Selama perjalanan pulang, Dara merasa tidak nyaman. Rehan yang sedang menyetir sering melihatinya dari spion.
Pria itu selalu tersenyum saat tatapan mata mereka saling bertemu. Dan terpaksa Dara jadi membalas dengan tersenyum tipis.
Dara melihat Ayah yang duduk di samping Rehan. Mereka mengobrol panjang. Dan Bunda yang duduk di samping Dara, ikut nimbrung dalam obrolan mereka. Sepertinya Rehan sudah begitu dekat dengan keluarganya. Pria itu tidak ada canggung atau grogi berbicara dengan Ayah dan Bunda.
'Seriusan nih, aku akan menikah dengan pria ini?!' Batin Dara mendadak bingung sendiri.
Di lihat-lihat pria yang bernama Rehan ini sepertinya baik. Tapi... Dara tidak ada niatan untuk menikah.
Rasa takut masih menghantuinya. Jika persiapan nanti sudah 100% dan batal lagi bagaimana? Calon pengantin prianya kabur. Mengingat itu kembali membuat dadanya mulai sesak.
Roni saja yang sudah menjalin kasih dengannya selama bertahun-tahun, bisa meninggalkannya tepat di hari H pernikahan mereka.
Lah ini, pria yang baru dikenal. Bagaimana bisa dipercaya?
Dara menyandarkan kepalanya di bahu Bunda. Rasanya ia ingin berteriak dan menangis saja. Ia tidak percaya lagi, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain.
"Kenapa, nak?" Tanya Bunda bingung.
"Ngantuk, Bun. Nanti bangunkan Dara ya Bun, kalau sudah sampai." Dara pun memejamkan matanya.
Pria itu masih sempat melirik Dara di spion dan tersenyum tipis.
Sampai rumah, Rehan membantu Dara menurunkan barang-barangnya. Membawa masuk ke rumah. Hal itu membuat Dara jadi tidak enak.
"Buat minum sana!" Bisik Bunda menyuruh putrinya.
Dara melihat Bunda dengan bingung dan Bunda memberi isyarat untuk cepat ke dapur.
Di dapur Dara membuatkan teh untuk Ayah, Bunda dan Rehan. Ia juga menghidangkan ole-ole makanan yang dibawanya.
Kini Dara sudah duduk berdua dengan Rehan di ruang tamu. Ayah dan Bunda sengaja meninggalkan mereka. Memberi ruang untuk keduanya bisa mengobrol.
"Kamu pasti lelah ya." Ucap Rehan membuka obrolan.
"Tidak kok. Tadi di pesawat aku sudah tidur." Jawab Dara sekenanya.
"Boleh minta nomor ponsel kamu?" Rehan menyerahkan ponselnya.
Dara mengangguk lalu meraih dan menambahkan nomor ponselnya di ponsel Rehan.
"Terima kasih. Nanti malam aku boleh telepon kamu, kan?!" Tanya Rehan memastikan. Takutnya menganggu Dara.
Dara mengangguk pelan.
Tak lama Rehan pun pamit pulang. Rehan memang baik. Berpamitan pada kedua orang tuanya juga.
Setelah Rehan pulang. Dara melihat aneh, wajah Bunda yang begitu bahagia.
"Dara, baikkan Rehan?! Dia cocok sama kamu!" Ucap Bunda senang.
"Bunda..." Dara menggeleng. Jujur, ia tidak nyaman dengan perjodohan ini.
"Yakin saja. Rehan itu sangat baik, sopan dan sangat bertanggung jawab. Semoga kalian berjodoh dan niat baik ini bisa lancar hingga ke pernikahan!" Bunda mengerti melihat ekspresi putrinya saat ini.
Dara sudah tidak muda lagi, ia harus cepat menikah. Jika hanya ketakutan saja, kapan Dara akan lepas dari bayang-bayang itu dan move on dari masa lalu yang menyakitkan.
"Sudah sana kamu istirahat. Besokkan mau kencan sama Rehan!" Goda sang Bunda.
"Bunda!" Dara pun memanyunkan bibirnya.
\=\=\=\=\=\=
Seorang pria berdiri di depan sebuah rumah. Berdiri memandangi rumah berlantai dua.
"Yoan!!!"
Pria itu memegangi dadanya. Benar-benarlah suara mamanya yang melengking itu, membuat orang kaget saja.
"Akhirnya anakku pulang juga!" Mama memeluk Yoan dengan erat. Tidak peduli jika mereka masih di depan rumah.
"Ma, jangan peluk aku!" Yoan merasa gerah. Mamanya terlalu bersemangat memeluknya.
"Bagaimana rumah ini?" Mama pun membawa Yoan masuk dan meminta pekerja rumah membawa koper sang putra.
Mama membawa Yoan berkeliling, melihat-lihat rumah mereka. Setelah kejadian dua tahun yang lalu dan perginya Yoan menenangkan diri ke luar kota. Keluarganya memutuskan untuk pindah rumah. Mereka ingin sang putra tidak mengingat kenangan menyakitkan lagi. Tapi... sampai dua tahun, putranya itu tidak mau pulang-pulang.
"Bu Yumi... saya tidak berniat membeli rumah anda!" Ucap Yoan kesal. Mamanya memaksanya berkeliling. Seperti agen properti, yang sedang menawarkan rumah kepada calon pembeli.
"Ayo, kita lihat kamar kamu!" Mama tidak peduli dan membawa Yoan ke kamarnya.
"Ini kamar kamu. Suka kan?!"
Yoan menggeleng. "Ma, aku bukan anak kecil." Yoan menghembus nafas.
"Bagi Mama, kamu itu masih anak kecil yang menggemaskan!!!" Mama mencubiti pipi Yoan.
"Ibu Yumi!" Pria itu memegang tangan Mamanya. Ia pria dewasa dan bukan bocah cilik lagi.
"Ibu Yumi Ibu Yumi. Ibu Yumi itu Mama kamu!" Mama mendengus Yoan selalu memanggilnya begitu.
"Ma, aku mau istirahat. Selamat malam." Yoan tersenyum sebentar.
"Istirahatlah. Besok pagi Mama buatkan sarapan." Mama mengelus kepala Yoan dengan sayang.
"Terima kasih, Ibu Yumi." Yoan pun menutup pintu. Meninggalkan sang Mama yang cemberut di depan pintu.
Yoan menatap kamarnya yang luas dan bersih. Di dinding banyak tergantung foto-foto dirinya bersama Papa dan Mamanya.
Ia berjalan menuju tempat tidur. Lalu membaringkan tubuhnya yang mulai terasa lelah.
Bayangan wajah Dara saat terlelap di pesawat terlintas di pikirannya.
'Jadi dia pulang, untuk menikah?!'
\=\=\=\=\=\=
"Yoan, ayo sarapan! Mama masak omlet spesial buat kamu." Ucap Mama menyajikan sarapan yang telah dimasaknya.
"Terima kasih, Ibu Yumi." Yoan meraih piring dan mulai melahap sarapan tersebut.
"Kapan kamu akan mulai ke kantor, Yo?" Tanya Papa yang juga sarapan bersamanya.
"Minggu depan saja ya, Pa. Aku ingin liburan sejenak." Jawab Yoan cepat. Ia harus mempersiapkan mental, sebelum ke kantor pusat.
"Yoan... Ada yang mau Mama katakan sama kamu!" Ucap Mama setelah mereka selesai sarapan.
"Ada apa, Ma?" Yoan menatap Mamanya serius.
Mama bangkit dan menunjukkan ponselnya pada Yoan.
"Yang ini namanya Cantika, cantikkan dia. Ini Amelia, model internasional. Yang ini Laura, Papanya teman Papa dan ini... Jadi kamu mau kenalan dengan yang mana?"
"Mama!!!" Yoan mengusap wajahnya. Ia tadi mengira ada hal serius. Ternyata sang Mama, menunjukkan beberapa foto wanita padanya.
"Kamu kenalan dulu. Mau tahu kalian berjodoh." Ucap paruh baya itu meyakinkan.
"Mama-"
"Kamu harus segera menikah, Yoan. Kamu mau wanita yang mana, nak? Mama jamin ia tidak akan meninggalkanmu!" Mama meyakinkan Yoan kembali. Putranya pasti masih trauma dan sakit hati pada masa lalunya.
"Ma-"
Mama tetap kembali menunjukkan foto-foto wanita-wanita itu. Yang cantik, tinggi, putih, seksi, imut dan beragamlah.
"Mereka masih single dan siap menikah. Kamu tunjuk saja mana yang kamu mau. Nanti biar Mama yang atur. Kamu tenang saja. Di jamin aman dan terkendali!"
Yoan mengusap wajahnya lagi sambil melirik ke arah Papanya. Papanya malah tersenyum sambil mengangkat bahu.
"Nanti jam 1 kamu ketemu dulu sama yang ini. Namanya Veronika. Dia cantik, baik hati dan tidak sombong..."
"Pak Dana, tolong aku!!!"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Zieya🖤
nahh kan betul anaknya pak Dana 🤭🤭
2024-09-25
0
Dwi Setyaningrum
nah iyakan anaknya pak dana Yoan itu bosnya dara dl😁
2024-07-10
0
Dwi Setyaningrum
ini Yoan anaknya pak dana bosnya dara dulu ya Thor yg katanya kasusnya sperti dara ditinggal pengantinnya🤔🤔berarti jodoh nih sama2 pernah terluka jd bisa penyembuh kalau disatukan..
2024-07-10
0