Hari-hari pun berlalu, Yoan mulai fokus pada pekerjaannya. Untuk menerima semua tanggung jawab dari Papanya. Meneruskan perusahaan yang diwariskan padanya.
Karena dibimbing langsung oleh Papanya, Yoan banyak meresap semua ilmu dan keahlian Papanya dalam memimpin perusahaan.
"Pa, Ma. Aku berangkat." Setelah sarapan Yoan pamit pada kedua orang tuanya.
"Hati-hati ya, nak." Ucap sang Papa dengan senyum mengembang.
"Pa... Yoan pintar, rajin dan bijaksana ya. Baru juga sebulan Papa tinggal, perusahaan sudah mengalami peningkatan." Mama sangat kagum pada putranya.
"Memang anaknya Ibu Yumi itu luar biasa!" Ucap Mama dengan bangga.
"Benar. Tapi jangan lupakan ada benih Pak Dana pada anaknya Ibu Yumi." Papa menaikkan alisnya menggoda sang istri.
Mama memutar bola matanya dengan malas. "Oh iya, menurut Papa, mana yang cocok dengan Yoan?"
Papa menghembuskan nafas pelan, istrinya menunjukkan foto-foto wanita lagi. Sepertinya drama perjodohan akan berlangsung kembali.
"Ma, Yoan masih sibuk-sibuknya pada perusahaan. Kalau kita menjodohkannya lagi, kasihan Yoannya. Kasihan juga wanita itu, karena tidak ada waktu Yoan bersamanya." Papa mulai membuat alasan. Ia tidak mau Yoan nanti patah hati lagi, lalu bersemedi ke luar kota.
'Bisa nggak jadi aku pensiun!!!' Batin Papa.
"Tapi, Pa-"
"Sudah Mama tenang saja. Papa yakin, nanti Yoan sendiri yang akan memperkenalkan calon istrinya pada kita." Papa meyakinkan istrinya.
"Lama, Pa." Mama tidak sabaran.
"Di kantor banyak karyawan wanita, Ma. Mana tahu Yoan naksir salah satu dari mereka. Dari pada kita paksa-paksa, terus Yoan merasa kita egois dan tidak memikirkan perasannya!" Jelas Papa seakan mengkhawatirkan putranya.
"Egois gimana? Inikan demi Yoan juga, Pa!" Tegas Mama tidak terima dikatakan egois.
"Kita mikirnya seperti itu. Tapi, belum tentu Yoan sepemikiran dengan kita!" Masih mencoba beralasan.
"Ish... Papa pun!!!" Mama memilih pergi.
"Lah, ngambek!"
\=\=\=\=\=\=
"Kita sudah sampai, Pak." Ucap El setelah memarkirkan mobil di sebuah kafe mewah.
Yoan mengangguk dan turun dari mobil. Ia lalu menatap bangunan kafe mewah tersebut. Kliennya ingin membahas kerja sama di kafe ini.
Yoan dan El menunggu di salah satu meja. Yoan mengedarkan pandangannya, menatap kafe mewah yang sedang viral tersebut. Kafe bintang 5 harga kaki 5. Begitulah semboyannya.
Wajah tampan itu tersenyum tipis, saat melihat sosok yang sempat ia pikirkan.
'Dara.'
Waktu sudah lama berlalu. Dan pasti Dara sudah menikah dengan pria yang menjemputnya di bandara kala itu. Dara bukan calon istri orang lagi, tapi memang benar istri orang.
Sosok pria yang menghampiri Dara, membuat wajah Yoan mendadak datar. Ya, siapa lagi? Suaminya Dara.
'Yoan sadar!!! Dia istri orang. Dia bukan jodohmu!!!' Yoan meyakinkan. Ia tidak boleh menjadi pengganggu rumah tangga orang lain.
"Pak Yoan, klien kita sudah tiba." El memberitahu sekaligus menyadarkan lamunan atasannya.
"Baiklah." Yoan pun bangkit dan menyambut kliennya. Ia akan fokus pada tanggung jawabnya saja.
Sementara di meja tempat Dara berada.
"Apa kabar, Dar?" Tanya Rehan berbasa basi.
"Baik." Jawab Dara singkat.
"Maaf, ya. Membuat kamu menunggu." Rehan mendudukkan diri.
Dara mengangguk paham. "Tidak apa kok."
Wanita itu menyedot minumannya. "Ada apa mencariku?" Tanya Dara kemudian.
"Hmm..." Rehan tampak berpikir. "Aku mau minta maaf. Kamu sudah tahu soal anak itu?"
Dara mengangguk.
"Anak itu ternyata memang anakku. Aku juga tidak menyangka ia akan hamil. Selama pacaran aku hanya sekali menyentuhnya dan itu pun memakai pengaman." Jelas Rehan jujur pada Dara.
Dara diam dan masih mendengarkan. Apa yang mau dikatakan pria itu.
"Jadi begini... anak itu sekarang menjadi tanggung jawabku dan aku ingin merawatnya bersamamu." Rehan mengatakan langsung maksud hatinya.
Tatapan Dara mendadak bingung. Merawat anak bersamanya? Maksudnya bagaimana?
"Wanita itu telah pergi dan meninggalkan anak itu bersamaku. Aku ingin anak itu merasakan kasih sayang seorang ibu. Aku ingin kamu yang menjadi ibunya. Aku ingin menikah denganmu, Dara." Ucap Rehan kembali. Ia sudah menyukai Dara, saat pertama kali menjemputnya di bandara hari itu.
Dara menghela nafas pelan. Rehan menginginkannya menjadi ibu dari anaknya. Hal itu membuat perasaan Dara sedikit aneh.
Menikah dengan pria yang sudah memiliki anak itu sangat sulit. Selain menerima Ayahnya, juga harus menerima anaknya. Menganggap anak itu seperti anaknya juga.
Anggaplah, saat ini ia bisa menerima anak itu. Terus jika nanti mereka memiliki anak, apa kasih sayang terhadap anak tiri akan tetap sama atau ia akan berubah menjadi sosok ibu tiri yang kejam?
Mental dan pikiran Dara belum siap untuk menerima hal seperti itu.
"Sebelumnya aku minta maaf. Aku tidak bisa bersama denganmu." Tolak Dara halus.
Penolakan Dara sedikit membuat Rehan tidak terima. Dara sok jual mahal. "Dara... Aku menyukaimu dan serius ingin menikah denganmu!" Tegas pria itu kembali.
"Maaf." Dara masih meminta maaf.
"Kenapa? Apa karena anak itu?" Tanya Rehan kembali.
"Dara... Aku sangat serius ingin menikah denganmu. Dan kamu hanya perlu menerima anakku saja!"
"Aku tidak bisa menikah denganmu, Rehan."
Rehan tersenyum sinis mendengar penolakan lagi dari Dara.
"Dara, sadarlah di usiamu sekarang. Pria mana yang mau menikah denganmu? Jadi seharusnya kamu bersyukur aku mau menikah denganmu! Aku hanya memintamu menerima anakku saja. Dari pada kamu tidak menikah!" Jelas Rehan kembali. Dara sudah berumur, seharusnya tahu diri dan menerimanya.
Dara meremas tangannya. Ia tidak suka ucapan pria itu. Rehan mengira karena ia belum menikah, ia harus menerima saja, siapapun pria yang mau menikahinya. Asalkan ada yang mau menikahinya.
Bruak
Suara hentakan meja tersebut membuat kaget seisi kafe. Pandangan mereka teralih ke arah suara.
Termasuk Yoan yang sedang meeting. Melihat Dara berdiri sambil menunjuk suaminya itu.
'Ada apa ini? Pertengkaran rumah tangga?' Batin Yoan menaikkan alisnya.
"Aku sudah jelas katakan padamu. Jika aku tidak ingin menikah denganmu!!!" Ucap Dara pelan sambil menenangkan gemuruh hatinya.
"Kamu tidak berhak menolakku, Dara! Seharusnya kamu bersyukur karena aku mau menikah denganmu. Kamu itu perawan tua, pe.ra.wan tua!!! Pria mana yang mau menikah dengan perawan tua?!" Rehan sengaja menaikkan suaranya. Agar pengunjung kafe mendengarnya.
Byur
Dara yang sudah emosi menyiram minumannya ke wajah Rehan. Ia sudah mengatakan tidak mau menikah, seharusnya Rehan menerima. Bukan malah sengaja mempermalukannya.
Setelah itu Dara pun segera pergi meninggalkan kafe tersebut.
'Yes!!! Ternyata mereka belum menikah!' Yoan bersorak bahagia. Dara-ku ternyata belum menikah.
"Maaf. Saya ada urusan mendadak." Pamit Yoan dan segera berlari ke luar kafe. Ia harus mengejar Dara. Wajah wanita itu terlihat sangat sedih.
Celingak celinguk Yoan mencari, tapi sudah tidak terlihat lagi wanita itu.
'Dara... kamu di mana?'
Yoan menyusuri jalanan pertokoan, mencari Dara. Wanita itu pasti belum pergi jauh.
"Dara..."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
Rayhan km ya kebangetan mau ajak nikah kok malah nyakiti hina gitu pria tdk baik km
2024-03-23
2
Lanjar Lestari
ayo kejar sampai dapat Yoan Rayhan harusnya km terima keputusan Dara dg bijak semoga km dapat istri yg naik Rayhan
2024-03-22
0
Tia Chintya
ayo Yoan kejar cari sampai dpt.. dua jodoh mu
2023-01-21
3