"Aku pergi ya, Din. Sampai jumpa lagi." Dara pamitan dengan Dina yang mengantarnya sampai bandara.
Hari ini Dara akan pulang kampung. Ia akan pergi meninggalkan kota itu dan kembali ke kota tempat kedua orang tuanya berada.
"Hati-hati ya, kak. Sampai bertemu lagi. Jangan lupai aku ya!" Ucap Dina sambil memeluk Dara.
"Maaf ya, Din. Jika selama ini aku banyak salah."
"Aku juga minta maaf, kak."
Setelah perpisahan sejenak dengan teman satu kerja dan satu kost-an, Dara pun melangkah pergi.
"Jaga dirimu, Din! Sampai jumpa lagi." Ucap Dara sambil melambaikan tangan.
"Kak Dara juga, ya!" Dina melambaikan tangan sambil mengusap air matanya. Sedih rasanya berpisah dengan Dara.
Kini Dara sedang berada di ruang tunggu bandara. Sambil menunggu, ia menelepon Bundanya. Untuk mengabarkan keberangkatannya. Jadi nanti kedua orang tuanya, tidak kelamaan menunggu dirinya di sana.
"Halo, Bun. Dara sebentar lagi akan naik pesawat."
...
"Baiklah. Ayah sama Bunda hati-hati ya..."
Setelah menelepon, Dara mengambil beberapa foto selfinya dengan berbagai gaya. Ini terakhir kalinya ia berada di kota tersebut. Tak tahu, tah kapan akan menginjakkan kakinya kembali. Jadi Dara harus mengabadikan momen tersebut, untuk menjadi koleksi pribadinya.
'Apa mesti berfoto seperti itu?!'
Tidak jauh dari Dara berada. Ada sepasang mata melihat Dara yang berpose dengan ekspresi wajah yang menurutnya aneh. Tapi...
'Menggemaskan!' Tanpa sadar pria itu menggeleng sambil tersenyum. Ada ya wanita senyam-senyum pada ponselnya.
'Kenapa pak Yoan tersenyum?' Batin El melihat arah mata atasannya itu. Ternyata Yoan sedang memperhatikan wanita yang berselfi ria, tanpa mempedulikan sekitarnya.
Tak lama di dalam pesawat, Yoan duduk di kelas bisnis bersama asistennya. Pria tampan itu terus tersenyum tipis, mengingat wanita yang menurutnya aneh tapi menggemaskan.
'Bagaimana hubungannya dengan Malik?' Yoan masih penasaran percomblangan Malik saat itu. Mengingat tante Lydia yang begitu serius, ingin menjadikan wanita itu menantunya.
El yang berada di sampingnya merasa aneh. Atasannya itu biasanya jika ada hal yang lucu, akan tertawa di saat itu saja. Tapi ini... wajahnya terus tersenyum. Seperti orang yang sedang dimabuk cinta.
"El..." Panggil Yoan.
"I-iya, Pak." Jawab El tersadar dari lamunannya.
"Bisakah kamu berganti tempat duduk?" Yoan menatap El serius.
"A-apa?" Dan El pun melihat Yoan dengan wajah bingung.
\=\=\=\=\=\=
El menghembuskan nafas berkali-kali saat berjalan menuju kelas ekonomi. Ia pun berhenti di dekat kursi seorang penumpang wanita.
"Permisi, mbak. Bisakah anda bertukar tempat duduk dengan Mas ini?" Tanya pramugari ramah.
"Hah?" Jawab Dara bingung. Ia melihat pramugari dan pria itu bergantian.
"Ma-maaf, Mbak. Jadi begini, saya ingin bertukar tempat duduk dengan anda!" Ucap El segera.
"Ke-ke-kenapa?" Tanya Dara gugup. Tiba-tiba ia disuruh pindah.
"Itu-" El tampak berpikir untuk mengarang alasan. "Itu... itu jendela!" Tunjuknya pada jendela.
"Sa-saya ingin dekat jendela!" sambungnya.
"Hah? Tapi-"
"Silahkan, Mbak. Pesawat akan segera lepas landas!" Pramugari pun mengambil alih. Melihat pria dan wanita itu yang saling tanya jawab.
Dara terpaksa mengangguk. Ia pun berjalan mengikuti pramugari menuju tempat duduknya.
'Pak Yoan!!! Sempat-sempatnya pdkt di pesawat!!!' El mendumel dalam hati. Ia terpaksa pindah tempat duduk, karena Yoan ingin duduk dengan wanita itu.
Sementara Dara telah sampai di tempat duduknya.
"Silahkan Mbak, di sini tempat duduk anda!
"Oh iya. Terima kasih, kak." Dara menundukkan kepala pada pramugari yang super ramah tersebut.
Dara perlahan duduk di kursi itu. Kursinya begitu empuk dan kakinya tidak perlu ditekuk. Kelas bisnis dan ekonomi memang jauh berbeda. Pantaslah harganya mahal. Di kelas bisnis sangat nyaman. Tapi... kenapa pria itu malah ingin berganti tempat duduk. Dari kelas bisnis menjadi ekonomi? Dara jadi sedikit merasa aneh dan bertanya-tanya.
'Baiklah. Anggap saja aku sedang beruntung!!!' Dara menepis pikirannya itu. Beranggapan jika ia memang sedang beruntung.
Dara melirik pada seorang pria di sampingnya yang tersenyum. Dara tidak membalas senyuman itu dan malah melihat pria itu dengan ekspresi datar.
Dara lalu meraih ponsel dan mengambil beberapa foto. Nanti ia akan tunjukkan pada Ayah dan Bunda. Jika ia sedang beruntung. Naik pesawat kelas bisnis dengan harga ekonomi.
'Apa dia tidak mengenalku?' Yoan membatin dalam hati. Dara tidak mengenalnya. Wanita itu malah sibuk dengan dunianya.
Pesawat sudah terbang selama 30 menit. Sekitar sejam lagi pesawat akan tiba di bandara.
Mata Dara perlahan mulai terpejam, ia akan tidur sebentar. Menyandarkan kepala di kursi. Tidak butuh waktu lama, Dara sudah terlelap.
'Dilihat-lihat dia cantik juga!' Puji Yoan memandangi wajah yang sudah terlelap itu. Wajah cantik yang begitu sangat polos.
Yoan ikut bersandar sambil terus menatap wanita itu. Menatap mata, turun ke hidung lalu turun ke bibir yang kemerahan.
Yoan sejenak membayangkan menjelajah bibir tersebut.
'Astaga!!! Apa yang kupikirkan?!'
Melihat Dara yang menggeliat, Yoan segera membenarkan posisi duduknya. Ia pun mengambil majalah, seolah sedang sibuk membaca.
Dara bangun dan melihat jam tangannya. Ia sudah tidur setengah jam. Sekitar setengah jam lagi, pesawat akan mendarat.
Mata Dara melihat sekitar dan menautkan alis ketika melihat penumpang di sebelahnya.
Merasa diperhatikan, Yoan pun melihat Dara. "Kamu mau baca ini?"
Dara menggeleng pelan. "Apa anda sedang membaca?" Tanya Dara kembali.
"Iya, saya sedang membaca. Sayakan pegang maja-" Yoan kaget melihat majalah itu. Ia segera menutupnya dan membuang pandangan dari wanita di sampingnya.
Satu kata. MALU.
Dengan pedenya Yoan mengatakan sedang membaca. Membaca majalah yang terbalik.
'Pria aneh!' Dara sedikit menjauh. Ia takut dengan pria aneh itu.
\=\=\=\=\=\=
"Ayah... Bunda..." Dara berlari kecil sambil menggeret koper dan barang bawaan lainnya. Menghampiri kedua orang tua yang sudah menunggunya.
Mereka pun berpelukan melepas kerinduan.
"Dara kangen!"
"Bunda sangat rindu sama kamu. Sudah ya nak, jangan pergi-pergi lagi!"
Dara mengangguk sambil mengusap air matanya. Lalu mata Dara melihat sosok seorang pria di samping ayahnya.
"Dara, ini Rehan teman Ayah kerja. Dan Rehan, ini Dara putri Om." Ayah memperkenalkan keduanya.
Dara terpaksa berkenalan dengan pria itu. Padahal ia sedikit kesal. Baru juga sampai, sudah dijodohkan saja.
"Ayo kita pulang. Bunda sudah masak banyak buat kamu!"
"Ayo, Bunda!" Dara tidak sabar memakan masakan Bunda.
"Biar aku saja yang bawa!" Ucap Rehan tatkala Dara akan menggeret kopernya.
"Ti-tidak usah!"
"Santai saja." Rehan meraih koper Dara dan menggeretnya.
"Terima kasih." Ucap Dara dan pria itu tersenyum.
Mereka pun berjalan ke luar Bandara.
"Nak, bulan depan kamu dan Rehan akan menikah."
"A-apa?" Dara kaget bukan main. Ia melihat Rehan yang malah tersenyum.
"Orang tua Rehan juga sudah setuju sama kamu. Jadi 2 minggu lagi kalian lamaran dan bulan depannya menikah." Jelas Bunda dengan wajah berbinar. Dan Dara malah berwajah bingung.
Sementara tidak jauh dari keluarga Dara, Yoan mendengar semua pembicaraan mereka.
'Dia akan menikah?'
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Fatchi
sama yoan 👌
2024-06-09
2
Lanjar Lestari
wah sdh 4 x bertemu jodoh tu Yoan dan Dara,cm orang tua Dara sdh jodohin Dara sama Rayhan,kl jatuh cinta sama Dara cepat bergerak keburu di ambil Rayhan
2024-03-22
1
khusnul khotimah
gerak cepat Yoan
jangan kalah sama rehan
2023-01-17
2