Bab 5 - Pengangguran

"Ini... minum dulu, Ka!" Dara memberikan secangkir teh hangat.

Setelah menjemput Eka di kafe. Dara membawa Eka menginap di rumahnya. Eka tidak mau pulang ke rumahnya, karena takut membuat orang tuanya khawatir.

Dara juga sudah menelepon orang tua Eka. Mengatakan jika malam ini, Eka menginap di rumahnya.

"Eka... Ada apa? kau bisa mengatakan padaku. Aku akan mendengarkanmu." Dara membujuk temannya yang berwajah sedih tersebut.

Eka mengusap air matanya. "Aku dan Imran... hubungan kami sudah berakhir, kak!"

Dara menebak. Abi temannya Imran. Apa Imran sama seperti Abi? Buaya darat?

"Apa dia berselingkuh?" Dara mencoba mengorek.

Eka menggeleng pelan.

"Atau jangan-jangan kau yang berselingkuh, Ka! Makanya Imran mengakhiri hubungan kalian!" Tuduh Dara langsung. Sepertinya Eka perlu dipaksa untuk bercerita.

"Bukan, Kak. Imran memutuskanku. Karena..." Eka melihat Dara dengan air mata yang berlinang.

"Karena... a-a-aku tidak mau tidur bersamanya!"

Dara menghembuskan nafas kasar. Benar tebakannya. Kedua pria itu sama saja. Sama-sama buaya darat yang sedang mencari mangsa.

"Aku menolak dan karena itu Imran mengatakan jika aku tidak mencintainya, kak. Padahal aku begitu sangat mencintainya. Tapi ia tidak percaya. Malah ia memintaku membuktikan rasa cintaku dengan harus melakukan hal itu." Eka terisak-isak menangis.

"Kak... apa membuktikan cinta harus seperti itu?"

"Tenanglah, Ka. Tenang ya!" Dara menepuk pundak sang teman.

"Sudah berapa lama kalian pacaran?"Dara ingin tahu.

"Jalan 3 minggu."

Eka memang wanita yang sangat polos dan Imran sangat pandai bermain kata-kata.

"Eka... kau menolak Imran itu sangat benar. Pria itu sama sekali tidak mencintaimu, hanya ada nafsu saja. Jika seorang pria mencintaimu, dia tidak akan melakukan itu, sebelum kau dan dia sah dalam ikatan pernikahan." Jelas Dara panjang.

"Aku harus bagaimana, kak? aku sangat mencintainya." Eka menggeleng pelan. Ia masih sangat mencintai Imran. Bagaimana dia akan melupakan pria itu begitu saja?

"Eka sadarlah!!! Jika dia juga mencintaimu, dia akan meminta restu dari orang tuamu. Bukan memintamu membuktikan cinta dengan melakukan hal seperti itu. Harus ada ikatan pernikahan, baru boleh melakukan itu." Dara menekankan ucapannya. Bagaimana pun se& sebelum menikah tidak baik dan sangat merugikan wanita.

"Sudah, ayo kita tidur! Besok kita masuk kerja!" Dara menyuruh Eka untuk tidur.

Eka mengangguk dan membaringkan dirinya di tempat tidur. Dara juga berbaring di sebelahnya.

"Kak... bagaimana jika dia memang serius padaku. Setelah kami melakukan itu, dia akan menikahiku?!" Eka mulai labil karena rasa cintanya.

"Kalau ternyata dia tidak menepati janjinya, bagaimana?" Balik Dara bertanya. Eka harus segera disadarkan.

"Imran bilang dia sangat mencintaiku!" Eka sangat percaya pada perkataan pria itu.

"Kalau dia mencintaimu, seharusnya dia juga menghargai keputusanmu yang tidak mau melakukan hal itu. Bukan malah mengakhiri hubungan kalian!" Jelas Dara kembali.

"Begini... jika setelah melakukannya kau hamil dan dia tidak mau bertanggung jawab. Malah dia menuduhmu menjebak dia. Terus dia bilang begini... kau bisa menyerahkan dirimu padaku. Berarti kau sering melakukannya dengan pria lain, bukan."

Eka diam mendengarkan apa yang Dara bilang.

"Ka, percayalah! Suatu hari nanti akan ada pria yang jauh lebih baik dari Imran. Pria yang akan mencintaimu setulus hatinya!" Dara meyakinkan Eka. Agar tidak termakan modus pria buaya darat yang berkeliaran di sekitar.

"Sudah, lupakan Imran! Temanku ini harus bisa melindungi dirinya sendiri!"

Eka pun akhirnya mengangguk pelan. Apa yang dikatakan Dara, banyak benarnya. Ia tidak boleh terlena dengan ucapan manis yang penuh omong kosong.

\=\=\=\=\=\=

"Hei... Perawan tua!!!" Panggil Bu Upik dengan kencang.

Dara meremas tangannya. Bu Upik memanggilnya seperti itu di lobi kantor. Sengaja mau membuat malu.

"Dara Natasha si perawan tua. Sudah berapa umurmu? kenapa belum menikah juga? Apa kamu tidak laku?!" Bu Upik mengejek Dara tanpa ampun.

Suara Bu Upik yang melengking, membuat tatapan para karyawan ke arahnya.

Dara menghentikan langkah kakinya. Emosinya mulai meluap. Wanita menyebalkan itu makin lama makin menjadi-jadi.

"Hei... perawan tua!" Bu Upik memegang bahu Dara. Ia tersenyum sinis.

"Cepatlah kamu menikah. Nanti itu-mu expired!" Bu Upik tertawa lepas. Ia mempermalukan wanita yang lebih muda darinya itu.

Dara menghembuskan nafasnya dengan kasar. Biasanya dia masih sabar, tapi sepertinya kesabarannya sudah diambang batas. Sabaruddin saja mungkin juga tidak bisa menahan kesabarannya.

"Ada masalah apa kau denganku?" Tanya Dara lalu memelintir tangan wanita itu.

"Lepaskan tanganmu! Apa yang kau lakukan?" Bu Upik kesakitan tangannya dipelintir seperti itu.

"Aku akan memecatmu!!!" Ancam Bu Upik begitu Dara menghempas tangannya.

"Owh... aku takut!!!" Ledek Dara tersenyum sinis. "Ayo kita selesaikan masalah kita!!!"

Dara menjambak rambut wanita itu. Mengacak-acaknya hingga berantakan.

"Hei... apa yang kau lakukan? lepaskan aku!!!"

Bukan hanya menjambak, bahkan Dara juga menggonyoh mulut yang sering mengatainya.

Security datang dan merelai keduanya.

"Dasar kau wanita tidak waras, stres!!!" Bu Upik terus memaki Dara.

Dara ingin menerkam wanita itu tapi security memeganginya. Ia pun melompat dan menendang perut Bu Upik. Meski tangannya dipegang, kakinya kan tidak.

"Kau... aku akan memecatmu!" Bu Upik meringis kesakitan memegangi perutnya yang kena tendang.

"Kau kira aku peduli!!!" Dara tersenyum manis lalu menunjukkan wajah psikopatnya. Ia sudah tidak peduli pada pekerjaannya ini.

Kalau dipecat masih banyak pekerjaan lain yang menyebar di dunia ini.

"Kau sudah stres, Dara!!! Dasar wanita stress!!! Makanya kau menikah, agar kau tidak stress!!!" Teriak Bu Upik kesal. Tadi ia cukup merinding dan takut melihat Dara.

\=\=\=\=\=\=

Dara berjalan menuju halte. Ia pun duduk termenung di sana. Mau pulang, Bunda pasti akan bertanya. Belum lagi tetangganya.

'Mau hidup tenang saja nggak boleh!!!' Teriak Dara dalam hati, sambil mengusap air matanya. Ada saja orang-orang yang tidak menyukainya. Padahal ia tidak pernah melakukan kesalahan pada mereka.

Ting

Ting

Ting

Ponsel Dara berbunyi beberapa notif masuk.

Eka: Kakak di mana?

Eka: Jawab aku.

Eka: Kak Dara...

Menunggu waktu, Dara pun pergi ke Mall. Ia berkeliling-keliling sendiri saja di Mall tersebut.

'Lapar juga ya.'

Dara pun k luar Mall. Dan mencari warung bakso. Hari sudah siang, pantas cacingnya sudah demo.

Pesanan bakso super Dara datang. Bakso besar dengan kuah yang panas dan aromanya buat liur menetes.

Dara pun makan dengan lahap, menghabiskan semangkok bakso super tersebut.

'Aku harus mencari pekerjaan baru!'

Setelah selesai makan, Dara melihat ponselnya. Ia mencari lowongan kerja dari ponselnya

Max 23

Max 25

Max 27

Dara mendumel, lowongan itu tidak bisa untuknya lagi. Begitu banyak loker yang tersedia, tak ada yang untuk di usia 30-an.

'Apa aku akan jadi pengangguran?!' Ronta Dara dalam hati.

Gara-gara si Upik yang menyebalkan itu, menambah pengangguran di negara ini.

'Upik... ku doakan semoga kau dicerai suamimu!!! Suamimu berselingkuh dengan wanita cantik dan seksi!!!'

Dara senyum-senyum sendiri di warung bakso tersebut. Membuat beberapa pengunjung jadi waspada.

"Kenapa dia?"

"Sudah tidak waras mungkin.."

"Jangan dekat-dekat.."

.

.

.

Terpopuler

Comments

Sri

Sri

amin
biar mulut si upik kapok & wajah songongnya berubah jadi upik abu

2024-10-19

0

Zieya🖤

Zieya🖤

bukan Dara yang stres kau kau....
hade atasan kok begitu mulutnya, gak padan jadi atasan....

2024-09-25

1

sherly

sherly

jahat banget nih mulut Upik abu perlu dilakban

2024-06-29

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Tentang Dara
2 Bab 2 - Perawan Tua
3 Bab 3 - Mak Comblang
4 Bab 4 - Modus Pria
5 Bab 5 - Pengangguran
6 Bab 6 - Awal Bertemu
7 Bab 7 - Merantau
8 Bab 8 - Konsumen
9 Bab 9 - Ancaman
10 Bab 10 - Malik
11 Bab 11 - Ole-Ole
12 Bab 12 - Pulang Kampung
13 Bab 13 - Kenalan Dulu
14 Bab 14 - Penguntit
15 Bab 15 - Calon Istri Orang
16 Bab 16 - Ternyata
17 Bab 17 - Janur Kuning
18 Bab 18 - Hari Pertama
19 Bab 19 - Orang Pintar
20 Bab 20 - Bertemu Kembali
21 Bab 21 - Demam
22 Bab 22 - Cara Berkenalan
23 Bab 23 - Bertemu Dia
24 Bab 24 - Mencari Dara
25 Bab 25 - Ayo Kita Menikah
26 Bab 26 - Tidak Sabaran
27 Bab 27 - Dua Pria
28 Bab 28 - Mawar Putih
29 Bab 29 - Blokir
30 Bab 30 - Alasannya
31 Bab 31 - Bukan Tipemu
32 Bab 32 - Masih Menunggu
33 Bab 33 - Ingin Kembali
34 Bab 34 - Aku Akan Menikah
35 Bab 35 - Calon Suami
36 Bab 36 - Kesempatan
37 Bab 37 - Kekasih Sebulan
38 Bab 38 - Ratu Pemarah
39 Bab 39 - Semangat Yoan
40 Bab 40 - Ternyata Dia
41 Bab 41 - Menunggu Dara
42 Bab 42 - Tukang Ojek
43 Bab 43 - Menggemaskan
44 Bab 44 - Ditikung
45 Bab 45 - Meminta Restu
46 Bab 46 - Aku Mau
47 Bab 47 - Calon Menantu
48 Bab 48 - Perhatian Yoan
49 Ban 49 - Bertemu Calon Mertua
50 Bab 50 - Gombal
51 Bab 51 - Mas
52 Bab 52 - Niat Baik
53 Bab 53 - Prewed
54 Bab 54 - Keras Kepala
55 Bab 55 - Alasan Yoan
56 Bab 56 - Tidak Tahu Tentangnya
57 Bab 57 - Bertemu Lagi
58 Bab 58 - Tidak Ingat
59 Bab 59 - Mas Yoan
60 Bab 60 - Fitnah Roni
61 Bab 61 - Aku Mencintaimu
62 Bab 62 - Dara Natasha
63 Bab 63 - Yoan Perdana Putra
64 Bab 64 - Kartu Undangan
65 Bab 65 - Rasa Manis
66 Bab 66 - Tinggalkan Dara
67 Bab 67 - Lupa Sekitar
68 Bab 68 - Ke Toko Sepatu
69 Bab 69 - Percaya
70 Bab 70 - Mantan Dara
71 Bab 71 - Meresahkan
72 Bab 72 - Siap Menikah
73 Bab 73 - Keluarga Jauh
74 Bab 74 - Hari H
75 Bab 75 - Sah
76 Bab 76 - Hari Bahagia
77 Bab 77 - Malam Pertama
78 Bab 78 - Sehari Bersamamu
79 Bab 79 - Menghindar
80 Bab 80 - Olahraga Malam
81 Bab 81 - Saran
82 Bab 82 - Dara Hilang
83 Bab 83 - Masa Lalu
84 Bab 84 - Rumah Baru
85 Bab 85 - Kumpul Keluarga
86 Bab 86 - Sakit Perut
87 Bab 87 - Mencintaimu
88 Bab 88 - Jalan-Jalan
89 Bab 89 - Menggali Kembali
90 Bab 90 - Bertemu Maudy
91 Bab 91 - Terbuka
92 Bab 92 - Sudah Berubah
93 Bab 93 - Rasa Cinta
94 Bab 94 - Kelakuan Roni
95 Bab 95 - Mantan Yoan
96 Bab 96 - Teror
97 Bab 97 - Ketakutan Dara
98 Bab 98 - Perihal Jeri
99 Bab 99 - Anak Siapa?
100 Bab 100 - Jujur
101 Bab 101 - Perselingkuhan
102 Bab 102 - Masa Lalu
103 Bab 103 - Masa Lalu 2
104 Bab 104 - Masa Lalu 3
105 Bab 105 - Hanya Masa Lalu
106 Bab 106 - Berdamai
107 Bab 107 - Mengecek
108 Bab 108 - Hamil
109 Bab 109 - Mundur
110 Bab 110 - Papa
111 Bab111 - Kelakuan Yoan
112 Bab 112 - Ke Kantor Yoan
113 Bab 113 - Kencan Bertiga
114 Bab 114 - Demi Putriku
115 Bab 115 - Bahagia
116 PROMO
117 Promo
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab 1 - Tentang Dara
2
Bab 2 - Perawan Tua
3
Bab 3 - Mak Comblang
4
Bab 4 - Modus Pria
5
Bab 5 - Pengangguran
6
Bab 6 - Awal Bertemu
7
Bab 7 - Merantau
8
Bab 8 - Konsumen
9
Bab 9 - Ancaman
10
Bab 10 - Malik
11
Bab 11 - Ole-Ole
12
Bab 12 - Pulang Kampung
13
Bab 13 - Kenalan Dulu
14
Bab 14 - Penguntit
15
Bab 15 - Calon Istri Orang
16
Bab 16 - Ternyata
17
Bab 17 - Janur Kuning
18
Bab 18 - Hari Pertama
19
Bab 19 - Orang Pintar
20
Bab 20 - Bertemu Kembali
21
Bab 21 - Demam
22
Bab 22 - Cara Berkenalan
23
Bab 23 - Bertemu Dia
24
Bab 24 - Mencari Dara
25
Bab 25 - Ayo Kita Menikah
26
Bab 26 - Tidak Sabaran
27
Bab 27 - Dua Pria
28
Bab 28 - Mawar Putih
29
Bab 29 - Blokir
30
Bab 30 - Alasannya
31
Bab 31 - Bukan Tipemu
32
Bab 32 - Masih Menunggu
33
Bab 33 - Ingin Kembali
34
Bab 34 - Aku Akan Menikah
35
Bab 35 - Calon Suami
36
Bab 36 - Kesempatan
37
Bab 37 - Kekasih Sebulan
38
Bab 38 - Ratu Pemarah
39
Bab 39 - Semangat Yoan
40
Bab 40 - Ternyata Dia
41
Bab 41 - Menunggu Dara
42
Bab 42 - Tukang Ojek
43
Bab 43 - Menggemaskan
44
Bab 44 - Ditikung
45
Bab 45 - Meminta Restu
46
Bab 46 - Aku Mau
47
Bab 47 - Calon Menantu
48
Bab 48 - Perhatian Yoan
49
Ban 49 - Bertemu Calon Mertua
50
Bab 50 - Gombal
51
Bab 51 - Mas
52
Bab 52 - Niat Baik
53
Bab 53 - Prewed
54
Bab 54 - Keras Kepala
55
Bab 55 - Alasan Yoan
56
Bab 56 - Tidak Tahu Tentangnya
57
Bab 57 - Bertemu Lagi
58
Bab 58 - Tidak Ingat
59
Bab 59 - Mas Yoan
60
Bab 60 - Fitnah Roni
61
Bab 61 - Aku Mencintaimu
62
Bab 62 - Dara Natasha
63
Bab 63 - Yoan Perdana Putra
64
Bab 64 - Kartu Undangan
65
Bab 65 - Rasa Manis
66
Bab 66 - Tinggalkan Dara
67
Bab 67 - Lupa Sekitar
68
Bab 68 - Ke Toko Sepatu
69
Bab 69 - Percaya
70
Bab 70 - Mantan Dara
71
Bab 71 - Meresahkan
72
Bab 72 - Siap Menikah
73
Bab 73 - Keluarga Jauh
74
Bab 74 - Hari H
75
Bab 75 - Sah
76
Bab 76 - Hari Bahagia
77
Bab 77 - Malam Pertama
78
Bab 78 - Sehari Bersamamu
79
Bab 79 - Menghindar
80
Bab 80 - Olahraga Malam
81
Bab 81 - Saran
82
Bab 82 - Dara Hilang
83
Bab 83 - Masa Lalu
84
Bab 84 - Rumah Baru
85
Bab 85 - Kumpul Keluarga
86
Bab 86 - Sakit Perut
87
Bab 87 - Mencintaimu
88
Bab 88 - Jalan-Jalan
89
Bab 89 - Menggali Kembali
90
Bab 90 - Bertemu Maudy
91
Bab 91 - Terbuka
92
Bab 92 - Sudah Berubah
93
Bab 93 - Rasa Cinta
94
Bab 94 - Kelakuan Roni
95
Bab 95 - Mantan Yoan
96
Bab 96 - Teror
97
Bab 97 - Ketakutan Dara
98
Bab 98 - Perihal Jeri
99
Bab 99 - Anak Siapa?
100
Bab 100 - Jujur
101
Bab 101 - Perselingkuhan
102
Bab 102 - Masa Lalu
103
Bab 103 - Masa Lalu 2
104
Bab 104 - Masa Lalu 3
105
Bab 105 - Hanya Masa Lalu
106
Bab 106 - Berdamai
107
Bab 107 - Mengecek
108
Bab 108 - Hamil
109
Bab 109 - Mundur
110
Bab 110 - Papa
111
Bab111 - Kelakuan Yoan
112
Bab 112 - Ke Kantor Yoan
113
Bab 113 - Kencan Bertiga
114
Bab 114 - Demi Putriku
115
Bab 115 - Bahagia
116
PROMO
117
Promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!