"Mau ke mana kak?" Tanya Dina melihat Dara sudah berpakaian rapi.
"Tante Lydia mau mengajak bertemu." Jawab Dara meraih tasnya.
"Mau ketemu sama anaknya ya?" Tebak Dina penasaran. Selama ini Tante Lydia selalu mengatakan akan mengenalkan putranya. Mungkin sekarang saatnya, mengingat Dara yang akan pulang kampung.
Dara menggeleng. "Nggak."
"Oh, mau perpisahan ya." Dina pun mengangguk paham.
"Aku pergi dulu ya, Din." Dara pun pamit dan beranjak ke luar dari kost-an tersebut.
Dara pergi naik ojek menuju tempat janjiannya dengan Tante Lydia. Wanita paruh baya itu ingin bertemu dengannya. Seperti perpisahan gitu dan Dara menurut saja.
Sampainya di sebuah kafe, Dara celingak celinguk mencari orang yang akan ditemuinya.
"Dara, sini!!!" Tante Lydia melambaikan tangan dengan wajah bahagia. Wanita itu sudah sampai bersama suaminya.
"Om, Tan... Dara minta maaf ya. Tadi jalanan macet." Dara merasa tidak enak hati. Ia membuat kedua paruh baya itu menunggu dirinya. Merasa sangat tidak sopan.
"Kamu jangan sungkan begitu. Kami juga baru sampai." Lydia membawa Dara duduk di sampingnya. Lalu mereka memesan makanan.
Lydia menyenggol lengan suaminya, seakan memberi isyarat.
"Om mau ke toilet sebentar." Ucap Leo lalu bangkit.
Leo tidak masuk ke toilet dan memilih berdiri di depan toilet sambil menelepon seseorang.
"Halo, Malik. Papa minta kamu datang ke kafe Mahara sekarang juga!" Pinta Leo setelah ponsel menempel di telinga.
"Mau apa, Pa?" Tanya Malik dari seberang sana.
"Sudah datang saja. Ini sangat penting!" Pinta Leo.
"Maaf, Pa. Aku sedang sibuk!" Tolak Malik kembali.
Leo menghembuskan nafasnya pelan. "Malik, kamu harus segera kemari. Atau mau Papa tarik semua aset yang kamu miliki sekarang?"
"Papa!!!" Pekik Malik dari sana. Papanya mengancamnya, pasti ada hubungannya dengan wanita bernama Dara tersebut. "Aku tidak mau bertemu wanita itu, Pa!"
"Papa nggak mau tahu. Kamu harus datang sekarang!!!" Leo pun mengakhiri panggilannya setelah mengancam putra. Ia sengaja begitu, agar Malik mau bertemu Dara sekali saja. Mengingat Dara yang akan pulang kampung.
Sementara Malik yang sedang berada di apartemen sepupunya, menghembuskan nafas berkali-kali. Ia sangat kesal. Kedua orang tuanya benar-benar berniat menjodohkannya.
"Kenapa kau? Seperti mau beranak saja?!" Cibir Yoan, melihat Malik.
"Yoan... Bagaimana ini?"
Yoan menaikkan alisnya, ia tidak mengerti bagaimana apa yang dimaksud Malik.
"Orang tuaku memaksaku bertemu wanita itu!!!" Malik mengusap wajahnya kesal. Ia tidak berniat bertemu wanita yang bernama Dara Dara itu.
"Wanita?" Tanya Yoan.
"Iya. Kasir minimarket itu!" Jelas Malik.
"Oh..." Yoan mulai mengerti. Malik sering bercerita. Orang tua Malik ingin menjodohkan sepupunya itu dengan seorang kasir minimarket.
"Kalau aku nggak datang sekarang. Papa akan menarik semua aset yang diberikannya!" Malik menceritakan ancaman papanya.
"Ya sudah, temui saja sana." Saran Yoan. Hanya bertemu, bukan masalah besar.
"Ogah!" Malik segera menolak. Jika sudah bertemu, pasti akan terus berlanjut. Menurut Malik, ia tidak akan memulai atau memberi jalan untuk perjodohan itu.
"Cuma bertemu saja, Mal. Kalau kau nggak mau, kan nggak apa!" Saran Yoan.
"Yoan, aku tidak yakin cuma bertemu saja. Mereka pasti akan menyuruhku terus menerus bertemu wanita itu!" Malik menggeleng cepat.
"Kalau kau nggak mau, kau bisa menolak. Bisa kau beralasan kalau wanita itu tidak sesuai tipemu, begini begitu..." Yoan memberikan alasan-alasan yang masuk akal pada Malik untuk menolak wanita itu.
"Jadi kau harus bertemu dia dulu. Kalau tidak, mereka akan terus memaksamu. Karena menganggap kau menolak bahkan sebelum bertemu!"
"Aku tidak mau, Yoan!!!" Malik membaringkan diri di sofa. Mau bertemu sekali saja, ia merasa sangat berat.
"Ya sudah terserahmu! Aku hanya menyarankan." Yoan tidak ambil pusing. Ia pun menghidupkan tv.
Ting
"Itu ponselmu!" Yoan memberitahu.
Dengan malas Malik meraih ponsel dan membaca pesan masuk tersebut.
Mama: kalau kamu nggak datang. Akan Mama keluarkan kamu dari kartu keluarga
"Mama!!!" Pekik Malik kesal setelah membaca pesan yang penuh ancaman tersebut.
"Kenapa?" Yoan kaget mendengar pekikan sepupunya itu.
"Ini!!! Kau bacalah!!!"
Yoan meraih ponsel Malik dan membaca pesan tersebut. Dan tidak lama pria itu langsung tertawa.
"Kenapa kau malah tertawa?!" Malik kesal. Yoan malah tertawa. Tertawa di atas penderitaannya.
"Sudahlah kau temui saja. Dari pada kau dikeluarkan dari kartu keluarga! Siapa yang mau menampungmu?!" Ledek Yoan melihat wajah kesal Malik.
"Temani aku ya!" Ajak Malik. Ia tidak mau bertemu berduaan dengan wanita itu.
Yoan menggeleng. "Pergi saja sana sendiri." Pria itu enggan diajak.
"Ayolah, Yoan! Kau temani aku bertemu wanita itu. Hanya sekali ini. Karena ia akan pulang kampung. Ia tidak memperpanjang kontrak kerjanya."
"Aku tidak mau!" Yoan tetap menolak.
"Ayo, Yo! Sebentar saja. Aku nggak mau bertemu dia sendirian! Aku nggak mau berduaan dengannya."
"Aku nggak mau jadi setan!" Ucap Yoan. Jika ada dua orang, berarti orang ketiganya setan.
"Yoan. Temani aku!!!"
"Tidak mau!!!"
"Yoan. Tolong aku!!!"
\=\=\=\=\=\=
"Bagaimana, Pa?" Tanya Lydia setelah Dara permisi ke toilet.
"Sudah Papa paksa, Ma." Ucap Leo memberitahu.
"Papa paksa gimana?" Lydia menatap suaminya. Ia penasaran apa ancamannya.
"Kalau Malik tidak datang sekarang kemari, Papa akan menarik semua aset miliknya!" Ungkap Leo memberitahu ancamannya.
Lydia mengangguk sambil tersenyum. "Semoga Malik datang ya, Pa. Mereka harus bertemu dan ngobrol. Mana tahu Malik dan Dara nyambung terus cocok. Lalu mereka menikah!" Lydia berharap banyak pada putranya. Ia ingin wanita seperti Dara yang menjadi menantunya.
Leo mengangguk. Ia juga setuju dengan pemikiran istrinya. Menurutnya, Dara itu wanita yang cocok dijadikan menantu. Wanita sederhana dan tidak banyak gaya.
"Mama ngapain?" Tanya Leo melihat istrinya meraih ponsel.
"Mama mau kirim pesan sama Malik. Putra kita harus dipaksa dan diancam biar menurut. Biar Malik tahu kita serius!" Lydia mengetik pesan.
"Lihat, Pa!" Lydia menunjukkan pesan ancaman yang telah dikirimnya pada Malik.
Mereka saling melihat sesaat, lalu tertawa. Lalu tawa mereka terhenti saat melihat Dara dari jauh.
"Dara, kamu mau makan apa lagi?" Tanya Lydia. Mereka telah selesai makan ditambah cemilan. Menunggu Malik datang dan sampai sekarang belum menampakkan batang hidungnya.
"Sudah, Tan. Nggak usah lagi. Dara sudah kenyang." Dara menolak dengan halus. Ia sudah kekenyangan. Tante Lydia memesan banyak makanan.
"Oh iya, Tan. Dara minta maaf, sepertinya Dara harus pulang." Pamit wanita itu. Sudah 2 jam ia berada di kafe tersebut dengan konsumen royalnya.
"Nanti dong Dara pulangnya. Tante masih mau mengobrol sama kamu. Kamu mau pulang kampung, tah kapan lah kita akan bertemu lagi." Bujuk Lydia berusaha menahan Dara.
Dara jadi mengangguk. Dan mereka kembali lanjut mengobrol panjang. Mengobrol dipenuhi canda dan tawa.
"Papa, Mama..."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
Ahkirnya yg di tunggu tunggu datang jg
2024-03-22
2
Siti Mujimah
eng ing eng
2024-01-19
0