BAB 7 Insiden Malam

Brukk.

Di hempaskanya tubuh Daffa begitu saja ke atas kasur. Pria yang memapah Daffa berkacak pinggang sambil mengatur nafas yang terengah. Memapah orang yang mabuk sangat melelahkan juga.

Nada bergerak repleks melihat kaki Daffa yang menjuntai ke sisi ranjang. Dia melepas sepatu dan kaos kaki suaminya lalu membenarkan tubuh Daffa yang mulai terlelap.

“Kalo begitu saya pamit pulang” Pria itu menyunggingkan senyum ramah. “Oh ya, saya Candra sahabat sekaligus karyawan Daffa”

Nadamengangguk kecil sambil tersenyum “Saya Nada”

Candra menggeleng kagum, ia belum pernah melihat kembaran Gita. Tapi ia akui Nada sangat mirip dengan Gita hanya saja senyuman Nada terlihat lebih manis “Maaf, tapi kamu benar-benar mirip Gita. Cantik”

“Bangsat, pergi atau saya potong gajimu!”

Candra terperenjat kaget mendengar seruan lirih Daffa. Astaga, masih saja bisa mengumpat meski matanya tertutup. Ia jadi ragu, sebenarnya Daffa mabuk atau pura-pura mabuk.

“Suamimu sangat posesif” Ucap Candra mengeridik ngeri. “Padahal saya sedang mengagumi ciptaan tuhan yang indah”

Candra tertawa kecil berjalan terburu-buru keluar kamar sebelum Daffa mengumpat lagi. Nada menatap sang suami sekilas, lalu berjalan ke luar kamar untuk mengantar Candra.

“Terimakasih” Ucap Nada “Maaf, jadi merepotkanmu”

“Tidak sama sekali, saya sudah biasa di repotkan oleh Daffa” Candra membalikan badan ketika sampai di pintu, menyunggingkan senyum lalu membungkuk sopan, “Saya pamit pulang”

Nada mengangguk menanggapi. Ia menutup pintu lalu menguncinya. Hingga suara orang terjatuh membuat Nada terkejut bukan main. Langkahnya tergesa-gesa menuju kamar Daffa dengan perasaan tak karuan karena khawatir.

Dan benar saja sesampainya di kamar ia menemukan Daffa jatuh dari ranjang dengan posisi terkurap. Terkapar tak berdaya di lantai yang dingin sambil berguman tidak jelas.

“Kau baik-baik saja” tanya Nada sambil membantu Daffa bangkit. Meski merasa sedikit kesulitan membantu Daffa berdiri karena tubuhnya berat.

Nada menghela nafas lega begitu Daffa sudah kembali ke atas ranjang. Nafasnya terengah dengan kedua tangan sigap membenarkan posisi tidur Daffa. Sepertinya pria itu benar-benar mabuk berat. Terlihat tak berdaya dengan mata terpejam.

Dengan sabar Nada melepas kaos kaki yang masih menempel di kaki sang suami. Selanjutnya ia melepaskan jas dan dasi. Kasian Daffa Jika harus tidur menggunakan jas, pasti akan sangat tak nyaman.

Selesai. Nada menarik selimut menyelimuti Daffa sebatas dada. Biarkan saja Daffa tidur masih dengan pakaian kantor, setidaknya Nada sudah berbaik hati melepas jas dan sepatu. Jika harus mengganti baju Nada tak sanggup.

“Jangan pergi” Langkah Nada tertahan begitu suara lirih Daffa menyapa indra pendengaran. Tubuh Nada berbalik menatap Daffa yang sudah membuka mata. Manatap Nada dengan sayu.

“Kau butuh sesuatu?” Tanya Nada.

Bukannya sahutan yang Nada terima, tapi sebuah tangan yang menariknya jatuh ke atas tubuh Daffa. Jantung Nada berdegup kencang, tubuhnya membeku. Daffa memeluknya dengan erat menghantarkan kehangatan yang Nada akui membuatnya nyaman. Tapi Nada juga sadar bahwa Daffa ada di bawah pengaruh alkohol.

“D-daffa lepas” Seru Nada gugup dengan tubuh berusaha melepaskan diri dari pelukan. Namun sekuat apapun, Nada tetap seorang perempuan yang kalah oleh kekuatan pria “Daffa kau mabuk sebai_”

“Kenapa kau meninggalkan aku?” Nada tertegun beberapa saat mendengar suara gemetar Daffa. Ia yakin pria itu meneteskan air mata.

Perlahan kepala Nada mendongak menatap mata hazel Daffa yang juga menatapnya sayu. Tidak ada sorot mata seorang Daffa yang dingin di sana. Sorot mata itu memancarkan sorot kesedihan yang mendalam juga kekecewaan.

Entahlah, tapi rasanya hati Nada sakit. Daffa terlihat begitu rapuh seakan cahaya kehidupannya hilang. Pria itu terlihat sangat tak berdaya.

Dan entah siapa yang memulai, bibir keduanya sudah saling menempel dengan kedua mata saling terpejam. Beberapa detik mereka hanya terdiam, hingga Daffa mulai mengerakkan bibir. *******, mengecap bibir semanis cherry itu dengan penuh kelembutan.

Di sisi lain Nada yang terhipnotis perlahan bergerak membalas. Tak ada nafsu dalam ciuman mereka. Daffa bergerak sangat lembut menghantarkan perasaan rindu juga kecewa yang ia pendam.

Pelukan Daffa mengerat, semakin membuat tubuh keduanya menempel. Dua insan itu terbuai dalam ciuman. Menyalurkan perasaan sesak yang tak kuasa di katakan. Tanpa tahu bahwa dalam bayangan Daffa bukanlah Nada. Melainkan Gita, kembarannya.

Daffa terlalu merindu gadisnya, pelukan hangat Gita, senyumanya, sifat manjanya. Namun, ia juga merasa sangat marah, kecewa sampai rasanya hampir gila. Hingga Daffa berani menyentuh alkohol padahal ia membencinya. Ia tak tahan lagi dengan semua gejolak di hati dan rasanya seperti di bunuh perlahan.

Merasa mulai kehabisan nafas tautan keduannya terlepas. Saling memandang dengan deru nafas memburu. Daffa menyunggingkan senyum tipis, mengecup penuh sayang dahi Nada.

Daffa menarik Nada kembali kepelukan lalu membisik “Aku merindukanmu. Jangan tinggalkan aku lagi, Gita”

Seakan di hantam batu besar. Nada seketika merasa sesak. Dalam pelukan Daffa ia meneteskan air mata sedih. Nada sangat sadar mereka nikah karena terpaksa, tapi mendengar orang yang berstatus suaminya menyebut nama wanita lain. Kenapa rasanya begitu sakit?

...----------------...

“Bangun!”

Daffa terperenjat hampir jatuh dari kursi kebanggaan. Pikirannya sedang berkelana memikirkan Nada yang sikapnya aneh pagi tadi. Daffa menatap nyalang karyawan di depannya dan betapa kurang ajarnya dia malah tertawa melihat sang atasan terkejut.

“Bangsat, kau mengagetkan saja!” Umpat Daffa sambil melempar pulpen.

“Hei, tak baik seorang CEO mengumpat di depan karyawan” Ucap Candra pelaku yang mengagetkan Daffa.

“Masih pagi dan kau sudah melamun. Pamali kalo kata orang sunda mah, bisi katempelan jurig” Cibir Candra yang langsung di hadiahi pelototan tajam Daffa.

“Keluar saja sana!”

Candra terkekeh kecil, duduk di hadapan Daffa “Oke- oke. Maaf”

“Ada apa?” Tanya Daffa kemudian bergerak mengubah posisi duduknya.

“Hanya ingin meminta tanda tangan” Candra menyodorkan dokumen. Tangan Daffa bergerak mengambil pena, menunduk memeriksa dokumen yang baru saja di sodorkan Candra.

“Gimana kemarin” Seruan Candra membuat Daffa mendongak. Candra tersenyum sambil menggerakkan alis “Terjadi sesuatu yang hot tidak?”

“Hot apanya?” Tanya Daffa linglung.

Candra berdecak “Kemarin malam kau mabuk berat, bro”

Mampus.

Pantas saja sikap Nada sangat berbeda. Daffa mengusap wajah kasar, mencoba mengingat kejadian semalam. Namun nihil dia tak ingat apapun. Apa mungkin dia sudah bersikap kurang ajar tadi malam? Bagaimana jika terjadi sesuatu tadi malam?.

“Are you oke, bro?” Candra melambaikan tangan di depan wajah atasanya. Hingga sedetik kemudian Daffa mengangguk kepala masih lalu menyerahkan dokumen yang sudah di periksa.

“Sudah. Ada lagi?” Tanyanya

“Tidak” Sahut Candra, tanganya cekatan merapikan tumpukan dokumen. Memastikan semua sudah sesuai.

Setelah di rasa semuanya selesai, Candra berniat bangkit untuk kembali ke ruangannya. Namun, melihat wajah gelisah sang bos. Ia menghela nafas mengesampinkan masalah kerjaan. Jika sudah bergini maka Candra akan memposisikan diri sebagia sahabat.

“Kau ada masalah?”

“Tidak, hanya saja….” Daffa menjeda ucapannya mencoba mengingat. Sedetik kemudian ia menoleh menatap Candra dengan raut wajah gelisah “Aku takut terjadi hal anel tadi malam”

Dahi Candra mengerut kemudian ia terkekeh kecil, “Nada ‘kan istrimu jadi sah-sah saja jika memang terjadi sesuatu”

“Tidak semudah itu” Sahut Daffa agak kesal “Kami menikah karena terpaksa dia mungkin marah jika aku bersikap kurang ajar”

“Lalu kau hanya akan diam saja. Bagaimana pun juga Nada istrimu, kalian sudah terikat dalam ikatan pernikahan” Candra berseru menasehati "Beradaptasi perlahan dengan Nada. Dan untuk Gita, dia sudah dengan tega meninggalkanmu di hari pernikahan jadi lupakan dia"

“Apa aku bisa?” Daffa meletakan tangan tepat di atas dada, merasakan detak jantungnya yang teratur “Hatiku masih menginginkan Gita. Kau tau? Melupakan tak semudah ucapan”

“Kau bisa” Candra menyahut yakin “Cinta itu datang karena terbiasa, tinggal kau yang memilih untuk menutup atau membuka hati"

“Cobalah dengan mengenal lebih dekat tentang istrimu. Dari situ kau akan menemukan sisi berbeda antara Nada dan Gita. Dan jangan lupa minta maaf pada Nada!”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!