"Bun, Dara pergi sebentar ya." Pamit Dara menyalami Bundanya.
"Kamu mau ke mana, nak?" Tanya Bunda melihat Dara sudah berpakaian rapi.
"Dara mau ketemu Eka, Bun. Sudah lama nggak ketemu dia."
"Ya sudah, hati-hati. Jangan pulang kemalaman.l!" Bunda mengingatkan.
"Siap, Bos. Dara pergi ya, Bun. Ojeknya sudah tiba."
Dalam perjalanan, Dara menghembuskan nafasnya pelan. Ia sudah berusaha menerima Rehan, tapi ada saja masalah yang terjadi. Apa memang ia akan hidup di dunia ini seorang diri? Tanpa suami maupun anak?
'Suamiku... Kamu macet di mana sih?!' Dara meronta dalam hati.
Sementara di sebuah rumah, Yoan sedang berkaca. Memastikan dirinya sudah tampan, cool dan pastinya keren. Walau sudah menginjak kepala 3, Yoan harus tetap menjaga penampilan.
'Baiklah, ayo kita meluncur!!! Nanti Ibu Yumi ngambek lagi.' Yoan terpaksa mau bertemu dengan wanita itu. Agar Mamanya tidak marah lagi.
Datang, makan, lalu cabut!
Begitulah niat Yoan.
"Ibu Yumi, aku pergi dulu." Yoan menyalami Mamanya.
"Temui dia!" Mama masih mengingatkan.
"Baiklah. Demi membuat Ibu Yumi bahagia, apapun akan aku lakukan!" Yoan menundukkan kepalanya.
Bu Yumi cemberut. Yoan sangat pandai berucap. Membuatnya jadi tidak bisa marah dengan putra bandelnya itu.
"Hati-hati di jalan. Mama doai kalian cocok lalu menikah. Amin!" Harap Mama. Yoan harus segera melepas masa lajangnya.
'Nggak Amin!!!' Yoan menjawab dalam hati sambil tersenyum.
Yoan mengendarai mobil menuju tempat lokasi pertemuan. Sepanjang perjalanan ia memutar musik galau.
...
Kau adalah darah ku
Kau adalah jantung ku...
Kau adalah hidup ku, lengkapi diri ku...
'Dara.'
Satu kata itu membuat Yoan jadi mengingat Dara. Pria itu menghembuskan nafasnya panjang.
Yoan tidak mengerti dengan dirinya. Entah dari kapan mulanya, ia sering memikirkan wanita itu.
Pria itu segera menepis pikirannya, mengingat Dara itu adalah calon istri orang. Mungkin sekarang wanita itu sudah bertunangan. Dara pasti sudah diikat pria itu.
Mobil sudah terparkir di depan sebuah kafe. Yoan merogoh ponsel saat satu pesan masuk.
Cantik-kan: Aku sudah sampai. Kamu di mana?
Yoan pun turun dari mobil. Lalu berjalan memasuki kafe. Ia pun mengedarkan pandangan mencari wanita yang bernama Cantik-kan itu.
Pandangan Yoan tertuju pada seorang wanita yang senyum-senyum melihatnya. Ia pun menuju wanita tersebut.
"Apa kamu Cantik-kan... maksudku Cantika?" Yoan memastikan terlebih dahulu.
"Be-benar. Saya Cantika." Cantika mengulurkan tangan.
"Sesuai dengan nama, kamu memang cantik." Yoan membalas uluran tangan wanita itu.
"Si-silahkan du-duduk." Cantika mendadak gugup. Dipuji pria tampan itu.
"Kita pesan saja."
"Baiklah."
Mereka pun memanggil pelayan kafe dan memesan makanan.
"Kamu tinggal di mana?" Tanya Yoan berbasa basi.
"Aku tinggal di..." Cantika pun mengobrol dengan Yoan.
Tak lama makanan datang. Mereka pun makan.
'SMP- Siap Makan Pulang!' Yoan mempercepat makannya. Agar pertemuan yang membosankan ini segera berakhir.
Ting
Yoan meraih ponsel dan membaca pesan masuk.
Mama: Kamu sudah sampai?
Yoan: Sudah Ibu Yumi. Anda tidak perlu khawatir.
Yoan menyimpan ponselnya kembali, lalu ia menenggak air minum dan mengelap mulutnya dengan tisu. Ia sudah selesai makan.
Yoan bangkit dari kursinya. "Sepertinya aku harus segera pu-"
"Kak Dara!!!"
'Dara!' Yoan tidak jadi melanjutkan ucapannya saat mendengar nama tersebut. Ia segera melihat ke arah suara.
Seorang wanita tak jauh dari mejanya melambaikan tangan pada wanita yang baru memasuki kafe tersebut.
Yoan menajamkan pandangannya melihat siapa wanita itu. Apakah wanita bernama Dara itu, wanita yang sering melintas dalam pikirannya?
Dan...
Deg
Deg
Deg
Hati Yoan berdebar kencang. Melihat seorang wanita dengan rambut tergerai dan begitu bercahaya. Wanita itu berjalan menghampiri orang yang memanggilnya.
'Dara-ku!' Batin Yoan sambil tersenyum tipis. Ia begitu senang melihat wanita itu.
Pria itu kembali duduk saat menyadari Dara-ku itu adalah calon istri orang.
"Ka-kamu mau ke toilet?" Tanya Cantika bingung.
"Hah? Tidak." Yoan berusaha tenang. Ia melupakan masih ada si Cantik-kan di hadapannya.
"Kamu mau pesan apa lagi?" Tanya Yoan. Niatnya tadi mau langsung pergi, malah terduduk kembali.
"Aku sudah kenyang." Tolak Cantika dan itu membuat Yoan menggangguk.
'Dara-ku...' Mata Yoan tertuju pada wanita itu.
"Kak Dara... aku merindukanmu!" Eka memeluk Dara dengan erat. Sudah lama mereka tidak bertemu.
"Aku juga. Eka makin cantik ya." Puji Dara. Sudah lama tidak berjumpa, Eka terlihat berbeda.
"Kak Dara itu yang makin kinclong. Aku saja sampai silau." Balas Eka memuji yang membuat Dara jadi tersenyum.
Dara dan Eka mengobrol sambil makan. Membahas semua sambil tertawa-tawa.
"... Jadi kau sudah naik jabatan lah, ka?" Tanya Dara. Eka sudah lama bekerja di perusahaan itu.
"Ya, gitulah kak. Aku asisten kepala devisi." Jawab Eka malu-malu.
"Wah, selamat Eka! Tunggu, apa atasanmu masih Bu Upik?" Tanya Dara memastikan.
"Tidak, Pak Ade kak."
Dara mengangguk saat mengingat.
"Terus si gendut itu masih kerja?" Tanya Dara ingin tahu.
"Bu Upik sudah naik pangkat, kak. Ia jadi asistennya pak Roni." Eka memberitahu.
"Pak Roni?" Nama itu membuat perasaan Dara tidak enak.
"Pak Roni Manajer keuangan, kak."
"Oh."
"Kalau ngga salah, dia masuk setelah kak Dara resign. Bu Upik itu jadi asisten dia."
Dara mengangguk pelan.
"Terus kabarnya, Bu Upik lagi dekati pak Roni. Kebetulan pak Roni seorang duda, Kak." Bisik Eka pelan mulai menggosip.
"Bu Upik ngejar-ngejar pak Roni. Tapi tidak di terge!" Timpal Eka kembali.
"Lho, jadi suaminya si Upik mau dikemanai?"
"Bu Upik sudah bercerai setahun yang lalu, kak. Suaminya itu berselingkuh dengan wanita yang cantik dan juga seksi!" Eka memberitahu semua kabar pada Dara.
"Mampus!" Dara tidak sadar mengumpat lalu segera menutup mulutnya. Dan tak lama tawa Dara terdengar.
"Hush, kak Dara!" Eka menggeleng. Dara begitu bahagia di atas penderitaan Bu Upik. Tapi orang yang pernah sakit hati dibuat Bu Upik, akan potong tumpeng saat mendengar kabar tersebut.
'Apa sih yang dibahas, sampai bahagia begitu wajahnya?!' Yoan masih melamun memandangi Dara. Melihat Dara senang membuat Yoan ikut senang dan jadi tersenyum tipis.
Calon istri orang!!!
Lagi-lagi ia teringat kenyataan pahit itu. Dara sudah milik orang lain. Akan berdosa jika ia terus memikirkannya.
'Selagi janur kuning belum melengkung!!!' Yoan membatin.
Beberapa orang sedang memasang janur kuning yang diikat pada sebatang bambu. Mereka akan meletakkan di depan gang, petanda adanya pesta pernikahan.
Tiba-tiba, seorang pria datang membawa gergaji mesin. Ia pun menggergaji batang bambu tersebut, hingga janur kuning jatuh dan tidak sempat berdiri tegak.
Beberapa orang yang memasang itu kaget dan kebingungan. Lalu pria pembawa gergaji itu berjalan menuju lokasi pesta.
Lalu pria itu menculik pengantin wanita dan membawanya kabur.
'Apa harus seperti itu?!' Yoan tersenyum-senyum membayangkan drama janur kuning dalam pikirannya. Merencanakan menculik Dara di hari pernikahannya.
'Apa dia tidak waras?!' Cantika merasa aneh melihat pria di hadapannya yang senyum-senyum tidak jelas. Pria itu membuatnya jadi merinding.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Zieya🖤
Yoan suka ngedrama dalam khayalan 🤣🤣🤣🤣🤣
2024-09-25
0
Lanjar Lestari
hadehhh ampun gayanya suka aku,Dara yg di sebut Pak Roni oleh sahabatmu Eka memang benar Roni mantan pacarmu sekaligus calon suamimu yg batalin dan pergi di hari H pernikahanmu dg sahabatmu Ratu mereka menukah dan cerai
2024-03-22
2
Jade Meamoure
ampun Thor...aq suka gayamu, kalo tiap novel penyajian cerita kayak novel ini yah pasti bakalan banyak penggemar deh
2024-03-04
1