"Selamat pagi, Ibu Yumi." Sapa Yoan ramah pada sang Mama yang sedang menghidangkan sarapan untuk papanya.
Mama melirik Yoan, lalu membuang wajahnya. Ia masih sangat kesal. Yoan membohonginya karena tidak menemui Veronika dan tah malah pergi ke mana.
"Hmm." Yoan sengaja berdehem. Mama sudah menghidangkan papa sarapan, tapi dia tidak dihidangkan Mamanya. Padahal semalam Mama begitu semangat menghidangkannya.
"Ma, sarapanku mana?" Tanya Yoan memasang wajah sedih.
"Papa, ini tambah telur mata sapinya lagi." Mama mengacuhkan Yoan dan malah menambah sarapan Papa. Tak peduli sang putra sedang akting memasang wajah sedih. Itu tidak ngaruh.
"Apa aku balik lagi saja ke sana ya?!" Guman Yoan melirik Mamanya.
Mama pun mendengus dan mengambilkan sarapan untuk sang putra.
"Terima kasih Ibu Yumi-ku yang cantik!" Goda Yoan sambil mengedipkan sebelah matanya.
Mama ingin tersenyum, tapi segera mengalihkan wajahnya. Ia masih marah dengan Yoan.
"Ibu Yumi, tolong maafkan aku." Yoan meminta maaf dengan wajah memelas. Hal itu membuat Mama jadi menatap sendu.
"Ma, nanti sore aku akan bertemu dengan salah satu wanita itu." Ungkap Yoan. Ia akan menuruti Mamanya.
Mama masih menatap tanpa merespon.
"Ibu Yumi, aku sangat serius. Aku akan bertemu dengan-" Yoan berpikir sejenak, mengingat nama wanita-wanita yang mau dikenalkan padanya.
"Cantik. Iya itu si Cantik-kan." Ucap Yoan kembali.
"Cantika." Mama membenarkan. Yoan mengganti-ganti nama orang seenaknya.
"Hah iya. Itulah"
"Nggak usah. Kamu itu pembohong. Paling nanti nggak kamu temui dan tah malah pergi ke mana lagi." Mama tahu, Yoan pasti akan kabur lagi. Putranya tidak mau menemui wanita-wanita itu.
"Aku serius, Mama. Mana nomor ponselnya. Akan ku telepon dia."
Mama melihat Yoan dengan aneh, lalu memberikan nomor ponsel wanita itu.
Yoan menyimpan dan menghubungi nomor tersebut dari ponselnya. Ia juga sengaja menekan speaker. Supaya Ibu Yumi bisa mendengarkannya.
"Halo..." Jawab wanita di tempat lain.
"Hai, Cantik." Sapa Yoan. "Kamu Cantika ya?"
"Iya benar. Ini siapa ya?"
"Ini aku Yoan, anaknya Ibu Yumi." Jawab Yoan sambil melirik Papa dan Mamanya yang menahan senyum.
"Oh iya. A-a-ada apa ya, pagi-pagi menelepon aku?" Tanya wanita yang terdengar mulai salah tingkah.
"Sore ini kamu ada waktu? Aku ingin bertemu kamu." Yoan mengutarakan maksudnya.
"So-sore ini?" Wanita itu memastikan.
"Benar. Apa kamu bisa meluangkan sedikit waktu untuk bertemu denganku?" Tanya Yoan dengan nada yang begitu serius.
"Hah, baiklah. Sore nanti kebetulan aku senggang."
"Baiklah. Nanti aku share lokasi kita bertemu."
"Baiklah." Nada suara wanita itu terdengar bahagia.
"Sampai nanti, Cantik. Aku tidak sabar bertemu denganmu..." Yoan lalu mengakhiri panggilan sambil tersenyum pada Papa dan Mamanya.
'Hanya bertemu saja kok!' Batin Yoan tidak masalah.
Papa menggeleng. Putranya memang penuh gombalan dalam berucap.
"Awas, kalau nanti sore kamu nggak jadi ketemu dia!" Mama masih mengancam Yoan. Putranya itu tidak bisa dipercaya.
"Pak Dana, kenapa istri anda tidak percaya pada anaknya sendiri?!"
\=\=\=\=\=\=
"Bun, Rehan kenapa?" Tanya Dara penasaran. Ia mendatangi Bunda di dapur.
Bunda yang sedang memasak diam saja. Tida mau menjawab pertanyaan Dara.
"Bun, kenapa si Rehan?" Dara memaksa. Ia ingin tahu, kenapa Bundanya bersikap berbeda.
"Kamu tidak usah dekat lagi dengannya ya." Saran Bunda.
"Kenapa, Bun?" Dara ingin tahu. Harus ada alasannya dong.
Melihat wajah Dara yang memelas, membuat Bunda terpaksa harus bercerita.
"Jadi begini. Semalam Ayah sama Bunda bertemu dengan kedua orang tua Rehan. Membicarakan tentang hubungan kalian." Bunda mulai bercerita.
Dara mengangguk sambil mendengar dengan serius.
"Terus ada seorang wanita datang nangis-nangis sambil bawa bayi. Katanya bayi itu anaknya Rehan. Rehan selama ini tidak mau bertanggung jawab padanya." Sambung Bunda kembali.
Dara menutup mulutnya tidak menyangka. Rehan mempunyai anak?
"Jadi bagaimana itu, Bun? Apa benar anaknya Rehan?"
"Itulah yang tidak tahu. Mamanya Rehan tidak terima anaknya dituduh seperti itu. Rehan anak baik tidak mungkin melakukan hal itu. Lalu mereka menganggap jika wanita itu mungkin ingin menjebak anaknya." Bunda menceritakan semuanya.
"Terus dengan yakin, wanita itu berani untuk membuktikannya, melalui tes DNA. Karena wanita itu begitu yakin, orang tua Rehan mulai ragu pada anaknya."
Dara masih mendengar, ia tidak tahu mau merespon apa.
"Makanya Rehan akan dipaksa untuk melakukan tes DNA. Dan dalam seminggu lagi akan ketahuan, wanita itu berkata benar atau tidak."
"Dara..." Panggil Ayah yang tiba-tiba sudah muncul di dapur.
"Iya, Yah." Jawab Dara menoleh ke arah suara.
"Menurut Ayah, kamu tidak usah dekat dengan Rehan lagi. Setelah kejadian semalam, Ayah merasa Rehan bukan pria baik." Firasat Ayah berkata begitu. Mengingat bayi yang dibawa wanita itu begitu mirip dengan Rehan.
"Bunda juga berpikiran begitu, sih." Timpal Bunda merasa tidak percaya dengan Rehan lagi.
Dara mengangguk mengerti dengan kekhawatiran kedua orang tuanya.
"Ayah, Bunda... sudahlah tidak usah menjodohkan Dara lagi." Bujuk Dara berwajah melas.
"Dara baik-baik saja kok. Nanti jika sudah waktunya, Dara pasti akan menikah juga. Ayah dan Bunda tidak perlu khawatir."
Ayah dan Bunda menatap Dara dengan tatapan sendu.
Tok
Tok
Tok
"Biar Dara buka." Dara akan beranjak, tapi ditahan Ayah.
"Sudah, kamu ke kamar saja sana. Biar Ayah saja yang buka pintu."
Dara mengangguk dan berjalan masuk ke kamarnya.
"Se-selamat pagi, Yah." Ucap Rehan setelah pintu terbuka.
Ayah tersenyum tipis dan menyuruh Rehan masuk.
"Jadi begini, Ayah. Wanita itu ingin menjebakku. Aku tidak pernah menyentuhnya." Jelas Rehan.
"Kamu sudah melakukan tes DNA?" Tanya Ayah.
"Setelah dari sini akan kulakukan. Aku akan membuktikan kalau aku memang dijebak wanita itu. Tolong Ayah percaya padaku! Aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu." Rehan meyakinkan calon mertuanya tersebut.
"Ya sudah, kita lihat saja nanti hasilnya. Apa benar anak kamu atau bukan!"
"Ayah, ku pastikan itu bukan anakku. Ayah harus percaya padaku. Wanita itu mantan pacarku, ia hanya ingin merusak hubunganku!" Panjang lebar Rehan menjelaskan.
Ayah mengangguk sebagai respon. Ia tidak mau berkomentar.
"Ayah, aku menyukai Dara. Aku serius ingin menikah dengannya. Jangan karena wanita itu kalian jadi meragukanku."
"Rehan, kita lihat saja hasilnya. Kita tunggu hasil tes-nya. Itu anak kamu atau-"
"Ayah, anak itu bukan anakku!" Rehan menyela dengan cepat ucapan Ayah. "Bayi itu bukan anakku, pasti anak dari pria lain dan ia menuduhku. Aku percaya 100%, Ayah! Karena saat itu dia juga sudah tidak perawan! Dia sudah melakukannya-" Rehan terdiam mencerna ucapannya itu. Ia salah berucap.
Glek
Tatapan mata Ayah sangat tajam. Rehan menyesali ucapannya yang keluar begitu saja.
"Rehan, pulanglah!"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
sherly
hahahah kenapa deh lu rey
2024-06-29
0
Lanjar Lestari
g usah jodoh jodohin Dara biar mengalir sendiri Rayhan pernah tidur dg mantan pacarnya tp mantan pacarnya sdh tdk perawan lg waktu di sentuk Rayhan sialnua mlh hamil dan ada anak🤦♀️
2024-03-22
1
meE😊😊
hmmm... d plihin sma ortu y jg trnyta blm ad yg beres.. udh lah yah bun biarin aja dara ga us d jdoh2n lgi tr jg klo udh wkt y psti dra akn mnikah kok ..buat ap d pksa cpet2 nikah klo ujung2 y tr ga bhgia jga
2023-08-27
0