"Dara... kenali ini Malik putra Tante. Dan Malik... ini Dara, yang sering Mama ceritakan sama kamu loh!" Lydia memperkenalkan kedua sejoli itu dengan wajah yang begitu bahagia. Putranya akhirnya bertemu dengan Dara juga. Walaupun harus diancam terlebih dahulu.
Malik melihat Dara dengan malas. Wanita itu sama sekali bukan tipenya.
Melihat tatapan Malik yang seperti itu, membuat Dara paham. Tante Lydia pasti memaksanya datang untuk menemuinya.
Dara bingung mau mengulurkan tangan atau tidak. Tapi dengan berat hati ia jadi mengulurkan tangan. Dan...
Pria itu malah mengacuhkannya. Dara segera menurunkan tangannya. Sangat malu dan menyesal pastinya. Uluran tangannya ditolak pria itu tanpa basa basi.
"Kamu ngobrol sama Dara ya!" Lydia berniat meninggalkan mereka berdua.
"Yoan, bagaimana kabar Mama kamu?" Tanya Lydia membawa Yoan pergi bersama mereka. Malik bisa-bisanya mengajak sepupunya.
"Kabar Mama baik, Tan." Jawab Yoan sambil akan berlalu pergi.
"Kau mau ke mana?" Tanya Malik menahan lengan Yoan. Ia tidak mau ditinggal berduaan dengan wanita itu.
"Mama mau ngobrol sama Yoan. Dara, kamu nggak apa-apakan mengobrol sama Malik. Kamu jangan takut, malik nggak gigit kok!" Ucap Lydia kembali sambil tertawa.
Mendengar itu Dara jadi terpaksa tersenyum tipis. Ia sebenarnya malas dengan Malik. Tapi mau menolak, ia juga segan dengan Tante Lydia dan Om Leo.
"Yoan... akan tetap di sini, Ma!" Malik masih mencekam lengan sepupunya itu.
"Aku mau mengobrol sama tante Lydia." Ucap Yoan. Ia tidak mau mengganggu percomblangan mereka.
"Ya sudah, kalau Yoan pergi. Aku juga akan pergi!!!" Ancam Malik. Ia tidak peduli melihat ekspresi Dara yang tampak kesal.
'Siapa yang mau mengobrol denganmu?!!' Dumel Dara dalam hati.
"Dara, maaf ya." Tante Lydia merasa jadi tidak enak. Ucapan putranya seakan menolak Dara mentah-mentah.
Tak berapa lama kemudian.
Dara duduk diam sambil menyedot minuman dinginnya. Ia terpaksa harus bersama kedua pria di hadapannya itu.
Yoan meraih ponselnya. Situasi sekarang, ia tidak tahu mau mengobrol apa. Malik terlihat diam saja.
Malik membuang wajahnya ke sisi sampingnya. Ia sangat malas berada di situasi ini. Papa dan Mamanya mengatakan akan pulang. Tapi, mereka duduk tidak jauh dari mereka untuk mengawasi.
"Hmm..." Yoan berdehem.
Sudah sepuluh menit berlalu. Baik Malik maupun Dara tidak ada yang membuka pembicaraan. Mau sampai kapan diam-diaman begini?
Yoan mau cabut, tapi pasti Malik akan menahannya.
'Seharusnya tadi aku menolak!' Yoan menyesal telah menemani Malik bertemu wanita ini.
"Hei..." Akhirnya Malik membuka pembicaraan.
Mata Dara yang dari tadi fokus ke gelas minum, perlahan mulai melihat Malik.
"Kamu memakai pelet, kan?" Tuduh Malik tanpa basa basi.
'Astaga!!!' Yoan menepuk jidat melihat sepupunya itu. Asal jeplak saja.
Dara tersenyum sinis mendengar itu. Pria itu menuduhnya sembarang. Pelet pelet apaan?
"Pelet? Apa pelet seperti ini?!" Dara menjulurkan lidahnya pada Malik.
"Uhuk... Uhuk!" Yoan yang sedang minum jadi tersedak melihat Dara. Itu bukan pelet tapi melet loh, neng.
Yoan berusaha untuk menahan tawanya. Ia ingin tertawa saja, tapi ekspresi Malik sangat tidak senang.
"Kamu!!!" Malik kesal. Wanita itu meledeknya. Benar-benar wanita tidak tahu aturan.
"Hei... Kamu dengar ya! Aku sampai kapanpun, tidak akan mau denganmu. Lihat dirimu itu. Kamu bukan tipeku! Jadi jangan bermimpi terlalu tinggi!" Malik mencibir Dara. Ia melihat fisik Dara yang jauh dari tipe idealnya.
Yoan melihat Malik lalu bergantian melihat Dara. Kedua orang tersebut saling berperang dalam tatapan.
"Sepertinya di sini anda salah paham. Coba anda lihat ekspresiku sekarang! Apa ada wajah-wajahku tertarik dengan anda?! Tolonglah jangan kepedean!!!" Balas Dara kembali. Pria itu sudah membuatnya kesal.
"Aku mengatakannya, agar kamu tidak memaksa orang tuaku lagi! Aku tahu kamu pasti sudah berangan-angan jadi menantu Mamaku, kan?! Menantu keluarga kaya raya!" Malik yakin, wanita ini pasti sengaja mendekati Mamanya, karena tahu orang kaya.
"Hello!!!" Dara menjentikkan jarinya ke wajah Malik. "Aku tidak pernah memaksa siapapun. Jika aku tahu Tante Lydia dan Om Leo berencana akan mempertemukanmu denganku. Aku juga akan menolak. Aku tidak akan mau datang ke tempat ini!" Dara bangkit dari duduknya.
"Dan satu lagi!" Dara menunjuk pria itu. Pria itu harus diberi pelajaran. "Apa anda bukan anak kandung mereka?"
"Apa maksudmu?" Tanya Malik tidak senang.
"Mereka sangat baik. Aku tidak percaya anda anak mereka!" Dara menggelengkan kepala. "Dan soal ingin menjadi menantu keluarga kaya raya, aku juga tidak berminat!!!"
"Kamu mau ke mana?" Tanya Malik yang melihat Dara akan pergi begitu saja.
"Woi... aku tidak punya waktu berbicara denganmu. Anda membuang-buang waktuku!"
"Jangan pergi! Orang tuaku masih melihat kita!" Malik menahan Dara. Ia melihat kedua orang tuanya yang tampak berwajah bingung.
"Astaga!!!" Dara menggeleng melihat pria itu. "Dengar ya... Aku tidak mau bertemu denganmu lagi. Jadi jika aku tetap di sini, orang tuamu bisa berpikir bahwa aku betah mengobrol denganmu. Padahal aku sangat muak!!!"
Setelah mengatakan hal yang membuat Malik tidak bisa berkata-kata. Dara beranjak pergi dan menuju meja orang tua Malik. Bagaimana pun ia harus pamitan pada kedua paruh baya tersebut.
"Kenapa kau tertawa?" Tanya Malik kesal melihat Yoan. Bukannya membantu, sepupunya itu malah antusias menonton perdebatan mereka tadi.
Yoan menggeleng cepat. Ucapan Dara membuat Malik mati kutu. Tadinya ia mengira, Dara akan disudutkan temannya itu. Nyatanya wanita itu bisa membalas dengan versinya.
Sementara Dara segera menghampiri kedua orang tua Malik.
"Om, Tante... Dara permisi pulang ya." Dara izin pamit.
"Dara, maafkan Malik ya!" Sedikit banyak Lydia tadi mendengar pembicaraan putranya. Malik benar-benar tidak mau dijodohkan dengan Dara. Dan malah berkata kasar pada wanita itu.
"Tidak apa kok, Tan." Dara mengangguk mengerti. "Tante sama Om jaga kesehatan ya. Semoga suatu hari nanti, kita bisa bertemu lagi."
Dara sekalian berpamitan saja. Beberapa hari lagi, ia akan pergi meninggalkan kota ini.
"Kamu hati-hati di jalan. Nanti kalau sudah sampai sana, sering-sering telepon Tante ya. Jangan sombong sama Tante!" Lydia memeluk erat Dara. Air matanya mengalir.
Setelah berpelukan dengan Tante Lydia, Dara juga menyalami Om Leo.
"Om Leo dan Tante Lydia. Terima kasih banyak atas kebaikannya selama ini sama Dara. Maaf jika selama ini ada perilaku Dara yang kurang baik dan tidak berkenan..."
Setelah mengucapkan salam perpisahan, Dara pun pergi dari kafe tersebut.
"Malik!!!" Lydia menghampiri putranya yang terlihat kesal.
"Kamu benar-benar ya. Mama tidak pernah mengajarimu untuk tidak sopan!" Wanita paruh baya itu mencubiti perut Malik. Ia kesal dengan sikap putranya yang seperti tidak pernah diajarkan sopan santun.
"Om, Tante... aku permisi. Mal, aku cabut!!!" Yoan pun cabut mencari aman.
"Yoan... tunggu aku!!!"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Sita Sit
aku nebaknya sama yoan ya
2024-07-12
2
Lanjar Lestari
siapa yg akan jd jodoh Dara Malik /Yoan ngebet amat Tante Lidya mau Dara jd menantu Malik aja nolak terus
2024-03-22
1
meE😊😊
suka sma sikap y dara akan bar bar pada wkt y😁😁
2023-08-27
1