakan oleh pacarnya?”Nada bertanya sambil memeriksa tanda vital seperti detak jantung dan pernapasan.

“Kakakku hanya di manfaatkan, setiap hari uang kerja keras selalu di minta untuk di gunakan poya-poya” Rendi bercerita dengan antusias.

Dahi Nada mengernyit, “Bagaimana kamu tahu?”

Seketika Rendi bungkam, terdiam sambil menggenggam tangan sang ibu. Seakan mengerti ketakutan sang anak Ibu Rendi membuka suara, “Dia tak sengaja melihat pacar kakaknya jalan dengan pria lain. Lalu memotret dan mengirimkan pada kakaknya. Itulah kenapa kakaknya selalu datang dengan wajah murung”

Nada mengangguk mengerti, kemudian menyungging senyum, “Rendi baik sekali. Kakak Rendi pasti bangga punya adik hebat seperti ini”

Rendi mengulum senyum malu, lalu menutupi wajahnya dengan selimut membuat Nada gemas di buatnya. Banyak berbincang dengan pasien anak-anak kadang membuat Nada ingin segera mempunyai buah hati. Satu saja.

Sekedar berbincang saja membuatnya bahagia apalagi jika dia benar-benar punya. Mungkin akan sangat bahagia.

“Bagaimana keadaannya apa ada kemajuan?” Ibu Rendi memecah keheningan.

“Luka bekas operasinya sudah mulai kering, tanda vital juga stabil. Lusa kalian sudah boleh pulang” jelas Alesa.

Ibu Rendi mengangguk meng-iyakan ada pancaran kelegaan di sana. Dia menyingkap selimut yang menutupi wajah Rendi lalu berseru, “Tidak sopan, nanti dokter cantiknya tidak mau lagi memeriksa Rendi”

Nada terkekeh kecil melihat Rendi mengerucutkan bibir lucu. Tangannya bergerak mengusap surai hitam Rendi lembut, “Istirahat yang cukup dan jangan coba-coba melepas plaster lagi!”

“hehe”Rendi nyengir lalu menganguk kepala patuh.

“Good boy” Puji Nada pandanganya tertuju pada ibu Rendi, “Kalo begitu saya permisi”

“Dokter cantik” Cegah Rendi.

Nada mengulum senyum, “Ada apa? Ada yang sakit?”

Rendi menggeleng kecil, terdiam sejenak nampak ragu untuk kembali berucap. “Dokter mau bertemu kakakku tidak?”

Nada sedikit tersentak, dia menatap Rendi dan ibunya bergantian. Rasanya Nada tak tega jika harus bilang dia sudah menikah. Perlahan Nada menggenggam tangan rendi lembut.

“Maaf, dokter sudah menikah dan memiliki suami”

Senyuman di wajah Rendi meluntur. Dia menoleh menatap ibunya, “Ibu..."

Sang ibu mengusap lembut lengan Rendi, “tidak papa”

“Rendi kenal dokter Clara?” Rendi mengangguk kecil sebagai jawaban. Nada menyungging senyum “Dia juga baik. Kalo mau dokter bisa mengenalkan kakakmu padanya. Kebetulan dia juga belum punya seseorang yang special”

Anak laki-kali itu tersenyum sumringah, “Apa itu benar?”

Nada mengangguk meng-iyakan “Sekarang kamu istirahat yaa. Besok kakakmu akan bertemu dengan dokter Clara”

Nada menarik selimut menyelimuti Rendi sebatas dada. Melihat Rendi mulai memejam mata Nada menyungging senyum lalu menatap wanita paruh baya yang beranjak berdiri.

“Terimakasih dokter” Seru ibu Rendi.

Nada menyungging senyum, “Sama-sama. Saya permisi bu”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!