"Ini... minum dulu, Ka!" Dara memberikan secangkir teh hangat.
Setelah menjemput Eka di kafe. Dara membawa Eka menginap di rumahnya. Eka tidak mau pulang ke rumahnya, karena takut membuat orang tuanya khawatir.
Dara juga sudah menelepon orang tua Eka. Mengatakan jika malam ini, Eka menginap di rumahnya.
"Eka... Ada apa? kau bisa mengatakan padaku. Aku akan mendengarkanmu." Dara membujuk temannya yang berwajah sedih tersebut.
Eka mengusap air matanya. "Aku dan Imran... hubungan kami sudah berakhir, kak!"
Dara menebak. Abi temannya Imran. Apa Imran sama seperti Abi? Buaya darat?
"Apa dia berselingkuh?" Dara mencoba mengorek.
Eka menggeleng pelan.
"Atau jangan-jangan kau yang berselingkuh, Ka! Makanya Imran mengakhiri hubungan kalian!" Tuduh Dara langsung. Sepertinya Eka perlu dipaksa untuk bercerita.
"Bukan, Kak. Imran memutuskanku. Karena..." Eka melihat Dara dengan air mata yang berlinang.
"Karena... a-a-aku tidak mau tidur bersamanya!"
Dara menghembuskan nafas kasar. Benar tebakannya. Kedua pria itu sama saja. Sama-sama buaya darat yang sedang mencari mangsa.
"Aku menolak dan karena itu Imran mengatakan jika aku tidak mencintainya, kak. Padahal aku begitu sangat mencintainya. Tapi ia tidak percaya. Malah ia memintaku membuktikan rasa cintaku dengan harus melakukan hal itu." Eka terisak-isak menangis.
"Kak... apa membuktikan cinta harus seperti itu?"
"Tenanglah, Ka. Tenang ya!" Dara menepuk pundak sang teman.
"Sudah berapa lama kalian pacaran?"Dara ingin tahu.
"Jalan 3 minggu."
Eka memang wanita yang sangat polos dan Imran sangat pandai bermain kata-kata.
"Eka... kau menolak Imran itu sangat benar. Pria itu sama sekali tidak mencintaimu, hanya ada nafsu saja. Jika seorang pria mencintaimu, dia tidak akan melakukan itu, sebelum kau dan dia sah dalam ikatan pernikahan." Jelas Dara panjang.
"Aku harus bagaimana, kak? aku sangat mencintainya." Eka menggeleng pelan. Ia masih sangat mencintai Imran. Bagaimana dia akan melupakan pria itu begitu saja?
"Eka sadarlah!!! Jika dia juga mencintaimu, dia akan meminta restu dari orang tuamu. Bukan memintamu membuktikan cinta dengan melakukan hal seperti itu. Harus ada ikatan pernikahan, baru boleh melakukan itu." Dara menekankan ucapannya. Bagaimana pun se& sebelum menikah tidak baik dan sangat merugikan wanita.
"Sudah, ayo kita tidur! Besok kita masuk kerja!" Dara menyuruh Eka untuk tidur.
Eka mengangguk dan membaringkan dirinya di tempat tidur. Dara juga berbaring di sebelahnya.
"Kak... bagaimana jika dia memang serius padaku. Setelah kami melakukan itu, dia akan menikahiku?!" Eka mulai labil karena rasa cintanya.
"Kalau ternyata dia tidak menepati janjinya, bagaimana?" Balik Dara bertanya. Eka harus segera disadarkan.
"Imran bilang dia sangat mencintaiku!" Eka sangat percaya pada perkataan pria itu.
"Kalau dia mencintaimu, seharusnya dia juga menghargai keputusanmu yang tidak mau melakukan hal itu. Bukan malah mengakhiri hubungan kalian!" Jelas Dara kembali.
"Begini... jika setelah melakukannya kau hamil dan dia tidak mau bertanggung jawab. Malah dia menuduhmu menjebak dia. Terus dia bilang begini... kau bisa menyerahkan dirimu padaku. Berarti kau sering melakukannya dengan pria lain, bukan."
Eka diam mendengarkan apa yang Dara bilang.
"Ka, percayalah! Suatu hari nanti akan ada pria yang jauh lebih baik dari Imran. Pria yang akan mencintaimu setulus hatinya!" Dara meyakinkan Eka. Agar tidak termakan modus pria buaya darat yang berkeliaran di sekitar.
"Sudah, lupakan Imran! Temanku ini harus bisa melindungi dirinya sendiri!"
Eka pun akhirnya mengangguk pelan. Apa yang dikatakan Dara, banyak benarnya. Ia tidak boleh terlena dengan ucapan manis yang penuh omong kosong.
\=\=\=\=\=\=
"Hei... Perawan tua!!!" Panggil Bu Upik dengan kencang.
Dara meremas tangannya. Bu Upik memanggilnya seperti itu di lobi kantor. Sengaja mau membuat malu.
"Dara Natasha si perawan tua. Sudah berapa umurmu? kenapa belum menikah juga? Apa kamu tidak laku?!" Bu Upik mengejek Dara tanpa ampun.
Suara Bu Upik yang melengking, membuat tatapan para karyawan ke arahnya.
Dara menghentikan langkah kakinya. Emosinya mulai meluap. Wanita menyebalkan itu makin lama makin menjadi-jadi.
"Hei... perawan tua!" Bu Upik memegang bahu Dara. Ia tersenyum sinis.
"Cepatlah kamu menikah. Nanti itu-mu expired!" Bu Upik tertawa lepas. Ia mempermalukan wanita yang lebih muda darinya itu.
Dara menghembuskan nafasnya dengan kasar. Biasanya dia masih sabar, tapi sepertinya kesabarannya sudah diambang batas. Sabaruddin saja mungkin juga tidak bisa menahan kesabarannya.
"Ada masalah apa kau denganku?" Tanya Dara lalu memelintir tangan wanita itu.
"Lepaskan tanganmu! Apa yang kau lakukan?" Bu Upik kesakitan tangannya dipelintir seperti itu.
"Aku akan memecatmu!!!" Ancam Bu Upik begitu Dara menghempas tangannya.
"Owh... aku takut!!!" Ledek Dara tersenyum sinis. "Ayo kita selesaikan masalah kita!!!"
Dara menjambak rambut wanita itu. Mengacak-acaknya hingga berantakan.
"Hei... apa yang kau lakukan? lepaskan aku!!!"
Bukan hanya menjambak, bahkan Dara juga menggonyoh mulut yang sering mengatainya.
Security datang dan merelai keduanya.
"Dasar kau wanita tidak waras, stres!!!" Bu Upik terus memaki Dara.
Dara ingin menerkam wanita itu tapi security memeganginya. Ia pun melompat dan menendang perut Bu Upik. Meski tangannya dipegang, kakinya kan tidak.
"Kau... aku akan memecatmu!" Bu Upik meringis kesakitan memegangi perutnya yang kena tendang.
"Kau kira aku peduli!!!" Dara tersenyum manis lalu menunjukkan wajah psikopatnya. Ia sudah tidak peduli pada pekerjaannya ini.
Kalau dipecat masih banyak pekerjaan lain yang menyebar di dunia ini.
"Kau sudah stres, Dara!!! Dasar wanita stress!!! Makanya kau menikah, agar kau tidak stress!!!" Teriak Bu Upik kesal. Tadi ia cukup merinding dan takut melihat Dara.
\=\=\=\=\=\=
Dara berjalan menuju halte. Ia pun duduk termenung di sana. Mau pulang, Bunda pasti akan bertanya. Belum lagi tetangganya.
'Mau hidup tenang saja nggak boleh!!!' Teriak Dara dalam hati, sambil mengusap air matanya. Ada saja orang-orang yang tidak menyukainya. Padahal ia tidak pernah melakukan kesalahan pada mereka.
Ting
Ting
Ting
Ponsel Dara berbunyi beberapa notif masuk.
Eka: Kakak di mana?
Eka: Jawab aku.
Eka: Kak Dara...
Menunggu waktu, Dara pun pergi ke Mall. Ia berkeliling-keliling sendiri saja di Mall tersebut.
'Lapar juga ya.'
Dara pun k luar Mall. Dan mencari warung bakso. Hari sudah siang, pantas cacingnya sudah demo.
Pesanan bakso super Dara datang. Bakso besar dengan kuah yang panas dan aromanya buat liur menetes.
Dara pun makan dengan lahap, menghabiskan semangkok bakso super tersebut.
'Aku harus mencari pekerjaan baru!'
Setelah selesai makan, Dara melihat ponselnya. Ia mencari lowongan kerja dari ponselnya
Max 23
Max 25
Max 27
Dara mendumel, lowongan itu tidak bisa untuknya lagi. Begitu banyak loker yang tersedia, tak ada yang untuk di usia 30-an.
'Apa aku akan jadi pengangguran?!' Ronta Dara dalam hati.
Gara-gara si Upik yang menyebalkan itu, menambah pengangguran di negara ini.
'Upik... ku doakan semoga kau dicerai suamimu!!! Suamimu berselingkuh dengan wanita cantik dan seksi!!!'
Dara senyum-senyum sendiri di warung bakso tersebut. Membuat beberapa pengunjung jadi waspada.
"Kenapa dia?"
"Sudah tidak waras mungkin.."
"Jangan dekat-dekat.."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Sri
amin
biar mulut si upik kapok & wajah songongnya berubah jadi upik abu
2024-10-19
0
Zieya🖤
bukan Dara yang stres kau kau....
hade atasan kok begitu mulutnya, gak padan jadi atasan....
2024-09-25
1
sherly
jahat banget nih mulut Upik abu perlu dilakban
2024-06-29
2